Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengenal Istilah "Hedonic Treadmill" dalam Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat

18 Desember 2023   18:09 Diperbarui: 19 Desember 2023   01:53 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: iStockphoto/peshkov

Pihak kontra pasti akan menganggap bahwa uang bukan segalanya dan kebahagian itu tidak selalu tentang uang. Namun, realita yang ada memang lebih banyak terjadi tentang bagimana seseorang berada dalam posisi yang kekurangan karena akan merasakan betapa sulitnya ketika hidup dengan keterbatasan.

Pro dan kontra ini juga terjadi pada diantara para ekonom maupun non-ekonom tentang level kebahagiaan seseorang ketika dihubungkan dengan model teori "hedonic treadmill". 

Pendapat umum yang dikemukakan para peneliti terdahulu tentang level kebahagiaan adalah positif dan signifikan secara statistik. Sederhananya dapat digambarkan dengan pendapatan seseorang, ketika pendapatan orang tersebut meningkat maka level kebahagiaan akan meningkat.

Meskipun demikian, hasil penelitian yang dilakukan peneliti tentang model teori hedonic treadmill dan level kebahagiaan beberapa tahun kebelakang ini berbeda dengan para penilti terdahulu. Misalnya Bottan dan Truglia pada penelitiannya dalam melihat apakah kebahagiaan bersifat autoregresif atau terjadi perubahan dalam rentang waktu tertentu.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa level kebahagiaan seseorang memiliki celah yang digambarkan dalam lag secara statistik . Lag ini menunjukkan bahwa level kebahagiaan seseorang itu tidak bisa diamati seluruhnya dengan korelasi yang positif dan signifikan secara statistik dari waktu ke waktu, karena terdapat variable lain yang masing-masing orang memiliki perbedaan dan bersifat dinamis selama rentang waktu tertentu.

Hal serupa juga dikemukakan oleh Diener dkk dalam kajiannya tentang hedonic treadmill dan memberikan revisi terhadap model ini berdasarkan penelitian empiris terbaru. Salah satu poin yang menarik dari penelitian ini adalah tentang sebuah fakta bahwa seseorang pada dasarnya memiliki beberapa titik kebahagiaan.

Titik-titik kebahagiaan ini akan berbeda pada masing-masing orang, seperti perasaan yang menyenangkan, perasaan tidak menyenangkan, dan kepuasaan akan hidupnya. Selain itu juga titik kebahagiaan ini akan dinamis dan berubah-ubah yang dipengaruhi oleh emosi dan faktor-faktor lainnya.

Dari penelitian-penelitian terbaru mengenai hedonic treadmill, dapat disimpulkan bahwa level kebahagiaan seseorang tidak secara mutlak bersifat positif dan signifikan. 

Level kebahagiaan seseorang dapat berubah-berubah dari waktu ke waktu. Ini juga menyebabkan standar kebahagiaan seseorang akan memiliki berbagai versi dan tidak bisa diamati dengan mudah. Sehingga memerlukan waktu yang lama agar dapat mengkajinya lebih dalam.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa seseorang dapat terjebak dalam sebuah hedonic treadmill. Karena dalam proses mencari kebahagiaannya, seseorang cenderung akan terus mengubah standar level kebahagiaannya secara dinamis dalam waktu tertentu.

Terlebih di era sosial media dan fenomena flexing yang semakin menyebar di lapisan masyarakat, seseorang akan dapat dengan lebih mudah terjebak pada hedonic treadmill. Oleh karena itu penting bagi kita untuk bisa memaknai hidup ini dengan lebih baik dan bijaksana sehingga dapat menghindari fenomena hedonic treadmill tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun