Di zaman yang semakin maju, digitalisasi terus terjadi di berbagai aspek kehidupan masyarakat. Ini membuat kita tidak bisa lepas dari teknologi seperti internet dalam kegiatan sehari-hari karena semua hal yang kita lakukan membutuhkan koneksi internet tersebut.
Sebelum itu internet dapat dikatakan sebuah 'previledge'. Tidak hanya soal orang-orang tertentu saja yang bisa mengaksesnya, tetapi kecanggihan dalam kecepatan internet juga pada saat itu belum stabil seperti sekarang. Sehingga ini membuat internet sendiri hanya bisa diakses dengan cukup baik di kota-kota besar di Indonesia saja.
Masyarakat juga pada saat juga dihadapkan dengan biaya yang tidak murah untuk bisa merasakan layanan internet tersebut. Untuk bisa mengakses internet, masyarakat memerlukan gadget seperti hp atau komputer dengan spesifikasi yang canggih agar bisa menjalankan layanan internet tersebut dengan baik.
Tidak hanya itu, fasilitas seperti modem internet juga memiliki harga yang cukup mahal dan hanya bisa diakses di beberapa daerah tertentu saja. Sehingga ini membuat internet semakin menjadi sebuah 'produk eksklusif' dalam tatanan kehidupan sosio-ekonomi masyarakat di Indonesia kala itu.
Namun, saat ini layanan internet sudah turun kasta menjadi sebuah produk inferior bagi sebagian masyarakat Indonesia. Tidak hanya mudah didapatkan, tetapi saat ini fasilitas internet memiliki biaya yang jauh lebih murah sehingga membuat sebagian besar masyarakat Indonesia sudah bisa mengaksesnya dengan lebih mudah.
Meskipun begitu, hadirnya layanan internet ini tidak sepenuhnya merata di semua daerah di Indonesia. Khususnya di daerah pelosok yang memiliki infrastruktur yang tidak memadai dan mendukung sehingga membuat fasilitas layanan internet sulit untuk diterapkan dan dikembangkan dengan baik.
Sehingga hal ini yang membuat masih banyak juga masyarakat yang belum merasakan fasilitas layanan internet yang layak dan akhirnya menyebabkan kesenjangan digital.Â
Kesenjangan ini juga menciptakan distorsi dalam penyampaian informasi-informasi terkini dan akhirnya masyarakat menjadi tidak up to date terkait isu terkini.
Kabar baik datang dari layanan internet Starlink yang merupakan internet satelit besutan dari SpaceX yang dimiliki oleh Elon Musk kini hadir dan resmi beroperasi di Indonesia.Â
Kehadiran Starlink ini dianggap menjadi sebuah solusi baru dalam menyediakan layanan internet yang cepat sehingga dapat merata dan tersebar hingga ke pelosok-pelosok negeri.
Jadi, apa itu Starlink?
Elon Musk pertama kali membuat pengumuman ke publik tentang rencana untuk meluncurkan konstelasi satelit Starlink ini pada tahun 2015 lalu.Â
Bersama SpaceX, ia mulai melakukan pembangunan dan peluncuran konstelasi satelite internet StarlinkOffsite yang mencakup ribuan satelite kecil yang diproduksi masal di orbit rendah bumi (LEO) untuk dapat menyediakan tidak hanya satelit internet saja tetapi juga untuk tujuan militer, sains, atau eksplorasi.
Proyek ini berbasis di fasilitas pengembangan satelit SpaceX di Redmond, Washinton yang menjadi tempat pengembangan, manufaktur, dan operasi kontrol orbit.Â
SpaceX memperkirakan total biaya proyek selama satu dekade yang meliputi rancangan, pembangunan, dan penggunaan konstelasi ini berkisar US$10 miliar pada tahun 2018 lalu.
Kemudian pada tanggal 15 Oktober 2019, Komisi Komunikasi Federal Amerika Serikat mengajukan permohonan kepada Internasional Telecommunication Union (ITU) atas nama SpaceX untuk mengatur penggunaan spektrum bagi 30.000 satelit Starlink tambahan guna melengkapi 12.000 satelit Starlink yang telah disetujui sebelumnya.
Hingga akhirnya SpaceX milik Elon Musk ini dikenal dengan sering melakukan peluncuran satelite sampai mendomanisasi industri luar angkasa. Starlink merupakan salah satu satelit unggulan yang mampu menyediakan internet berkecepatan tinggi secara global dengan menggunakan ribuan satelit yang telah tersebar dan mengitari planet tepatnya pada orbit rendah bumi.
Sejak peluncuran pertamanya, penggunaan layanan Starlink terus mengalami peningkatan pesat yaitu dengan memilik lebih dari 2 juta pelanggan aktif dan terseda di 7 benua dan lebih dari 60 negara.
Menurut Brent Prokosh, seorang Senior Affiliate Consultant di Eurocoslut mengatakan bahwa pertumbuhan Starlink ini dianggap tidak biasa, karena melihat dari penyedia layanan satelit internet lainnya yang hanya mampu mencapai 500 ribu hingga 1 juta pelanggan saja.Â
Itu pun perlu waktu sepuluh tahun untuk perusahaan mampu mencapai pertumbuhan tersebut, namun Starlink mampu mencapainya hanya dalam kurun waktu dua tahun saja.
