Jadi, apa sebenernya itu konsep hidup "slow living"
Konsep hidup slow living merupakan bagian dari gerakan "slow movement" yang menyoroti isu masuknya restoran cepat saji di jantung kota Roma, Italia pada tahun 1980-an. Carlo Petrini dan sekelompok aktivis membentuk gerakan "slow food" yang digaungkan untuk memperjuangkan tradisi makanan daerah.
Gerakan slow food ini kemudian memiliki pendukung di lebih dari 150 negara dan untuk terus melindungi hidangan tradisional, mempromosikan upah yang adil bagi para pekerja, mendorong makanan dengan kualitas yang baik, dan melakukan kegiatan-kegiatan yang berakitan dengan keberlanjutan lingkunan.
Dari sini kemudian menginspirasi Carl Honor dalam bukunya yang berjudul "Praise of Slowness" yang menyoroti konsep hidup slow living yang bermula dari gerakan slow food. Honor mengeksplorasi bagaimana slow food ini memicu gerakan untuk 'hidup lambat' yang kemudian memiliki makna yang lebih luas.
Hidup lambat atau slow living ini diterapkan pada berbagai aspek kehidupan lainnya yang sebelumnya telah mengalami percepatan yang pesat, termasuk pekerjaan, pola asuh anak, hingga pada saat waktu santai. Tanpa disadari percepatan hidup kita terus mengalami peningkatan, demikian pula dengan kesadaran untuk hidup lebih lambat.
Selanjutnya konsep hidup slow living ini semakin berkembang menjadi sebuah pemikiran baru dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.Â
Saat ini banyak istilah seperti slow travel, slow fashion, slow gardening, slow design, slow thinking yang merupakan contoh dari perkembangan pemikiran slow living yang semakin menyadarkan kita bahwa sesuatu yang berjalan lebih cepat belum tentu lebih baik.
Sebenarnya konsep hidup slow living ini lebih terkenal banyak diterapkan oleh masyarakat lanjut usia yang sudah tidak bekerja (pensiun). Di mana mereka yang sudah memiliki tabungan yang cukup akan memilih untuk pindah dan tinggal dipedesaaan untuk menikmati masa tuanya.
Dalam hal ini, mereka biasanya menginginkan kualitas hidupnya membaik dengan cara hidup secara lambat. Dalam arti mereka ingin menikmati hidup di masa-masa tua dengan baik seperti bisa menghirup udara segar, melihat pemandangan indah di depan rumah, berkebun yang kemudian hasilnya bisa dinikmati, hingga melakukan kegiatan-kegiatan produktif lainnya yang pada saat usia muda tidak bisa terealisasikan karena kesibukan yang melanda.
Generasi muda saat ini melihat gaya hidup slow living sebagai sebuah pemikiran yang menarik, terlebih isu kesehatan mental di zaman sekarang meraih banyak perhatian yang cukup serius. Konsep hidup slow living akhirnya dianggap sebagai sebuah fase penyembuhan yang layak untuk dicoba.