Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Parkinson's Law, Antara Manajemen Waktu dan Efisiensi

1 Juli 2024   17:39 Diperbarui: 2 Juli 2024   11:13 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keunikan Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lainnya adalah dari aspek sosial masyarakatnya yang dapat dikatakan cukup beragam dan kompleks. Kita memiliki berbagai macam norma-norma yang ada di lingkungan masyarakat, hingga keanekaragaman budaya masyarakat yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Ini kemudian yang menjadikan Indonesia memiliki pola ciri khasnya tersendiri. Misalnya saja ketika kita yang terbiasa akan norma sopan santunnya dikenal oleh para pelancong dari luar negeri sebagai suatu bentuk keramahan yang tidak biasa dan mereka jumpai di negara-negara lain yang mereka pernah kunjungi sebelumnya.

Meksipun kita dikenal dengan berbagai aspek sosial yang positif, namun kita juga memiliki hal-hal yang tidak baik dalam masyarakat namun dianggap menjadi sebuah hal yang "wajar" karena hal tersebut sudah biasa dilakukan oleh masyarakat di Indonesia.

Tak sedikit juga yang menganggap bahwa itu hanya hal biasa yang tidak perlu dibesarkan karena akibat banyaknya masyarakat yang sering melakukan hal tersebut. Misalnya, masyarakat kita dikenal dengan buruknya manajemen waktu (terlambat), hingga inefisiensi dalam suatu pekerjaan.

Saking akrabnya dengan hal tidak baik tersebut, kita sering kali mengabadikannya dalam istilah atau perumpamaan tertentu. Misalnya dalam hal manajemen waktu, kita akan familiar dengan istilah "jam karet" sebagai perumpaan seseorang yang datang terlambat dengan mengulur-ngulur waktu seperti karet yang bisa diulur.

Selain itu, kita juga sering kali bersinggungan dengan inefisiensi dalam pekerjaan yang berhubungan dengan deadline yang panjang. Terdapat istilah SKS "sistem kebut semalam", yang biasanya akrab dengan para pelajar hingga para pekerja yang sering kali menunda pekerjaannya yang memiliki jatuh tempo yang cukup panjang dan baru akan dikerjakan pada satu hari sebelum jatuh tempo tersebut berakhir.

Hanya dalam dua hal saja yaitu "manajemen waktu" dan "efisiensi", masyarakat kita bukan hanya menganggap hal buruk ini sebagai sesuatu hal biasa dalam kehidupan masyarakat saja, tetapi juga kemudian akan menentukkan bagaimana arah dari negara ini akan berjalan.

Karena manajamen waktu dan efisiensi yang akan menentukkan bagaimana kualitas dari sumber daya manusia (SDM) nantinya, khususnya berhubungan dengan kegiatan yang menghasilkan value added. Tentunya ini bukan hanya soal polemik dalam lingkungan sosial masyarakat saja, tetapi memiliki dampak berganda pada negara juga.

Isu terkait dua hal ini ternyata sudah mendapatkan perhatian sejak dulu, bahkan terdapat sebuah pengamatan yang kemudian menyoroti permasalahan manajamen waktu dan efisiensi dari pekerjaan suatu kelompok yang dalam hal ini adalah pemerintah. Hingga akhirnya terdapat sebuah teori yang bernama Parkinson's law yang lebih lanjut menyoroti kedua isu tersebut.

Apa itu Parkinson's Law?

Parkinson's law pertama kali ditemukan oleh seorang sejarawan asal Inggris bernama Cyril Northcote Parkinson dalam tulisannya dengan judul yang sama yaitu "Parkinson's Law" yang diterbitkan di majalah The Economist pada tahun 1955 silam.

Dalam teorinya, Parkinson mengajukan sebuah prinsip sebagai sebuah ilustrasi yang dihasilkan dari pengamatannya terhadap fenomena birokrasi dan administrasi di pemerintahan. Di mana dalam administrasi pemerintahan, birokrasi cenderung berkembang secara otomatis, terlepas dari kebutuhan aktual.

Parkinson menambahkan bahwa pemerintah memiliki kecenderungan untuk menambahkan lebih banyak staf atau melakukan lebih banyak pertemuan hanya untuk "mengisi waktu" yang tersedia. Sehingga dapat dikatakan bahwa hal-hal yang dilakukan tersebut bukan karena kebutuhan yang sebenarnya.

