Sarabunis Mubarok
AKU INGIN MENIKAHIMU DI MUSIM HUJAN
Aku ingin menikahimu di musim hujan, saat petir
mematangkan hati para petani, saat daun-daun bambu
bersukacita digoyang gerimis, saat semua rumah di
kampungmu memperdebatkan calon menantu dan
melumpuriku dengan kecemburuan yang
kuyup-lebam dan kian menajam.
Akan kusewa semua ombak bagi sungai-sungai rahasia
di hatimu. Ikan-ikan yang menua, kiambang-kiambang
yang terlanjur menjanda, tiba-tiba menawarkan perahu
bagi hari-hari panas yang menderu. Tapi aku ingin
menikahimu di musim hujan, di mana birahimu
akan menjadi satu-satunya perapian.
Ke setiap kampung, telah kukibarkan namamu sebagai
pengantin paling basah. Kubaca sedikit senyum jinak
di antara wajah-wajah yang berontak. Tapi aku tetap
ingin menikahimu di musim hujan, di mana biji
jantungku menjadi benih bagi tubuhmu yang subur,
yang kelak akan menjelma sawah-sawah kecoklatan.
2005.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H