Mohon tunggu...
Sarah Aldira
Sarah Aldira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pertukaran Batch 3 Universitas Negeri Malang (UM)

Hobi mendengar musik dan kulineran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kepala Arca yang Terpenggal di Candi Jago, Ini Dia Sejarahnya!

26 September 2023   12:15 Diperbarui: 26 September 2023   12:23 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Kelompok Modul Nusantara Gajayana. Dok. pribadi)

Nama Candi Jago sebenarnya berasal dari kata "Jajaghu", yang didirikan pada masa Kerajaan Singhasari pada abad ke-13 sebagai penghormatan bagi Raja ketiga Singhasari, Wisnuwardhana. Jajaghu, yang artinya adalah 'keagungan', merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut tempat suci. Candi ini berlokasi di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur atau sekitar 22 km dari Kota Malang. Candi Jago berlatar agama Buddha Tatrayana. Salah satu ciri dari agama Buddha Tatrayana adalah arcanya yang berbentuk amoghapasa, bentuk Tatris dari awaloketeswara disertai pengiring-pengiring nya. Arca tersebut merupakan arca dari perwujudan dari raja keempat singasari yang bernama Raja Wisnuwarddhana, yang meninggal tahun 1190 Saka (1280 Masehi).

Candi ini cukup unik, karena bagian atasnya hanya tersisa sebagian dan menurut cerita setempat karena tersambar petir. Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra dapat ditemui di candi ini. Secara keseluruhan bangunan candi ini tersusun atas bahan batu andesit. Arsitektur Candi Jago disusun seperti teras punden berundak. Keseluruhannya memiliki panjang 23,71 m, lebar 14 m, dan tinggi 9,97 m. Bangunan Candi Jago tampak sudah tidak utuh lagi yang tertinggal pada Candi Jago hanyalah bagian kaki dan sebagian kecil badan candi.

Pada dinding luar kaki candi dipahatkan relief-relief cerita Khresnayana, Parthayana, Arjunawiwaha, Kunjarakharna, Anglingdharma, serta cerita fabel. Hiasan pada badan Candi Jago tidak sebanyak pada kakinya. Yang terlihat pada badan adalah relief adegan Kalayawana, yang ada hubungannya dengan cerita Kresnayana. Relief ini berkisah tentang peperangan antara raja Kalayawana dengan Kresna. Sedangkan pada bagian atap candi yang dikirakan dulu dibuat dari atap kayu/ijuk, sekarang sudah tidak ada bekasnya.

(Kelompok Modul Nusantara Gajayana. Dok. pribadi)
(Kelompok Modul Nusantara Gajayana. Dok. pribadi)
Dalam kegiatan Napak Tilas Sejarah dalam Temple Tour : Candi Jago yang dilaksanakan pada tanggal 10 September 2023, Mahasiswa PMM 3 Kelompok Modul Nusantara 6 Gajayana Universitas Negeri Malang (UM) melakukan observasi dengan mengamati bangunan Candi Jago yang ada di Kabupaten Malang. Mulyanto, honorer yang berusia 60 tahun menjadi narasumber dan menjabat sebagai Juru Pelihara Candi Jago. Bapak Mulyanto selaku narasumber memberikan wawasan dan pengetahuan baru kepada mahasiswa diantaranya Candi Jago ini dibangun selama 10 tahun, candi ini ditemukan kembali oleh Belanda dan ditemukan dalam keadaan tertimbun tanah. Arca-arca yang terdapat dalam lingkungan Candi Jago ini ditemukan pada zaman wisnuwardhana yang menyatukan dua agama (Hindu-Buddha).

Mulyanto juga menjelaskan bahwa dulunya terdapat beberapa arca besar tetapi sekarang diamankan di Museum Nasional. Adapun dua relief dari Candi Jago ini yaitu relief Buddha (cerita Kunjarakarna) dan relief Hindu (kisah Mahabarata, Arjuna Wiraha, dan Kresna). Fungsi utama Candi Jago merupakan tempat penyimpanan abu jenazah Raja Sriwijaya Wishnuwardhana atau Ranggauni (anaknya Anospati, cucunya Ken Arok).

“Bentuk dalam bangunan candi ini mayoritas peninggalan Kerajaan Singasari ini mengambil kutipan dari gunung atau meru karena bonggolnya yang lebih besar kemudian semakin atas semakin runcing” ujar Mulyanto. Menurut Mulyanto, hilangnya kepala arca pada Candi Jago disebabkan oleh kerusakan alam : erosi, gempa bumi dan faktor alam lainnya yang dapat merusak arca-arca termasuk kepala arca menjadi rusak atau hilang seiring berjalannya waktu. Prosedur perawatan Candi Jago sendiri dirawat secara rutin oleh petugas dan jika terdapat jamur pada sekitaran Candi maka perawatan dilakukan oleh kantor yang berwenang dalam mengurus Candi Jago. 

Candi sendiri yang memiliki simbol kebaikan, diharapkan bisa terus dijaga keasliannya oleh wisatawan yang berkunjung. Candi Jago saat ini merupakan salah satu situs bersejarah yang penting di Indonesia dan menjadi tujuan wisata budaya yang populer. Situs ini juga menjadi bukti akan warisan majapahit yang berharga dan kontribusi mereka terhadap budaya Indonesia.

Penulis : Sarah Aldira, A. Nurcholis Hasmi, Sheril Manalu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun