Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari "Nasi Darurat Jogja": Sebuah Inspirasi Gerakan Komunitas dalam Mengatasi Masalah Kelaparan

16 Agustus 2024   00:15 Diperbarui: 16 Agustus 2024   00:18 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelaparan baik itu dalam skala kecil maupun besar merupakan sinyal dari adanya permasalahan dalam kondisi ekonomi suatu negara. Bisa karena ketidakstabilan ekonomi, kurangnya jaring pengaman sosial, hingga masalah akses dan distribusi bantuan kepada masyarakat.

Ketidakstabilan ekonomi biasanya menunjukkan bagaiamana fenomena masyarakat khususnya yang berada di sektor informal atau berpendapatan rendah, yang sulit dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka. Sederhananya, mereka ada di posisi di mana kondisi ekonomi negara semakin menekan mereka bahkan sampai pada tahap 'tidak bisa makan'.

Secara lebih lanjut aspek jaring pengaman sosial juga tak luput dari sorotan. Di mana pemerintah melalui regulasi, kebijakan, hingga programnya dalam melindungi masyarakat yang berada dalam kondisi rentan secara ekonomi. Ketika kelaparan terjadi, maka hal-hal tersebut perlu dipertanyakan dan dievaluasi lebih lanjut.

Kemudian masalah ini juga akan berkaitan dengan bagaimana akses dan distribusi sumber daya maupun bantuan dan dukungan sosial yang memadai dapat sampai kepada masyarakat yang berhak mendapatkannya. Disini mungkin akan lebih kompleks lagi karena akan berurusan dengan pemerintah daerah sebagai penerima tongkat estafet dari pemerintah pusat.

Berita baru-baru ini soal pengemudi ojek online yang ditemukan meninggal dunia dan sinyalir akibat dari kelaparan kembali membuka mata kita soal isu ini. Walaupun skalanya kecil tetapi kelaparan ini bisa menyebabkan kematian khususnya pada masyarakat yang berada di kelas ekonomi bawah.

Banyak masyarakat dan warganet yang merasa turut prihatin atas kejadian tersebut sekaligus mempertanyakan kinerja pemerintah dalam mengatasi permasalahan kelaparan ini. Tidak bisa dibayangkan bahwa kejadian ini terjadi di daerah yang seharusnya secara akses dan distribusi lebih mudah jika dibandingkan daerah-daerah terpencil yang sulit untuk bisa mendapatkannya.

katadata/Adi Ahdiat
katadata/Adi Ahdiat

Menurut data dari Global Hunger Index (GHI) pada tahun 2023 lalu, Indonesia menduduki peringkat kedua dalam tingkat kelaparan di ASEAN. Ini menunjukkan bahwa dalam lingkup ini, kelaparan di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga lainnya.

Nilai GHI Indonesia sendiri pada tahun 2023 sebenarnya mengalami penurunan jika dibandingkan pada tahun 2015. Namun, apabila melihat tren historis Indonesia dalam tingkat kelaparan yang pernah masuk dalam kategori tingkatan yang serius, maka ini menunjukkan bahwa Indonesia akan terus dibayangi oleh risiko tingkat kelaparan serius jika tidak ditangani dengan lebih serius.

Untungnya masyarakat kita yang dikenal akan tolong menolongnya melihat isu ini sebagai sebuah peluang untuk bisa berkontribusi dan membantu masyarakat yang mengalami permasalahan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun