Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pertumbuhan Ekonomi Vietnam Capai Angka 7,4% di Q3 2024, Bisakah Indonesia Menyusul?

9 Oktober 2024   06:56 Diperbarui: 9 Oktober 2024   07:15 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Rising Economy Of Vietnam | Asia's Next Powerhouse? (Youtube/Behind Asia)

Kabar terbaru datang dari negara yang digadang akan menjadi raja baru ASEAN yaitu Vietnam. Bukan berita soal kekacauan ekonomi maupun politiknya, Vietnam justru menorehkan capaian baru melalui pertumbuhan ekonominya yang digambarkan dalam PDB pada kuartal 3 tahun 2024 yang mencapai angka 7,4%.

Sontak hal ini menghebohkan jagat dunia maya khususnya warganet Indonesia yang merasa takjub sekaligus iri akan pencapaian tersebut. Bagi beberapa orang capaian yang diaraih oleh negara Vietnam ini tidak terlalu begitu mengejutkan, mengingat memang perekonomian negara yang dijuluki sebagai negeri naga biru ini memang mengalami pertumbuhan yangs sangat pesat pasca covid-19.

Jika kita sedikit mengurai persolan pertumbuhan ekonomi, terdapat komponen-komponen yang terdiri dari konsumsi masyarakat (C), investasi (I), belanja pemerintah (G), Ekspor (X), dan impor (M). Di mana setiap komponen ini akan menentukkan bagaimana naik atau turunnya pertumbuhan ekonomi dari suatu negara.

Di mana konsumsi, investasi, belanja pemerintah, dan ekspor diharuskan mengalami peningkatan serta menjaga kegiatan impor tidak terlalu berlebihan untuk bisa memperoleh jaminan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diinginkan.

Melihat kasus Vietnam, artinya negara tersebut mampu memenuhi persyaratan dari setiap komponen yang ada sehingga akhirnya negara dapat mencapai peningkatan pertumbuhan ekonomi yang terbilang cukup signifikan.

Membandingkan dengan pertumbuhan ekonomi negeri ini yang stagnan di angka 5%, tentu membuat mata kita semakin terbuka lebar akan hal-hal yang perlu diperhatikan jika ingin mencapai peningkatan yang diinginkan. Belajar dari Vietnam, apakah kita bisa menyusulnya?

The Rising Economy Of Vietnam | Asia's Next Powerhouse? (Youtube/Behind Asia)
The Rising Economy Of Vietnam | Asia's Next Powerhouse? (Youtube/Behind Asia)

Belajar dari kesuksesan ekonomi Vietnam

Kesuksesan perekonomian negara Vietnam bukan didapatkan secara instan begitu saja. Bahkan sejarah mencatat bagiamana PDB Vietnam pada tahun 1980an hanya berkisar US$200 hingga US$300 saja. Angka yang sepertinya tidak pernah terbayangkan dihasilkan oleh kegiatan ekonomi dari suatu negara.

Belajar dari keterpurukan tersebut, pada tahun 1986 pemerintah Vietnam melakukan reformasi ekonomi melalui kebijakan yang diberi nama "Doi Moi" atau yang berarti renovasi dan pembaruan. Di mana transformasi ekonomi negara diubah yang semula dari sistem sosialis terpusat menjadi ekonomi pasar sosialis.

Perubahan ini kemudian membuat sektor swasta mulai berkembang, reformasi sektor pertanian yang pro petani, membuka pintu perdagangan internasional dan mendorong investasi asing (FDI), hingga reformasi di sektor keungan dengan mendirikan bank-bank komersial yang lebih independen dan menciptakan kebijakan moneter yang lebih fleksibel.

Perubahan tersebut kemudian menurunkan angka kemiskinan negara Vietnam secara drastis, pertumbuhan ekonomi yang konsisten selama beberapa dekade, menjadi ekspoktir utama produk-produk seperti pertanian, tekstil, dan elektronik, hingga investasi asing (FDI) yang terus mengalami lonjakan.

Saat ini Vietnam bukan hanya dinobatkan sebagai raja baru ASEAN saja tetapi alternatif pilihan selain China. Artinya, dunia sudah menilai value negara Vietnam sama dengan China sebagai partner terbaik di dalam pasar global. Bukan tanpa alasan, hal ini karena Vietnam terus menciptakan berbagai kebijakan agar bisa menjadi magnet yang menarik para investor asing.

Salah satunya adalah dengan menandatangangi perjanjian perdagangan internasional seperti EVFTA (European-Vietnam Free Trade Aggrement) hingga CPTPP (Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership) sehingga dapat memberikan akses yang lebih luas lagi ke pasar global dan menarik minat perusahaan-perusahaan asing untuk berinvestasi di Vietnam.

Untuk mendukung hal tersebut, Vietnam juga melakukan "penyederhanaan prosedur administrasi" dan "pengurangan hambatan birokrasi" untuk mempermudah proses investasi. Sehingga hal ini yang membuat Vietnam semakin menarik di mata para investor asing untuk menanamkan modalnya di negara tersebut.

Tidak hanya itu, pemerintah Vietnam juga memberlakukan insentif pajak dan keringanan biaya bagi perusahaa asing yang berinvestasi di sektor-sektor prioritas seperti teknologi tinggi, manufaktur, energi terbarukan, dan infrastruktur.

Seperti sebuah win-win solution, kebijakan ini bukan hanya menguntungkan para investor asing tetapi juga negara Vietnam itu sendiri karena sektor-sektor prioritas ini nantinya bisa bermanfaat dalam jangka panjang khususnya dalam menunjang kesejahteraan masyarakatnya.

Sumber: World Bank
Sumber: World Bank

Maka tidak mengherankan jika pertumbuhan FDI inflows Vietnam terlihat memiliki kecendrungan untuk terus mengalami peningkatan dalam 10 tahun terakhir. Meskipun sempat mengalami penurunan pada tahun 2020 karena imbas dari Covid-19, namun Vitenam kembali bangkit dan mengalami peningkatan pada tahun 2023 hingga mencapai US$18,5 miliar.

Selain berbagai kebijakan yang menarik minat para investor asing, Vietnam juga menawarkan stabilitas markroekonomi. Di mana politik yang stabil dan lingkungan ekonomi yang kondusif mampu menciptakan "rasa aman" bagi investor. Mata uangnya juga terbilang stabil dengan inflasi yang terkendali semakin membuat investor percaya untuk menanamkan modalnya di negara tersebut.

Untuk memastikan investor semakin puas, pemerintah Vietnam juga secara aktif membangun dan memperbaiki infrastruktur transportasi dan logistik seperti jalan raya, pelabuhan, hingga kawasan industri. Sehingga dengan infrastuktur yang efisien dapat memudahkan perusahaan manufaktur yang memang mengandalkan rantai pasokan global yang cepat.

Hal ini bahkan sudah menarik minat beberapa perusahaan teknologi raksasa dunia seperti Intel, Samsung, LG Electronics, Microsoft, hingga Apple yang pada tahun 2023 lalu merelokasi setidaknya 11 pabrik resminya di Vietnam. Investasi asing di sektor teknologi ini semakin memperkuat posisi Vietnam sebagai pusat manufaktur teknologi global.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak hanya terjadi karena satu komponen saja. Konsumsi masyarakat Vietnam mengalami peningkatan karena meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat. Hal ini bahkan membuat masyarakat kelas menengah berkembang secara signifikan, hingga akhirnya konsumsi domestik tumbuh sebesar 7,02% pada kuartal 3 tahun 2024.

Dari sisi belanja pemerintah, negara Vietnam tidak hanya aktif membangun infrastruktur untuk mendukukung investasi asing saja, tetapi juga pada bidang pendidikan dan kesehatan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas tenaga kerja dalam mendukung pertumbuhan sektor industri yang semakin kompleks.

Hingga memberikan bantuan subsidi untuk sektor pertanian dan UMKM, serta menstimulus kebijakan fiskal dalam mengatasi masalah krisis ekonomi seperti saat Covid-19, di mana pemerintah melakukan stimulus fiskal dan secara intensif untuk menjaga stabilitas ekonomi. Sehingga hal ini dapat membantu mempertahankan konsumsi domestik dan menjaga daya beli masyarakat agar perekonomian negara tetap terus bergerak.

Untuk kegiatan ekspor, pada kuartal 3 tahun 2024 ini negara Vietnam masih mengalami peningkatan sebesar 15,8%. Meskipun Vietnam dilanda badai Yagi yang diprediksi menelan kerugian ekonomi sebesar US$3,3 Miliar, tetapi Vietnam mampu dengan cepat beradaptasi dengan bencana alam yang terjadi sehinggga kegiatan ekspor masih bisa mengalami pertumbuhan.

Dan yang terkahir adalah kegiatan impor. Untuk kegiatan impor ini memang Vietnam masih terbilang tinggi, namun komoditi impor yang dilakukan biasanya untuk bahan baku, mesin, teknologi, yang mendukung pertumbuhan industri dan ekspor dari negara tersebut.

Sehingga kegiatan impor ini masih memiliki "ugrensi" yang positif karena berperan penting dalam mendukung sektor manufaktur dan teknologi tinggi yang merupakan pendorong utama dari pertumbuhan ekonomi Vietnam. Sehingga dapat dikatakan juga bahwa negara Vietnam memastikan keseimbangan antara ekspor dan impor agar defisit neraca perdagangan yang terjadi tidak terlalu besar.

Setelah melihat analisis sederhana ini mungkin kita akan semakin sadar bahwa banyak sekali hal-hal yang perlu dibenahi oleh pemerintah Indonesia agar bisa berada di level yang sama seperti negara Vietnam.

Jika tidak bisa berubah dan atau bahkan justru memperburuk hal-hal yang seharusnya perlu dibenahi, maka peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa yang akan datang mungkin hanyalah sebuah mimpi di siang bolong belaka saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun