Ada banyak tantangan bagi orang tua saat membesarkan seorang anak. Jika kita melihat sekeliling, marak sekali kasus penelantaran bahkan kekerasan pada seseorang anak dalam ruang lingkup rumah tangga yang bahkan terjadi bukan tanpa sebab. Sebenarnya ada banyak motif yang mendasari terjadinya hal tersebut, Akan tetapi hal yang jarang disadari oleh banyak kalangan terutama orang tua yang sudah memiliki seorang anak adalah tingkat kesadaran mereka terhadap kesehatan mental mereka sebagai orang tua yang masih sangat rendah karena banyak orang tua yang merasa terbebani emosionalnya selama menghadapi banyak problema pada anak, hingga beban emosional itu berkembang menjadi suatu tekanan. Burnout dapat terjadi di lingkungan apa pun yang ditandai dengan stres kronis yang berkepanjangan (Bianchi et al. 2014). Bahkan, dapat terjadi dalam konteks pengasuhan anak. Berdasarkan penelitian inovatif mereka mengenai gejala kelelahan mental (Roskam et al. (2018) mengonseptualisasikan empat dimensi kelelahan orangtua:
(1) kelelahan yang terkait dengan peran seseorang sebagai orangtua (yaitu, perasaan bahwa mengasuh anak membutuhkan terlalu banyak keterlibatan; peran yang menguras emosi sebagai orangtua)
(2) kontras dengan diri orangtua sebelumnya (yaitu, perasaan bahwa seseorang tidak sebaik orangtua di masa lalu; malu mengenai pengasuhan seseorang)
(3) perasaan muak dengan peran orangtua (yaitu, tidak menikmati menghabiskan waktu dengan anak-anaknya lagi; tidak bahagia dengan peran pengasuhan)
(4) menjauhkan diri secara emosional dari anak-anak (yaitu, melakukan hal yang sangat minimum untuk anak-anak dan tidak lebih; membatasi interaksi pada aspek instrumental pengasuhan dengan mengorbankan aspek emosional).
Dikutip dari laman jurnal (Mikolajczak, M., Gross, J. J., & Roskam, I. (2019)),” Berdasarkan dua studi longitudinal yang saling tumpang tindih, penelitian saat ini bertujuan untuk menentukan apakah dan sejauh mana kelelahan orangtua memprediksi peningkatan ide pelarian, pengabaian orangtua, dan kekerasan orangtua. Kami menduga kelelahan orangtua akan meningkatkan ide pelarian karena kecenderungan untuk melarikan diri atau menarik diri dari situasi yang menegangkan merupakan salah satu respons dasar terhadap stres: semakin tinggi ancaman, semakin tinggi pula motivasi untuk melarikan diri (Blanchard, Hynd, Minke, Minemoto, & Blanchard, 2001). Kami menduga kelelahan orangtua akan meningkatkan pengabaian orangtua karena orangtua yang kelelahan mungkin berusaha keras untuk menyimpan sedikit energi yang tersisa (Teori Konservasi Sumber Daya; Hobfoll, 1989), dan mengurus anak melibatkan pengeluaran energi yang lebih banyak daripada yang mampu mereka tanggung. Karena kelelahan dan keterpisahan emosional mereka, kemungkinan besar orang tua yang mengalami burnout kurang memiliki empati (Wilkinson, Whittington, Perry & Eames, 2017), sehingga tidak memahami kebutuhan anak-anak mereka secara akurat. Terakhir, kami menduga bahwa burnout orang tua akan meningkatkan kekerasan orang tua karena secara biologis, stres memfasilitasi dan memicu kemarahan (Moons, Eisenberger & Taylor, 2010), dan kelelahan emosional dan fisik dapat membatasi sumber daya eksekutif yang tersedia untuk menghambat perilaku kekerasan (Krabbe, Ellbin, Nilsson, Jonsdottir & Samuelsson, 2017)”
Beberapa faktor latar belakang keluarga dapat dianggap sebagai faktor risiko untuk kelelahan orangta, seperti:
- memiliki banyak anak (keluarga besar dapat meningkatkan tuntutan orangtua) (Lundberg et al. 1994)
- memiliki anak kecil (anak yang lebih muda membutuhkan lebih banyak perhatian daripada anak yang lebih tua)
- memiliki perbedaan usia yang kecil antara anak-anak (membutuhkan lebih banyak investasi orangtua)
- berjenis kelamin perempuan (ibu cenderung lebih terlibat dalam pengasuhan anak daripada ayah) (Lindhal-Norberg 2007)
- menjadi orangtua tunggal (orang tua tunggal mungkin tidak dapat berbagi tugas atau tanggung jawab dengan siapa pun)
- memiliki keluarga campuran (orang tua mungkin memiliki masalah otoritas atau kesulitan lain dengan anak tiri) (Baxter et al. 2004)
- sumber daya keuangan keluarga yang rendah (orang tua dengan pendapatan rendah menderita stres terkait uang tambahan, dan mereka mungkin tidak mampu membeli layanan tambahan seperti mengasuh bayi)
- pengangguran orangtua (menjadi pengangguran dapat menyebabkan stres tambahan dan memengaruhi harga diri)
- memiliki anak berkebutuhan khusus (anak-anak seperti itu memerlukan perhatian dan perawatan ekstra) (Blanchardet al. 2006; Mikolajczak et al. 2018b).
- Kecenderungan orangtua perfeksionis untuk menggeneralisasi kejadian negatif secara berlebihan, merenungkan kegagalan masa lalu, dan terlibat dalam pemikiran serba-atau-tidak sama sekali (Flett dan Hewitt 2002; Kawamoto et al. 2018)
Akan tetapi hal tersebut dianggap biasa terjadi oleh orang tua yang sedang mengalami tekanan atau bahkan orang lain yang tidak mengalami hal tersebut hingga ironisnya minim sekali dukungan dari orang-orang di sekitar terhadap orang tua yang sedang berada di fase ini. Bahkan, bukannya banyak menerima dukungan, orang tua yang sedang mengalami Parental Burnout cenderung dihadapkan dengan tuntutan dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial agar bisa menjadi orang tua yang sempurna dalam pengasuhan anak. walau seperti apapun situasinya. Apabila dibiarkan tekanan mental dalam pengasuhan anak akan mendatangkan depresi, kelelahan mental dan fisik yang luar biasa, serta stress tingkat tinggi.
Menurut teori keseimbangan antara risiko dan sumber daya, kelelahan orang tua terwujud ketika orang tua bergulat dengan tuntutan pengasuhan kronis tanpa sumber daya yang cukup untuk mengatasinya. Seperti yang diusulkan oleh teori tersebut, untuk mengurangi penipisan sumber daya lebih lanjut, orang tua yang kelelahan mungkin cenderung mengadopsi perilaku mengabaikan atau mengendalikan terhadap anak mereka (Van Bakel HJA, Van Engen ML, Peters P.) yang mengarah pada manifestasi gaya pengasuhan yang negatif.
Dalam beberapa survei, sebanyak 60 persen orang tua melaporkan pernah mengalami rasa lelah pada suatu waktu. Namun, banyak orang tua yang enggan mengakui bahwa mereka mengalami kelelahan mental. Sebagian orang tua beranggapan bahwa kelelahan dalam pola asuh adalah hal yang biasa terjadi serta adanya dorongan yang berbentuk paksaan terhadap diri sendiri untuk selalu berusaha menguatkan diri, tanpa ada yang bisa memvalidasi kelelahan mental dan emosionalnya. Sehingga mereka tidak menerima bantuan. Orang-orang sering kali percaya bahwa mereka diharapkan menjadi manusia super dalam hal mengasuh anak-anak mereka, dan kelelahan dapat membuat orang tua merasa tidak mampu.
Studi terkini telah menunjukkan bahwa parental burnout pada orangtua memiliki dampak yang cukup signifikan dan sangat berpotensi merusak. Terkait orangtua itu sendiri, kelelahan orangtua tidak hanya dapat menimbulkan ide bunuh diri dan melarikan diri (Mikolajczak M, Grosse JJ, Roskam I.), tetapi juga dapat menyebabkan masalah eksternal seperti kecanduan zat dan gangguan perilaku serta gangguan tidur (Mikolajczak M, Brianda ME, Avalosse H, Roskam I.). Paparan yang berkepanjangan terhadap kondisi negatif ini mengakibatkan penurunan signifikan dalam kepuasan hidup dan kesejahteraan subjektif individu, dan sangat mungkin menyebabkan gejala depresi (Van Bakel HJA, Van Engen ML, Peters P.).
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!