Dari keresahan terhadap isu tersebut, Parkinson kemudian mengekstrapolasikan prinsip tersebut menjadi sebuah konsep yang lebih luas di mana pekerjaan ternyata dapat mengembang sesuai dengan waktu yang tersedia untuk menyelesaikannya, yang kemudian dikenal sebagai teori atau prinsip 'Parkinson's Law".

Secara sederhana, Parkinson's Law ini menjelaskan bagaimana ketika sebuah pekerjaan memiliki jangka waktu pengerjaan yang panjang maka seseorang akan memiliki kecenderungan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut lebih lama sesuai dengan waktu yang tersedia. Dalam kata lain semakin lama waktu pengerjaannya, maka pekerjaan tersebut justru semakin tidak efisien.

Padahal pekerjaan tersebut bisa saja selesai lebih awal daripada jangka waktu yang tersedia, namun karena waktu yang tersedia panjang maka seseorang akan memanfaatkan waktu yang panjang itu untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tentu ini merupakan perilaku yang menunjukkan infesiensi dalam pekerjaan yang akan berdampak pada produktivitas seseorang.

Teori yang diciptakan Parkinson ini ternyata terbukti relevan bahkan hingga saat ini. Di mana dalam lingkup dunia bisnis, pendidikan, bahkan hingga kehidupan sehari-hari sekali pun, praktik dari prinsip pada teori tersebut sering kali kita temukan.

Freepik/Jcomp
Freepik/Jcomp

Jika kita hubungkan dengan pola kebiasaan masyarakat Indonesia dalam hal manajemen waktu dan efisiensi tentu sangatlah berkaitan. Masyarakat kita seolah meromantisasi "terlambat" dengan sangat baik. 

Terbukti dengan terbiasanya dengan hal tersebut, masyarakat sampai memiliki berbagai istilah khusus untuk menggambarkan manajemen waktu yang buruk itu.

Yang semula hanya ada di lingkungan sosial masyarakat saja, kemudian tak terasa terbawa hingga ke berbagai hal lainnya seperti dunia pendidikan dan pekerjaan. Oleh karena itu sering kita sebagai masyarakat sendiri tahu betul betapa buruknya Indonesia dalam hal manajemen waktu.

Ini semua dapat tergambar melalui bagaimana negara ini memiliki birokrasi yang ruwet, pelayanan yang lama, pokoknya apapaun yang berhubungan dengan waktu maka semua hal-hal buruk ada pada negara ini. 

Bahkan masyarakat sering kali melemparkan candaan melalui sebuah uangkapan; "jika bisa sulit kenapa harus mudah", untuk mendefinisikan inefisiensi yang sering terjadi tersebut.

Ini menunjukkan bagaimana kualitas masyarakat kita dalam hal manajemen waktu. Tentu saja dari satu hal ini kemudian akan berdampak pada efisiensi dan produktivitas dari seseorang. Mungkin bagi beberapa orang ini merupakan hal yang sepele karena hanya berhubungan dengan "pola perilaku" dari seseorang.

Tetapi jika kita mengumpakan setengah dari populasi Indonesia memiliki pola perilaku seperti ini karena akibat dari "membiasakan" budaya buruk tersebut, maka pengaruhnya bukan hanya dalam lingkup kecil seperti masyarakat saja tetapi akan berdampak pada negara juga. Khususnya berhubungan dengan arah keberlangsungan dan kemajuan negeri ini.

Jika ingin terciptanya kemajuan pada negara ini, maka negara harus memiliki sistem dan budaya dalam menghargai waktu. Ketika masyarakat kita mampu menghargai waktu dengan baik, maka akan menghasilkan dampak berganda pada efisiensi dan produkvitas dari penggunaan sumber daya bahkan hingga peningkatan kualitas layanan publik.

Ketika masyarakat bisa menciptakan efisiensi dan produktivitas dalam penggunaan sumber daya, maka secara tidak langsung dapat meningkatkan potensi pertumbuhan ekonomi dari negara.

Dan ketika pelayanan publik meningkat misalnya seperti dalam sistem pendidikan dan kesehatan, maka hal ini akan mendukung terciptanya SDM yang berkualitas yang akan juga mendukung dan membangun Indonesia agar lebih baik di masa yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun