Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Pro dan Kontra Program Skema Makan Siang Gratis untuk Anak-anak di India

6 Maret 2024   08:24 Diperbarui: 7 Maret 2024   13:11 2972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Polemik program makan siang gratis yang diusung calon pemenangan pilpres 2024 tak henti-hentinya selalu jadi perbincangan hangat hingga saat ini. Berbagai portal berita hingga diskusi warganet melalui media sosial gencar terjadi menanggapi isu program ini.

Namun ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia melek dan peduli akan kebijakan tertentu dan mungkin ini juga dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk mengevaluasi kebijakan yang akan diterapkan nantinya.

Sejak kebijakan makan siang gratis ini muncul sebagai salah satu program unggulan calon pemenangan Prabowo-Gibran, tidak dapat dipungkiri memang banyak menuai berbagai macam pro dan kontra di dalam masyarakat.

Pihak pro menganggap bahwa program ini sangat baik, terlebih melihat kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang tidak semuanya mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik. 

Selain itu banyak yang menyoroti permasalahan kurangnya gizi pada anak dan menganggap bahwa program ini bisa menjadi salah satu opsi yang baik.

Berbeda dengan pihak yang kontra, justru kebijakan ini rawan menyebabkan permasalahan baru bagi negara. Banyak berbagai macam kontroversi yang muncul dari kebijakan ini, seperti; anggaran ratusan triliun yang diambil dari APBN hingga yang paling terbaru adalah dana bos sekolah sebagai opsi pendanaan untuk program tersebut.

Dibalik berbagai macam polemik dan kontroversi yang ada, mungkin banyak orang yang tidak mengetahui bahwa kebijakan program makan siang ini sebenarnya sudah banyak diterapkan di berbagai negara di Eropa dan Asia.

Sumber: Shutterstock/ Mohammad Shahnawaz
Sumber: Shutterstock/ Mohammad Shahnawaz

India dan program skema makan siang gratis

India merupakan salah satu negara yang menerapkan program skema makan siang gratis dan terbesar di dunia. Program ini digalakkan sejak tahun 1995 dan telah menyediakan makan siang gratis untuk 125 juta anak berusia 6-14 tahun dengan menelan biaya sebesar US$2,8 miliar untuk memastikan bahwa masyarakat khususnya anak-anak dapat mengakses makanan dengan mudah.

Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan angka partisipasi sekolah di sekolah dan untuk meningkatkan kesehatan gizi serta kualitas pendidikan bagi anak-anak.

Pada tahun 2001, program skema makan siang gratis ini disajikan bagi setiap anak di sekolah dasar dengan kandungan minimum pada makanan sebesar 300 kalori dan 9-12 gram protein per hari selama minimal 200 hari.

Hingga akhirnya sasaran penerima program tidak hanya menyasar pada sekolah yang dikelola oleh pemerintah dan badan swasta saja, tetapi anak-anak yang belajar di pusat Education Guarantee Scheme (EGS) dan Alternative & Innovation Education (AIE).

Skema makan siang ini terus mengalami perubahan secara berkala hingga saat ini. Misalnya pada tahun 2006, nilai gizi yang harus terkandung dalam makanan diubah menjadi 450 kalori dan 12-gram protein per anak.

Kemudian pada 2007 mengalami perubahan lagi di mana program ini semula hanya menyasar pada anak-anak di sekolah dasar saja, kemudian beralih ke sekolah menengah juga. 

Selain karena cakupannya sekarang pada anak-anak pada tingkat menengah, maka dari itu penetapan gizinya juga berubah menjadi 700 kalori dan 20-gram protein per anak.

Dan ternyata program ini cukup menorehkan keberhasilan dan mencapai tujuan yang telah direncanakan. Menurut India's 2004 socio-economy survey, program makan siang gratis ini dapat meningkatkan tingkat rata-rata partisipasi sekolah bagi penerima manfaatnya sebesar 26,68% lebih besar dibandingkan yang tidak menerima manfaat dari program tersebut.

Sedangkan ketika program ini diberlakukan dan dibatasi pada sekolah negeri saja, program ini dapat meningkatkan 29,53% pada angka partisipasi sekolah. Selain itu pengeluaran per-kapita masyarakat juga mengalami penurunan khususnya pada kelompok sosial ekonomi kelas bawah.

Saat ini program makan siang gratis untuk anak-anak sekolah memiliki ketentuan minimal kandungan gizi pada satu porsi sajian makanan secara lebih terperinci lagi. 

Makanan untuk anak sekolah menengah terdiri dari minimal 700 kalori yang di mana terdiri dari 20-gram protein dan 150gram biji-bijian. Makanan itu harus terdiri dari 150-gram beras atau tepung, 30-gram kacang-kacangan, 75-gram sayuran, dan 7,5-gram minyak.

Berbeda dengan anak sekolah dasar, kandungan gizi pada makanan yang diberikan setidaknya minimal harus mengandung 450 kalori dan 12-gram protein. Sumber nutrisi ini biasanya berasal dari 100-gram beras atau tepung, 20-gram kacang-kacang, 50-gram sayuran , dan 5-gram minyak.

Pro dan kontra yang muncul

Suatu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pasti akan selalu menuai pro dan kontra di lingkungan masyarakat. Terlebih lagi ketika kebijakan tersebut berhubungan dengan anggaran yang besar, tentu akan muncul berbagai pertanyaan apakah dengan dana sebesar itu pemerintah bisa melewatkan opportunity lain yang lebih berdampak besar untuk masyarakat.

Kebijakan makan siang gratis pada anak-anak yang diterapkan India memberikan dampak positif khususnya pada pendidikan. Di mana angka partisipasi sekolah India terus mengalami peningkatan berkat adanya program ini. Selain itu program ini juga memberikan harapan bagi anak-anak kurang mampu untuk mendapatkan makanan yang bergizi.

Tidak hanya memberikan manfaat pada anak-anak sebagai sasaran pada program tersebut, tetapi juga bagi masyarakat umum seperti menciptakan lapangan kerja baru dalam jumlah yang besar. Dan terbukti program ini telah memperkerjakan jutaan juru masak atau penyedia makanan.

Sumber: istock/designer491
Sumber: istock/designer491

Namun tentu saja selama penerapan kebijakan ini menuai hal-hal negatif juga. Beberapa portal berita India banyak menyiarkan kabar mengenai bagaimana semerawutnya program makan siang gratis ini. Apalagi jika sudah dihubungkan dengan anggaran atau biaya, permasalahan ini banyak merugikan pihak-pihak tertentu.

Skema makan siang gratis ini menerapkan sistem pengeluaran 60% dari pemerintah pusat dan 40% dari pemerintah daerah. Anggaran yang dikeluarkan pusat berasal dari 11% total anggaran kementrian pendidikan. 

Pemerintah pusat juga menyediakan biji-bijian dan bahan-bahan makanan lainnya, namun untuk transportasi dan fasilitas lainnya tanggung jawab dari pemerintah daerah.

Untuk biaya makanan sendiri berkisar 5-8 rupee per anak atau hanya berkisar Rp 900 -- Rp 1.500 saja. Angka ini mungkin dapat dikatakan sangat tidak masuk akal meningat standar gizi yang ditetapkan oleh pemerintah sehingga berbagai macam masalah muncul.

Permasalahan lainnya muncul seperti sajian makanan yang di bawah standar gizi, kehigienisan makanan, fasilitas yang tidak memadai, gaji para juru masak atau penyedia makanan yang tidak layak dan sering mengalami keterlambatan pembayaran, dan yang terpenting adalah anggaran per anak yang tidak masuk akal jika bandingkan dengan harga bahan baku di pasaran.

Kita bisa mengambil beberapa pelajaran sebagai input yang berguna bagi Indonesia jika menerapkan kebijakan serupa. Melihat berbagai permasalahan yang dihadapi India terkait kebijakan makan siang gratis untuk anak-anak ini, secara garis besar permasalahan yang jelas dihadapi adalah tentang masalah anggaran dan fasiltas pendukung pembuatan makanan.

Penetapan standar gizi pada makanan dalam program makan siang gratis ini sangat penting dan perlu mendapatkan perhatian yang serius. Karena tujuan program ini bukan semata-mata untuk membuat perut kenyang saja tetapi mampu memperbaiki gizi anak-anak di Indonesia sehingga dapat tumbuh sehat dan produktif.

Ketika Indonesia sudah memiliki standar gizi yang harus dipenuhi dalam satu porsi makanan, maka perlu diperhatikan mengenai anggaran makanan per-anak. 

Diperlukan adanya keseimbangan antara anggaran per-anak dan perhitungan mengenai bahan baku makanan di pasaran agar program ini dapat memberikan manfaat sesuai dengan patokan standar gizi yang sudah dibuat.

Selanjutnya adalah fasilitas pendukung dalam pembuatan makanan. Fasilitas ini berhubungan dengan tempat seperti dapur dan gudang penyimpanan yang layak hingga ketersediaan tenaga kerja. 

Maka dari itu diperlukan kerja sama yang baik antara pemerintah pusat dan daerah agar mampu memenuhi fasilitas pendukung dalam program tersebut dengan baik.

Berkaca dari India, pemerintah harus memperhatikan program ini dengan sangat serius apabila memang program ini akan berlaku dalam waktu dekat. 

Tidak hanya masalah anggaran yang akan dikeluarkan saja, tetapi ini juga menyangkut anak-anak yang memiliki harapan untuk memperoleh gizi yang baik sehingga dapat tumbuh menjadi generasi penerus bangsa yang dapat memberikan dampak positif bagi kemajuan Indonesia di masa depan nantinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun