Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Gastro-Colonialism di Tanah Papua: Penjajahan dalam Sebungkus Mi Instan

28 April 2024   17:39 Diperbarui: 1 Mei 2024   11:22 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mi instan (pixabay/viarami)

Melansir dari Rainforest Journalism Fund, istilah gastro-colonialism pertama kali diciptakan oleh seorang peneliti dan akademisi dari Guam bernama Craig Santos Perez, ketika ia sedang melakukan penelitian mengenai bagaimana sistem pangan dan kesehatan masyarakat di Hawaii yang tergerus oleh impor besar-besaran makanan olahan murah berkualitas rendah yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan multinasional.

Gastro-colonialism juga dapat dikatakan berkaitan erat dengan nutrition transition atau transisi nutrisi yang terjadi di kalangan masyarakat. Di mana proses ini terjadi ditandai dengan perubahan pola makan masyarakat sebagai akibat dari pembangunan ekonomi yang cepat hingga modernisasi dan transformasi sistem pangan yang menimbulkan masalah penyakit.

Makanan yang dulunya sulit untuk diolah, didapatkan, atau bahkan dimasaknya, kini tersedia di rak-rak toko bahan makanan dengan kemasan instan yang dapat ditemui oleh masyarakat dengan mudah. Kemudahan yang ditawarkan ini seolah menjadi ilusi bagi mereka yang ingin kemudahan namun tidak menghiraukan bahaya yang mengintai dibaliknya.

Hingga akhinya dari sinilah yang menjadi titik awal perubahan gaya hidup masyarakat yang semula memiliki tahapan-tahapan tertentu untuk bisa menyantap suatu makanan, sekarang hanya membutuhkan tahapan yang singkat saja namun mereka sudah bisa menyantap makanan tersebut dengan mudah.

Terlena oleh kemudahan tersebut, banyak masyarakat akhirnya terlena dan bahkan cenderung tidak peduli lagi soal kandungan nutisi pada makanan yang dikonsumsinya. 

Dengan mengenyampingkan hal itu pada akhirnya muncul berbagai masalah penyakit seperti gizi buruk pada anak bahkan hingga pada penyakit serius yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah.

Seorang anak bersiap menyantap nasi di sebuah bivak di Distrik Animha, Kabupaten Merauke, Papua.  Gambar oleh Agus Susanto/Kompas. Indonesia, 2022.
Seorang anak bersiap menyantap nasi di sebuah bivak di Distrik Animha, Kabupaten Merauke, Papua.  Gambar oleh Agus Susanto/Kompas. Indonesia, 2022.

Polemik gastro-colonialism dalam sebungkus mi instan

Apabila kita menelisik pada benang sejarah, tanah Papua sebenarnya memiliki sumber pangan yang belimpah dan bergizi seperti sagu, ubi, singkong, dan beraneka ragam jenis sayuran.

Selain itu, masyarakat Papua juga memanfaatakan hutan untuk mendapatkan hewan-hewan untuk memenuhi kebutuhan protein dalam makanannya.

Namun tiba-tiba tanah Papua mengalami perubahan pola makan dalam tatanan masyarakatnya akibat dari hadirnya para pendatang yang mengubah lahan-lahan yang ada disana menjadi lahan pertanian dan perkebunan dalam skala besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun