Mohon tunggu...
Sarah Beekmans
Sarah Beekmans Mohon Tunggu... -

*A globetrotter with 3 kindhearted children. *instagram @sarah.beekmans https://www.sarahbeekmans.co.id/behind-the-brand/

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

"Make Positivity Louder"

6 Mei 2018   18:32 Diperbarui: 6 Mei 2018   18:52 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"So much energy out there in the judgement of others. If some people used half the energy they use in judging others on looking at themselves and how to be better, the world would be a far better place."

Gary Vee

Saya teringat beberapa belas tahun yang lampau ketika saya ikut program host family di waktu luang saya sebagai mahasiswa. Host family program pertama saya adalah tinggal bersama salah satu keluarga di Dorset yang terletak di bagian Inggris Selatan.

Saat pertama kali menjejakkan kaki di stasiun Swanage, saya seakan terbawa ke dalam suasana novel the Famous Five karya Enid Blyton di mana Anne, Julian dan kawan-kawan baru saja tiba di stasiun untuk menghabiskan liburan musim panas mereka di Dorset.

Saya lalu mencari Maggie, host family saya. Setelah menunggu beberapa menit, ternyata ada sapaan lembut memanggil nama saya, namun dengan suara yang cukup berat sambil menepuk bahu saya.

Saya lalu menengok dan hampir roboh tak berdaya. Tepat di samping saya berdiri sesosok lelaki berambut coklat tua dengan sorot mata tajam di balik indahnya perpaduan warna bola matanya yang greyish brown. Dalam sekejap saya seakan tersedot dalam pesona ketampanannya.

"Hiya Sarah, Maggie meminta saya untuk menjemput kamu. Are you okay? Kamu kelihatan sangat excited. Oh by the way nama saya John," ujarnya seraya menyodorkan tangan untuk berjabatan.

"Hiya John, senang bertemu dengan kamu. Yes, saya sangat excited karena Dorset adalah salah satu tempat impian saya sewaktu kecil. Saya penggemar berat novel Enid Blyton. Apakah Kirrin Castle itu benar-benar ada?"

"Yes, tapi  namanya adalah Corfe Castle, besok kami akan membawa kamu ke sana."

"Thank you, John. Saya sangat excited dengan perjalanan ini karena saya ingin mengenal kebudayaan Inggris yang tentunya pasti akan ada perbedaan dengan budaya Indonesia."

"Brilliant! Perbedaan akan mendatangkan wawasan baru bagi kamu. Coba lihat angka ini, dari tempat kamu berdiri adalah angka 9 sedangkan dari sudut pandang saya adalah angka 6. Tapi kamu pun akan bisa berkata kalau itu angka 6 jika perbedaan fokus dan sudut pandang kamu juga berubah. Sehingga dari satu kepala saja pun bisa dua penilaian yang berbeda, apalagi dari kepala yang berbeda."

Saya awalnya sempat tidak konsentrasi ketika dia menunjukkan angka 6 dari jam tangan yang dipakainya karena salah fokus ke tangannya yang kekar dibalut warna tan menandakan sering melakukan kegiatan out door. #eaaaa

Di balik penjelasannya yang singkat dan sudah berlalu belasan tahun yang lampau, namun kata-kata tersebut masih terus terngiang di telinga saya sampai saat ini.

Perbedaan pendapat akan menjadi indah jika saling menghargai dan dengan cara yang positif. Contohnya adalah saya dan salah satu tim saya yang selalu sopan dalam bertutur kata, Nida. Kami saling berseberangan dalam aspirasi politik, tetapi itu tidak menjadi jurang pemisah di antara kami karena masih banyak persamaan yang bisa dinikmati bersama.

Walapun pandangan politik kami sangat berbeda, bukan berarti kami harus saling menyemburkan bara api di dalam setiap tutur kata. Jika ada beda pandangan sedikit, saya tidak ingin kata  Ce**** atau Kam**** langsung diseburkan dari mulut kami masing-masing secara hebatnya bagaikan bara api yang keluar dari mulut naga. Bukankah itu berarti saya tidak siap berbeda dan hanya nyaman dengan hal-hal yang sama?

Hidup ini bagaikan alat musik yang ada pada orkestra lengkap. Perbedaan alat musik dengan bunyi kami masing-masing menciptakan suara yang sangat harmonis. Perbedaan tersebut saling memperkuat dan sama sekali bukan untuk saling meniadakan.

Meski saya adalah pemimpin perusahaan, bukan berarti saya merasa diri saya adalah yang paling penting dan terus-menerus menyuarakan suara bass saya sekeras-kerasnya karena akan mengganggu keharmonisan alunan musik tiup seruling dari Nida, denting piano dari Izza, ataupun petikan gitar dari Malik.

Jika perbedaan pendapat bisa disuarakan dengan lemah lembut dan sopan, kenapa harus disemburkan dengan nada nyinyir? Kami tidak ingin menghabiskan waktu untuk hal-hal yang negatif dengan mengeraskan perbedaan.

DearestNida, happy wedding day.

Thank you for being part of our journey. Sending you a smile even when I am shedding a tear, you will go away but in my heart you will always be near. Most of all, thank you for being you. #tidak sanggup kibas poni saking terharu biru

"Negativity always wins the short game, but positivity always wins the long game."

Gary Vee

May 5th, 2018

More story about my life as a globetrotter

Blog

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun