Mohon tunggu...
M. Sapwan
M. Sapwan Mohon Tunggu... Musisi - photo traveling di malang

saya dari Lombok

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tujuh Kekuatan dari Pertanyaan "Kapan Nikah?"

29 Januari 2018   21:09 Diperbarui: 29 Januari 2018   21:19 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Japan Times)

3. Kesempurnaan Hidup

Ketiga, ingin agar hidup mereka lebih sempurna. Lho kok hidup sempurna ? emang kalo belum nikah itu hidup itu belum sempurna ? ya iyalah. Daur hidup manusia itu, di mulai dari dia lahir, besar, kawin, beranak, tua dan mati. Nanti anaknya juga begitu. Lha kalau salah satu daur hidup itu tidak di lewati maka tidak sempurna dong. Tidak lahir misalnya. Tiba-tiba langsung menjadi gede. Kan aneh itu. Nah makanya kita harus lahir dulu. Dan bagaimana kita bisa lahor kalau orang tua tidak menikah. Keberlangsungan generasi hanya bisa jika manusia menikah. Manusia itu sempurna jika ia melewati daur hidup mulai dari lahir dan diakhiri dengan mati. Begitu kira-kira (mudahan aja ini nggak ngawur).

4. Menuju pendewasaan

Keempat. ingin agar menjadi lebih dewasa dan berani mengarungi tantangan hidup. Mengapa begitu. Ya begitulah. Mereka yang masih hidup sendiri itu biasanya labil dan cepat terombang ambing. Mengapa demikian, salah satunya karena ia belum terlatih. Otaknya belum pernah dihadapkan pada tantangan yang lebih berat, karena ia masih ada tempat bergantung. Mereka yang telah menikah, pikiran dan tindakannya lebih bijak dan tidak cepat terombang-ambing. Merea telah terlatih dan terbiasa untuk menjadi lebih sabar. Contoh kecilnya, mereka yang biasa istirahat tidur dengan nyenyak dan tak pernah terganggu hingga pagi tiba, pola hidupnya harus berubah saat punya bayi.

Bayinya akan bangun dan menangis tengah malam, mau tidak mau bagaimanapun kantuk mendera, cie mendera, puitis bingit. Eh saya lanjutkan bagaimanapun ngatuknya terpaksa harus bangun. Wajib. Saya katakan wajib karena masak harus bangunin tetangga buat jagain anaknya terus yang punya anak ngorook. Ya wajiblah. Suami istri kadang harus gentian sepanjang malam. Apalagi kalo anak sakit. Ini salah satu macam "latihan" penting yang pada akhirnya membuat pasangan menjadi lebih dewasa. Itu contoh kecil ya. Nanti ada latihan lanjutan yang akan meneguhkan dinding-dinding jiwa untuk menjadi manusia yang kuat dan tanguh.

5. Tidak menyesal

Nah kita lanjut ke lima (kok banyak sekali ya ) hehe. Yang kelima adalah karena yang bertanya kapan nikah itu menyimpan harapan agar yang ditanya nantinya tidak menyesal karena terlambat. Biasanya orang yang ditanya gimana rasanya nikah, banyak yang nyeletuk bilang "menyesal saya nikah" maksudnya menyesal nikah sekarang, mengapa ndak dari dulu-dulu. Begitu biasanya guyonan pengantin baru yang merasa bahagia dan mengecap suka hati setelah menikah. Nyesel deh pokoknya kalau terlambat nikah.

6. Teman Berbagi

Yang keenamadalah agar temannya bisa memiliki teman berbagi. Berbagi dalam suka dan duka. Yang kasihan itu saat sakit dan tinggal di rantauan. Tidak ada teman berbagi. Tidak ada yang melayani. Tidak ada tempat berkeluh kesah. Masak harus berkeluh kesah dengan istri tertangga misalnya. Waah bahayya itu. Hehe. Intinya itu mereka yang sudah menikah memiliki teman berbagi.

Saat menemui kesulitan di tempat kerja, saat menemui masalah dengan teman bisinis, kadang kita orang hanya butuh tempat bercerita dan membagi kesusahan. Kalau sudah bercerita rasanya kebih plong dan nyaman. Pasangan hidup adalah teman yang pas untuk berbagi. Tidak hanya itu, saat senang juga demikian. Saat tiba-tiba ada rejeki nomplok, naik pangkat, dapat teman baru yang baik, sampai hal-hal sederhana yang membahagiakan berbagi dengan pasangan akan membuat kebahagian itu menjadi lebih awet dan tuntas. Manusia butuh teman berbagi.

7. Pintu Kebajikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun