Mohon tunggu...
sarah alya
sarah alya Mohon Tunggu... -

anak smp labschool jakarta tepatnya kelas aksel 2 clabex.saya bendaraha di kelas dan bisa di bilang orang yang gila dengan uang kas dan tukang fotokopi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Benarkah Aku Tak Punya Bakat?

10 November 2009   13:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:23 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Aku adalah Lyla yang tadiya tidak peduli sama sekali tentang hidupku ini. Maksudku tidak peduli itu tidak pernah masalah dengan nilai atau pun bakat. Tapi saat aku masuk kelas 6 semuanya berbeda. Aku baru sadar dan minder. Kenapa? Karena kelas 6 banyak anak2 yang mulai menunjukkan bakat minat dan mulai fokus belajar. Sebenarnya aku adalah anak yang lumayan cerdas, ranking 2 semster lalu. Yang membuatku benar2 sadar adalah saat ada lembaran yanng harus diisi. Dalam lembaran itu ditulis "Adakah les yang anda ikuti? Berapa lama? Berapakah harga uang les?" Aku terkejut, maksudnya baru pertama kali aku melihat pertanyaan tentang uang les. Aku tak bisa mengisinya. ya aku juga berfikir saat itu aku udah les selama 4 tahun dan uang les selama 4 tahun itu berapa? Memang nggak sedikit. Tapi semua itu nggak sia-sia kalau memang sudah jadi jago. Aku les piano selama 4 TAHUN tapi nggak ada hasilnya. Udah sering aku dimarahi ayahku untuk terus latihan karena ayahku nggak puass dengan nada2 piano yang aku mainkan. Sejak saat itu aku mulai berpikir tentang berapa banyak uang yang aku habiskan setiap bulannya. Seiiring waktu UASBN sudah mulai dekat aku mulai lupa tentang hal hal itu. Bulan bulan telaah berlalu dan akhirnnya aku masuk SMP unggulan. Tapi disinilah semuanya dimulai. Aku melihat anak-anak yang lebih baik lebih pintar dan jauh dariku. sekaranglah aku mulai bertanya "Benarkah aku tidak punya bakat?" Pertanyaan itu masih ada di pikiranku. Pelajaran BK pun membahas hal itu, kini aku mulai pusing. Dan akhirnya hari sabtu saat aku sedang santai dan menonton TV ayahku memanggil. saatnya aku bermain piano untuknya dan tak ada nada yang membuatnya bisa tersenyum bahkan menggerakkan bibirnya. Akhirnnya lagu pun belum selesai ayahku sudah beranjak dari tempat duduknya lalu pergi tanpa sepatah kata. Saat itu pun aku menangis tak tahu kenapa biasanya aku hanya diam dan akhirnya tertawa di kamar karena melihat wajah ayahku. Pastinya aku langsung meminta maaf padanya. Dan saata itu ayahku memberi tahu mengapa aku diberi les piano olehnya. "Ayah udah mempersiapkan kamu dari kecil jadi kalo ayah ada apa2 jadi kamu bisa cari duit dengan ilmu kamu" aku mulai ngerti sekarang kenapa ayahku mau menghabiskan uangnya untuk les yang bahkan bukan bakatku. Aku mulai berubah sejak hari itu muali giat berlatih tapi sebenarnya apa bakatku? aku masih bertanya-tanya. Bulan berikutnya aku mengikuti acara sekolah tentang pembentukan jati diri anak. Disini aku benar-benar memperhatikan pembicara yang beragam dan akhirnya aku menemukan kesimpulannya dan aku pun menemukan jawaban atas pertanyaanku. Sebenarnya semua orang memiliki bakat masing-masing tetapi yang sedang aku hadapi adalah mencari bakat itu. Bakat itu masih akan ku cari karena waktu masih panjang, aku masih memiliki waktu untuk menemukannya dan walaupun piano bukan bakatku aku akan tetap mempertahankannya karena mungkin kemampuanku bermain piano ada hubungannya dengan bakat terpendamku. Aku akan terus mencari bakatku hingga aku menemukannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun