Mengacu pada inisiasi pada teknologi turbin air pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), melahirkan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Di mana secara cara kerja serupa karena sama-sama memanfaatkan energi kinetik air untuk menghasilkan energi listrik, namun yang membedakan hanya pada skala, lokasi, infrastruktur, dan dampak lingkungan.
Skala PLTMH biasanya memiliki kapasitas yang lebih kecil dibandingkan degan PLTA. Dalam hal ini berhubungan dengan rancangan PLTMH yang dibuat secara sederhana dan biasanya diperuntukan untuk wilayah daerah pedesaan terpencil, sehingga dari daya watt yang dihasilkan akan jauh lebih kecil juga.
Dari segi lokasi, PLTMH sering kali di bangun di sungai-sungai atau aliran air yang lebih kecil dan terpencil, berbeda dengan PLTA yang dibangun di sungai-sungai besar atau bendungan yang memiliki aliran air yang lebih besar dan stabil.
Karena PLTMH memiliki skala yang lebih kecil, maka biasanya dari segi infrastruktur yang dibutuhkan akan lebih sederhana dibandingkan PLTA. Di mana dengan infrastruktur yang lebih sederhana, maka biaya pembangunannya juga akan jauh lebih rendah.
Dan yang terakhir dari sisi dampak lingkungan, PLTMH juga cenderung memiliki dampak lingkungan yang lebih kecil dibandingkan PLTA. Ini sebabkan karena ukuran proyeknya yang lebih kecil dan sederhana, serta penggunaan air yang lebih sedikit, sehingga membuat resiko terhadap dampak lingkungan yang dihasilkan juga sama kecilnya.
Sosok dibalik inisiasi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Indonesia
Tri Mumpuni merupakan sosok perempuan hebat yang merupakan seorang ilmuan dan aktivis lingkungan yang berada di garis depan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan, melalui inisiasinya dalam membentuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di berbagai daerah terpencil di Indonesia.
Perempuan kelahiran 6 Agustus 1964 itu, bahkan telah dianggap sebagai seorang pemberdaya listrik yang sudah memberikan cahaya bagi lebih dari 60 lokasi terpencil yang ada di Indonesia dan mendapatkan penghargaan Asheden Awards pada tahun 2012 lalu atas dedikasinya tersebut.
Ide awal pembangunan PLTMH ini berangkat dari seringnya Tri Mumpuni bersama suaminya yang sering kali berkeliling ke desa-desa dan melihat sumber air yang melimpah namun belum ada kabel distribusi listrik di lokasi tersebut. Sehingga muncullah sebuah ide untuk memanfaatkan sumber daya air yang melimpah tersebut sebagai sarana PLTMH.
Setelah melalui proses panjang mulai dari perizinan dari pihak terkait dan masyarakat setempat, pembangunan, hingga pemeliharaannya, Tri Mumpuni mampu memanfaatkan sumber daya air yang ada untuk bisa menghasilkan listrik dan menerangi berbagai desa-desa terpencil di Indonesia.