Para ahli juga memperkirakan bahwa Starlink mampu berada di posisi yang baik untuk dapat memanfaatkan pasar global untuk layanan satelit internet.Â
Starlink juga memperluas cakupan bisnisnya yang semula sasarannya dalam lingkup konsumen (individu) saja, tetapi juga ke konsumen yang lebih besar seperti perusahaan dalam industri maritim dan penerbangan.
Potensi dan tantangan ekonomi Starlink di Indonesia
Layanan internet Starlink hadir dan resmi beropersi di indonesia pada Minggu, 19 Mei 2024 lalu bersamaan dengan kedatangan Elon Musk di Bali. Starlink juga pertama kali diresmikan melalui kerja sama dengan Kementrian Kesehatan (Kemenkes) dengan tujuan agar menyediakan layanan internet yang cepat dan mampu menjangkau seluruh puskesmas di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan (DTPK).
Peresmian kerja sama ini dilakukan dengan melakukan uji coba pertama kali di Puskesmas Pembantu (Pustu) yang berada di wilayah Denpansar dan Klungkung yang memiliki keterbatasan akses internet. Selain itu Puskesmas Tabarfane yang ada di Kepulauan Aru, Maluku juga turut menjadi lokasi uji coba dan dan tersambung secara daring menggunakan jaringan Starlink.Â
Tentunya kehadiran Starlink ini menaruh harapan besar agar semua fasilitas kesehatan seperti Puskesmas dapat mengakses internet dengan cepat dan merata, sehingga ketimpangan digital yang menyebabkan sulitnya akses komunikasi antar-daerah bisa ditanggulangi dengan baik dan lebih banyak masyarakat lagi yang terbantu khususnya di daerah terpencil.
Selain itu, dengan resminya Starlink beroperasi di Indonesia dapat memunculkan potensi ekonomi yang lebih besar bagi negara. Dengan internet yang cepat dan stabil, peningkatan ekonomi digital diprediksi dapat tumbuh lebih pesat dibandingkan sebelumnya. Dalam hal ini meliputi perkembangan e-commerce, pendidikan berbasis online, hingga layanan kesehatan.
Ketika semua masyarakat di daerah mana pun bisa mendapatkan akses internet tanpa terkecuali, maka secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas dari masyarakat itu sendiri.
Sektor-sektor seperti pertanian, perikanan, hingga pariwisata di daerah-daerah yang masih belum terjangkau internet dapat lebih produktif dengan adanya dukungan teknologi dan informasi yang memadai.
Kraiwanit dan Shaengchart dalam penelitiannya yang berjudul "Starlink satellite project impact on the Internet provider service in emerging economies" menyoroti bagaimana kehidiran internet cepat melalui Starlink dapat memberikan dampak yang signifikan bagi negara berkembang khususnya dalam kasus ini Thailand.
Lebih lanjut lagi penelitian ini menunjukkan bagaimana Starlink mampu memberikan akses internet yang cepat ke daerah terpencil dan menciptakan peluang dan perubahan besar bagi perekonomian masyarakat di daerah terpencil tersebut. Dengan adanya internet yang cepat, masyarakat bisa mengakses pendidikan dengan lebih mudah hingga mengikuti pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan diri.
Dengan meningkatkanya kualitas SDM, membuat masyarakat bisa lebih mengikuti perkembangan industri terbaru. Sehingga dalam hal ini memungkinkan bisnis di pedesaan terpencil dapat melakukan ekspansi melalui bisnis online yang sebelumnya tidak dapat dilakukan karena koneksi internet yang tidak memadai.
Meskipun begitu, Starlink ini tak luput dari tantangan ekonomi. Misalnya yang santer menjadi berita adalah kehadirannya dapat 'mengusik' bisnis telekomunikasi lokal.Â
Terlebih lagi banyak masyarakat yang sering kali komplain terkait buruknya pelayanan dan produk yang ditawarkan dari perusahaan layanan internet yang ada, sehingga memungkinkan Starlink menjadi kompetitor yang kuat di dalam pasar penyedia layanan internet.
Starlink memang menyediakan layanan internet yang cepat, namun juga menawarkan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan penyediaan layanan internet lainnya.Â
Paket internet yang ditawarkan oleh Starlink berkisar mulai dari Rp 750 ribu hingga Rp 4,3 jutaan. Sehingga dikhawatirkan masyarakat berpendapatan rendah di wilayah terpencil tidak mampu untuk bisa menghadirkan layanan internet cepat tersebut.
Selanjutnya adalah regulasi dan infrastruktur. Untuk bisa dapat berjalan dengan maksimal, maka Starlink membutuhkan regulasi yang memudahkan dan infrastruktur yang memadai. Misalnya seperti spektrum frekuensi yang sesuai agar dapat mengakomodasi layanan internet yang cepat tersebut.
Oleh karena itu, pemerintah sudah sepatutnya dapat memanfaatkan kehadiran Starlink dengan baik. Dalam hal ini mampu menciptakan regulasi yang efektif dan efisien, menciptakan infrastruktur yang mendukung, dan memastikan masyarakat bisa benar-benar mengakses internet cepat tersebut.
Sehingga hadirnya Starlink diharapkan dapat menjadi solusi terbaik bagi semua masyarakat di seluruh Indonesia termasuk daerah terpencil sekali pun.Â
Melihat potensi ekonomi yang besar dari hadirnya layanan internet yang cepat, maka pemerintah juga diharapkan bisa menjadikan hadirnya Starlink ini sebagai sebuah bahan bakar pemacu pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H