Selain menulis buku, Arifin juga menjadi sutradara pada banyak film dan sinetron dan beliau juga menulis skenarionya, diantaranya : "Pemberang" (1972), "Rio Anakku" (1973), "Melawan Badai" (1974), "Petualang-Petualang" (1974), "Senyum di Pagi Bulan Desember" (1974), Kugapai Cintamu" (1976), "Kembang-Kembang Plastik" (1977), "Suci sang Primadona" (1978), "Harmoniku" (1979), "Lingkaran-Lingkaran" (1980), "Yuyun Pasien Rumah Sakit Jiwa" (1980), "Serangan Fajar" (1981), "Pengkhianatan G.30 S/PKI" (1983), “Matahari-Matahari" (1985), "Sumur Tanpa Dasar" (1989), "Taksi" (1990), dan "Keris" (1995).
Sebagai sastrawan ternama tentunya sudah banyak penghargaan yang dinobatkan untuk Arifin C Noer. Pada film Pemberang beliau dinobatkan sebagai penulis skenario terbaik di Festival Film Asia 1972 dan mendapat piala The Golden Harvest. Beliau juga kembali terpilih sebagai penulis skenario terbaik untuk film Rio Anakku dan Melawan Badai masing-masing pada Festival Film Indonesia 1974 dan 1975, dan mendapatkan Piala Citra. Untuk film Suci Sang Primadona 1977 melahirkan pendatang baru Joice Erna, yang memenangkan Piala Citra sebagai Aktris Terbaik pada Festival Film Indonesia 1978. Menyusul film-film lainnya seperti Petualang-Petualang, Harmonikaku, Yuyun Pasien Rumah Sakit Jiwa, dan Matahari-Matahari. Film Serangan Fajar dinobatkan sebagai Film Terbaik FFI 1982.
Salah satu film karya Arifin yang paling kontroversial adalah Pengkhianatan G 30 S/PKI (1984). Dimana film tersebut merupakan film yang terlaris dan dijuluki "superinfra box-office”. Film ini diwajibkan oleh pemerintah Orde Baru untuk diputar di semua stasiun televisi setiap tahun pada tanggal 30 September untuk memperingati tragedi Gerakan 30 September pada tahun 1965. Namun peraturan ini kemudian dihapus pada tahun 1997, seiring dengan tumbangnya rezim Orde Baru. Melalui film itu pula Arifin kembali meraih Piala Citra FFI 1985 sebagai penulis skenario terbaik. Pada FFI 1990, filmnya Taksi dinyatakan sebagai film terbaik dan meraih 6 Piala Citra. Menurut penyair Taufiq Ismail, sosok Arifin C Noer adalah "pembela kaum miskin". Dari beliaulah kita dapat mengetahui bagaimana sosok seorang pendiri Teater Kecil dan kita belajar, tidak hanya memberikan karya lewat tulisan dan dramanya tetapi juga menginspirasi kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H