Mohon tunggu...
Saragih alam
Saragih alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Disela-sela liburan

Telah memperoleh S-1 Filsafat di Fakultas Filsafat Santo Thomas Medan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apakah Agama Membutuhkan Tuhan yang Transenden?

4 Desember 2022   21:13 Diperbarui: 4 Desember 2022   21:34 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Roh dan Materi

Banyaknya kejahatan di dunia ini, mendukung paham bahwa Tuhan memang berbeda dan jauh dari dunia. Jika Tuhan dekat dan berada di dunia, maka kejahatan tidak akan ada. Jika hal itu tetap terjadi berarti sifat kebaikan Tuhan harus dihapuskan. Paul Tillik menanggapi paham panteisme. Meskipun dalam pantaisme dualisme antara Tuhan dan dunia ditolak, tetapi manusia tidak dapat mengetahui sifat kesatuan yang ada. Dalam paham dualisme, pertentangan bukanlah hanya terkait Tuhan dan dunia, tetapi juga roh dan materi. 

Dikatomi antara Tuhan dan dunia direplikasi dalam kepribadian manusia.  Feuerbach menyatakan bahwa apa yang dulu dianggap oleh agama sebagai kebenaran saat ini menjadi tidak benar; apa yang sebelumnya disembah sekarang dainggap sekular/manusiawi. Dengan demikian agama hanyalah sebagai proyeksi dari kebutuhan dan keinginan manusia. Baginya realitas Tuhan hanyalah sebagai proyeksi dari keinginan manusia bukan suatu kenyataan objektif diluar dunia. Seraya molak Kant, Feuerbach berkata bahwa pengetahuan tentang Tuhan dapat kita temukan dalam diri kita sendiri. Tuhan yang transenden tidak ada karena itu hanyalah produk pikiran manusia.

Bentuk Transenden

Secara konsep, realitas Tuhan melampaui kemampuan kita (transendensi koseptual). Apa yang tidak terjangkau oleh manusia harus tetap dianggap nyata. Alam semesta adalah nyata meskipun tidak semuanya dapat diamati. Disamping itu kaum naturalisme menyatakan bahwa konsep transendensi hanyalah akan melemahkan diri kita.

William Alston menyatakan bahwa Tuhan tidak identik dengan alam atau salah satu dari bagiannya. Mustahil untuk menerapkan konsep-konsep kita terhadapNya. Ada godaan bahwa manusia terpenjara dalam dunia konseptualnya dan menyatakan bahwa satu-satunya realitas yang dapat diketahui adalah dirinya sendiri menurut konsepsinya sendiri. Manusia mengunci dirin pada dunia yang dibuatnya. Pemikiran ini anti-teistik karena menjadikan manusia sebagai pusat kebenaran. Banyak teolog menolak untuk memperlakukan Tuhan sebagai salah satu dari realitas dunia. Namun tidak berarti bahwa Dia juga hanya suatu objek yang absrak.

Tuhan yang Aktif

Tuhan adalah Allah yang senantia bertindak aktif. Berkat hal itulah Dia dapat dikenali oleh manusia. Tuhan aktif membuat diriNya dikenal dengan cara-cara yang dapat dipahmi oleh manusia. Feurbah mengatakan bahwa wahyu berasal dari keinginan dan akal manusia. Pengetahuan kita tentang Tuhan sedang digunakan dalam upaya untuk menunjukkan bagaimana kita dapat memperoleh pemahaman tentang apa yang secara ontologis transenden. Dengan kata lain, transendensi otologis tidak menyiratkan transendensi konseptual.

Hardwick berkata bahwa teologi harus membuat dirinya dapat dipahami seturut kehidupan manusia saat ini. Manusia dari dalam dirinya memiliki kemampuan untuk mengenali kebenaran dan menalar dengan tepat. Jika Tuhan adalah Pencipta, Dia pasti akan menopang dan mempertahankan apa yang telah Dia ciptakan. Namun, jika Tuhan hanya diyakini sebagai dasar utama dari segala sesuatu, maka akan sulit untuk mengetahui dan mengenalNya. Dunia yang bekerja sendiri bertentangan dengan jati diri Tuhan. Allah yang aktif semakin menandaskan keberadaan Allah. 

Semua iman membutuhkan dasar yang rasional. Ateisme bahkan mengindikasikan akan adanya Tuhan. Jika tidak ia tidak dapat menyangkal apa yang disangkalnya. Kant mengatakan bahwa Tuhan tidak dapat diketahui kecuali melalui iman dan keyakinan. Akal budi kita tidak dapat mengetahui realitas Allah, sebab akal budi hanya mengetahui apa yang tampak baginya. Bagi Whitehead Yesus adalah model utama dalam agama. Tuhan membiarkan dirinya dialami oleh manusia. Tuhan bukanlah sesuatu yang "jauh di sana" tetapi dekat dan ada dan bersama manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun