Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pesona Desa Wisata Penglipuran Bali: Harmonisasi Antara Budaya dan Lingkungan Berkelanjutan

22 Juli 2024   17:39 Diperbarui: 23 Juli 2024   13:00 1125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekentalan budaya ini juga semakin terasa dengan seringnya diadakan rutinitas seperti festival pagelaran budaya dan kesenian yang juga menarik banyak perhatian wisatawan. Misalnya ritual keagamaan 'Ngusaba' yang dilakukan saat menjelang Hari Raya Nyepi hingga festival budaya akhir tahun yang menawarkan berbagai parade seni budaya dan pakaian adat bali.

Selain itu, Desa Penglipuran juga menawarkan berbagai kegiatan ekowisata dan edukasi yang menarik bagi wisatawan. Di mana, wisatawan bisa belajar tentang  pertanian organik, tanaman obat tradisional, hingga praktek-praktek keberlanjutan lingkungan yang diterapkan oleh masyarakat desa setempat.

Anak-anak di Desa Penglipuran, Bali ( Shutterstock/Reca Ence AR)
Anak-anak di Desa Penglipuran, Bali ( Shutterstock/Reca Ence AR)

Bukan hanya terkenal melalui kekentalan budayanya saja, Desa Penglipuran juga dikenal sebagai salah satu desa terbersih di dunia. Bukan tanpa sebab, selain karena masyarakatnya yang masih memegang teguh tadisi dan adat "Tri Hira Karana", tetapi juga masyarakat setempat sudah terbiasa menerapkan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recyle) dalam keseharian mereka.

Dalam pengelolaan sampah, masyarakat Desa Penglipuran memilah sampah yang dilakukan hampir disetiap rumah, melakukan kegiatan pengomposan secara kolektif, hingga rutin dalam pengungutan sampah dan daur ulang. Selain itu, desa ini juga memiliki sistem pengelolaan air yang baik untuk memastikan ketersediaan air bersih bagi setiap masyarakatnya.

Semua kebiasaan ini tak lepas dari pendidikan lingkungan sejak dini tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah yang benar. Pendidikan lingkungan ini juga dibarengi dengan pemahaman adat istiadat "Palemahan" yaitu menjaga keharmonisan antara manusia dan lingkungan.

Maka tidak mengeherankan jika Desa Penglipuran meraih berbagai penghargaan baik itu dari dalam maupun luar negeri seperti Kalpataru, Indonesia Sustainable Tourism Award, hingga Top 100 Sustainable Tourism versi GGDD.

Desa Penglipuran bukan hanya menawarkan kelestarian budaya yang sudah dilakukan sejak turun temurun hingga saat ini, tetapi juga praktik-praktik masyarakatnya dalam melestarikan lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun