Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Real Food dan Persepsi Keliru Masyarakat Indonesia: Lebih Praktis, Bergizi, dan Terjangkau dari yang Dikira

5 Oktober 2024   23:48 Diperbarui: 7 Oktober 2024   14:11 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: iStock/Lisovskaya

Sumber: iStock/Lisovskaya
Sumber: iStock/Lisovskaya

Mispersepsi masyarakat tentang "real food"

Real food adalah makanan yang alami, minim proses pengolahan dan tanpa adanya bahan perasa, bahan kimia, pengawet hingga pemanis buatan. bahan makanan yang termasuk real food ini misalnya seperti buah, sayur, biji-bijian, daging, ikan, susu, dsb.

Secara sederhana real food sendiri menekankan pada konsep pola konsumsi makanan yang tetap mempertahankan bentuk aslinya, menjaga nilai nutrisi, dan mengurangi tambahan-tambahan lain yang dapat berdampak negatif pada kesehatan tubuh.

Di zaman yang semakin maju, masyarakat lebih akrab dengan makanan kemasan yang tidak baik bagi kesehatan tubuh. Konsumsi real food juga menjadi sebuah ide dari gerakan secara global yang bertujuan untuk mempromosikan konsumsi makanan yang lebih alami, segar, dan minim proses yang kemudian dikenal dengan real food movement.

Gerakan ini tidak hanya berfokus pada promosi makanan alami dan menentang penggunaan makanan ultra-proses saja tetapi juga untuk keberlanjutan lingkungan. Di mana makanan alami yang didapat dari petani ini secara tidak langsung membantu mengurangi jejak karbon sekaligus juga mendukung ekosistem pangan lokal.

Namun, gerakan untuk mengonsumsi real food ini menghadapi beberapa macam tantangan. Khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang mayoritas masyarakatnya menyukai makanan dengan cita rasa yang berbumbu.

Belum lagi mispersepsi masyarakat Indonesia soal real food itu sendiri. Di mana, masih banyak dari mereka yang menganggap bahwa olahan makanan nusantara berbahan alami seperti pecel, gado-gado, dan berbagai macam olahan daging maupun ikan yang dianggap masih termasuk kedalam kategori real food.

Perlu diingat lagi bahwa konsep real food bukan hanya soal bahan-bahan alami saja tetapi "minim proses" dalam pengolahannya. Artinya, esensi dari real food lebih menekankan keserdahanaan pada pengolahannya yang bertujuan untuk menjaga kualitas gizi dari bahan makanan tersebut.

Sehingga berbeda dengan olahan makanan yang biasa kita santap, misalnya saja gado-gado yang berisikan beragam jenis sayuran di dalamnya. Untuk mendapatkan bumbu kacang dalam campuran gado-gado, kacang tanah akan digoreng dengan minyak terlebih dahulu, ditambahkan garam, kecap, dan hingga nantinya diberikan toping lain seperi bawang goreng dan kerupuk diatasnya.

Artinya, meskipun gado-gado sebagian besar berisi berbagai macam bahan alami tetapi dalam penyajiannya membutuhkan proses yang cukup panjang dan menggunakan berbagai tambahan seperti minyak, garam, gula, yang bisa mengubah komposisi dari gizi bahan-bahan alami pada sayuran tersebut.

Secara lebih sederhana lagi konsep real food ini tidak terlalu berfokus untuk menciptakan sebuah makanan dengan cita rasa yang "lezat" seperti sajian makanan nusantara yang biasa kita santap. Oleh karena itu, real food lebih berfokus pada "kemurnian" bahan alami dan proses pengolahannya yang sederhana tanpa tambahan apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun