Selain itu, melalui industri film ini juga dapat meningkatkan kunjungan pariwisata dari negara-negara yang menjadi set film ikonik dan menarik perhatian penoton untuk mengunjungi berbagai tempat yang ada pada film yang ditontonnya.
Misalnya negara bagian barat AS yaitu Montana yang memiliki lanskap alam indah yang menjadi daya tarik para pelaku cinema sebagai tempat lokasi shooting terbaik selain karena adanya intensif pajak film yang menguntungkan bagi rumah-rumah produksi perfilman.
Ternyata ini menyebabkan Montana juga berpeluang untuk menarik para penonton untuk mengunjungi berbagai pariwisata indah di negara bagian tersebut.Â
Misalnya film megahit Yellowstone yang mengambil set negara bagian Montana dan akhirnya menyebabkan terjadinya lonjakan kunjungan jutaan wisatawan pada set lokasi ikonik tersebut sebagai dampaknya.
Bureau of Business and Economic Research (BBER) dari Universitas Montana bahkan memperkirakan setidaknya terdapat 2,1 juta pengunjung wisatawan yang mendatangkan US$730 juta yang akan dibelanjakan ke negara Montana pada tahun 2021 lalu.
Perpaduan kebijakan intensif pajak yang ditawarkan dan lanskap alam yang indah membuat daya tarik tersendiri bagi para pembuat film. Dampak berganda yang dihasilkan juga sangat besar, di mana dapat meningkatkan pariwisata lokal yang kemudian juga akan berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat setempat.
Indonesia dengan populasi penduduk yang besar tentunya memiliki peluang dan potensi yang sama dalam industri perfilman ini. Dalam laporan "The economic contribution of the film and television industries in Indonesia" yang dikeluarkan oleh Oxford Economics menjelaskan bahwa industri film dan televisi memberikan kontribusi yang cukup besar pada perekonomian Indonesia.
Di mana industri ini berkontribusi sebesar Rp 27 triliun terhadap PDB Indonesia. selain itu industri film dan televisi ini juga telah mendukung 191.800 lapangan pekerjaan dan menyerap setidaknya 491.800 tenaga kerja, serta dapat menghasilkan penerimaan pajak bagi negara sebesar Rp 2,8 triliun.
Meskipun angka kontribusi industri perfilman Indonesia terhadap PDB dan pemenerimaan pajak negara terbilang masih di bawah satu persen, tetapi kontribusi tersebut tetap menunjukkan sebuah potensi yang besar dalam menciptakan multiplier effect bagi perekonomian Indonesia.
Melihat contoh Amerika Serikat dalam mengelola industri perfilman ini, kita mendapatkan sebuah pengetahuan baru bahwa industri perfilman bisa menjadi sebuah mesin pertumbuhan ekonomi yang menjanjikkan bagi negara.
Namun untuk mencapai itu semua perlu adanya kebijakan yang efektif dan efisien serta memudahkan dan menguntungkan para pelaku cinema tanah air. Sehingga industri perfilman ini dapat terus berkembang pesat dan mampu berkontribusi lebih besar lagi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.