Namun penggunaan daging sapi atau kerbau pada sate maranggi dianggap sebagai "corak" kehidupan masyarakat kala itu. Di mana banyak masyarakat yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani.Â
Karena penggunaan sapi atau kerbau sebagai alat pembajak sawah, transportasi angkutan berat, maka tidak mengherankan jika daging sapi atau kerbau banyak di konsumsi oleh masyarakat pada saat itu.
Cara sate maranggi bisa tersebar dengan cepat di Purwakarta juga terbilang unik. Di mana biasanya sate maranggi akan dijajakan dengan cara berjalan kaki dan memikul dua buah kotak besar. Kotak pertama biasanya digunakan untuk menyimpan alat pemanggang dan kotak lainnya akan membawa bahan-bahan seperti sate, bumbu, dan bungkusan.
Meskipun dijajakan dengan berjalan kaki, biasanya para penjual sate maranggi ini akan memilih rute dan tempat berhenti yang sama. Ini bertujuan agar memudahkan para pelanggan untuk membeli sate maranggi tersebut. Untuk memperluas jangkauan pelanggan, biasanya mereka akan berjualan juga di daerah lain yang ramai seperti pasar malam, panggung pertunjukan, dan lain-lain.
Hingga akhirnya cara berjualan seperti ini lambat laun mulai ditinggalkan oleh sebagian besar pedagang sate maranggi. Banyak pedagang yang saat ini mulai menjual sate meranggi pada di tenda-tenda, kios, hingga berbentuk restoran dengan kapasitas yang lebih besar dan tersebar di berbagai daerah di Purwakarta bahkan kota-kota besar lainnya.
Bagi masyarakat yang ingin merasakan cita rasa otentik dari sate maranggi dari tempat kelahirannya yaitu Plered, pemerintah setempat telah mendirikan "Kampoeng Maranggi" pada tahun 2016 lalu yang merupakan sentra kuliner yang berisi banyak pedagang sate maranggi.Â
Lokasinya yang strategis karena berada di samping Stasiun Plered, membuat masyarakat dari luar daerah yang menggunakan moda transportasi kereta api akan dapat dengan mudah menjangkau lokasi tersebut.
Namun jika ingin menyantap sate maranggi sekaligus mengeksplorasi tempat-tempat lain yang ada di Kabupaten Purwakarta, masyarakat bisa mencoba untuk mendatangi Situ Buleud karena di sekitar sana masih banyak pedagang sate maranggi yang menyajakan dagangannya dengan berjalan kaki dan akan bergenti di beberapa spot tertentu.
Atau bagi masyarakat yang tidak memiliki waktu luang untuk datang ke Purwakarta secara langsung namun ingin merasakan kelezatan sate maranggi ini, bisa mencoba Sate Maranggi Haji Yetty yang sudah memiliki cabang di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H