Mohon tunggu...
Sarah M Anbar
Sarah M Anbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

an ambivert

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenalkan Permainan Tradisional Anak-anak di Masa Modern

12 November 2023   01:15 Diperbarui: 12 November 2023   23:33 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Museum menjadi suatu tempat yang menyimpan informasi maupun benda benda yang bersejarah dengan tujuan utamanya adalah mempertahankan warisan budaya yang ada dan  memberikan informasi pengetahuan bagi masyarakat. Salah satunya yaitu Museum Sri Baduga yang terletak di Kota Bandung, Jawa Barat. Museum ini memuat banyak nilai sejarah dan budaya yang ada di Provinsi Jawa Barat. Di dalamnya menunjukan salah satunya yaitu permainan tradisional anak-anak, dimana ketika melihat hal ini membuat nostalgia ke masa kecil dan ingin kembali ke masa itu.

Masa kecil adalah masa dimana setiap anak mulai mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya, dan juga bermain. Permainannya pun beragam jenisnya, mulai dari kelereng, gatrik, enggrang, layangan, congklak, teteleponan, dan bekel/beklen. Dengan bermain permainan tradisional mampu membantu pertumbuhan dan perkembangan pada seorang anak, terutama pada usia balita, usia dini, dan juga pada usia sekolah dasar, karena dengan bermain mampu memberikan pengalaman kepada anak, mengeksplorasi kemampuan pada anak, dan menyalurkan energi yang dimiliki oleh anak.

Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, permainan ini mulai telah tergantikan dengan permainan yang ada di gadget. Anak anak cenderung lebih tertarik dengan game online juga nonton Youtube,apabila mereka tidak diberikan gadget mereka akan menjadi tantrum, sehingga menjadikan anak-anak mulai kecanduan dengan gadget. Ini bukanlah hal yang baik, karena anak-anak tersebut masih dalam tahap pertumbuhan. 

Terdapat peneliti yang pernah mengajak berbicara dengan seorang anak yang asyik dengan gadget nya, namun butuh waktu yang cukup lama untuk menunggu ia menjawab pertanyaan dari peneliti tersebut, dan mereka bahkan terlihat enggan untuk menjawab pertanyaan. Sehingga penggunaan gadget memberikan dampak yang buruk bagi anak-anak.

Tetapi tidak ada salahnya untuk mengenalkan kembali permainan tradisional kepada anak-anak di zaman sekarang, untuk tetap menjaga kelestarian budaya Indonesia sehingga nantinya budaya ini akan diwariskan ke generasi yang akan datang. Terdapat permainan yang dulunya sangat terkenal dan sangat digemari oleh anak-anak, nama permainannya adalah bekel/beklen.

Permainan ini merupakan permainan tradisional yang berasal dari daerah Jawa Barat, biasanya dimainkan oleh 2 orang atau lebih secara bergantian. Alat yang digunakannya yaitu berupa bola yang memiliki ukuran mirip dengan bola pingpong, bolanya berbahan dari karet dengan diameter sekitar 2-4 cm. Lalu dilengkapi dengan kewuk yang berupa kerang dan digunakan sebagai biji beklen. Jumlah kewuk yang digunakan biasanya 10 biji.

Cara bermainnya dapat dikatakan cukup sulit bagi yang pertama kali bermain, bola dipantulkan dan kewuk disebarkan ke lantai secara bersamaan, lalu ambil biji beklen satu persatu menggunakan satu genggaman tangan. Terdapat level yang harus dilewati dalam permainan beklen ini. Apabila kalah, harus bergantian dengan teman yang lain dan menunggu gilirannya kembali.Terdapat peraturan yang harus diikuti dalam bermain bola bekel, yaitu:

1. Tidak boleh menggunakan dua tangan dalam bermain

2. Tidak boleh menggeser biji bekel yang tidak akan diambil

3. Posisi biji bekel saat pertama kali disebar tidak boleh terbuka semua, atau tertutup semua.

4. Bola tidak boleh lepas dari tangan atau menggelinding jauh dari jangkauan

Dengan diciptakannya peraturan ini dapat membuat anak lebih bisa menaati peraturan dan juga adapun manfaat lain dari permainan bola bekel bagi anak yaitu:

1. Melatih anak untuk fokus

Saat bermain bola bekel, diperlukan untuk focus dalam bermain agar ketika mengambil kuwuk tidak tersentuh kuwuk lain yang tidak akan diambil.

2. Melatih anak untuk bersikap sportif

Bermain bekel dilakukan dengan 2 orang atau lebih, sehingga anak-anak harus bersikap sportif agar permainan bola bekel berjalan tanpa ada perdebatan karena salah satunya ada yang bermain curang dan tidak sportif.

3. Melatih kesabaran anak

Dengan berusaha mengambil kuwuk satu persatu dan melewati tahapan level yang ada, membuat anak-anak lebih sabar karena harus ada proses dan usaha yang mereka lakukan. Juga ketika menunggu giliranya bermain, anak-anak jadi terbiasa untuk mengantri dalam menginginkan sesuatu.

4. Melatih motorik visual pada anak

Saat melemparkan bola dan menebarkan kuwuk mampu meningkatkan motoric anak karena adanya proses koordinasi dan harus tangkas dalam mengambil bola agar tidak lepas dari tangan.

 Sehingga mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anak bisa menjadi salah satu solusi agar anak tidak terlalu kecanduan dan selalu bergantung dengan gadget, karena dibalik kecanggihan dari teknologi gadget apabila dimainkan oleh anak-anak terlalu sering dapat menjadi penyebab perubahan perilaku pada anak, menyebabkan radiasi mata, dan masih banyak dampak negatif lainnya yang akan datang.

Mengikuti perkembangan zaman itu memang baik, namun harus diimbangi juga dengan permainan yang tidak selalu melibatkan gadget  kepada anak-anak. Semoga informasi yang diberikan dapat menambah pengetahuan dan juga bermanfaat yaa untuk kalian!

Referensi:                                                                                                                          

Alya (2018). Permainan Beklen. Budaya Indonesia

Ningsih, Y.R.A. (2021). MANFAAT PERMAINAN TRADISIONAL BOLA BEKELTERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI. Jurnal Untirta.

Prayitno, H.J. Rahmawati, F.N. Intani, K.I.N. G. Pradana, F.G. (2022)Pembentukan Karakter Anak Usia Sekolah Dasar Melalui Permainan Tradisional. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun