Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Latte Factor: Segelas Kopi dan Gaya Hidup Anak Muda Masa Kini

13 Oktober 2023   14:10 Diperbarui: 13 Oktober 2023   16:24 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: International Coffee Organization

Generasi muda tak henti-hentinya selalu membawa sebuah trend dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Mulai dari fashion, produk perawatan wajah, hingga makanan dan minuman yang tak luput dari trend anak muda masa kini. 

Ini juga yang membuat apapun produk yang memiliki keunikan dan kemudian dilempar ke pasar dengan target anak muda, maka produk tersebut bisa dengan cepat berkembang pesat atau biasa kita kenal dengan kata "viral".

Saat ini banyak generasi muda yang mengaitkan sebuah gaya hidup tertentu sebagai sebuah trend dan bahkan menjadikannya sebuah simbol dari kesuksesan mereka. 

Misalnya, apabila menggunakan smartphone model A atau ketika mengenakan brand B maka ia akan dianggap sudah berada pada level teratas dari kehidupan bermasyarakat khususnya kaum muda.

Gaya hidup ini yang kemudian akan berhubungan dengan perilaku dari generasi muda dalam mengalokasikan uangnya. Muncul sebuah dilema, mengikuti trend yang terjadi atau bijaksana dalam mengeluarkan uang. 

Tak banyak anak muda yang lebih memilih bijaksana dalam mengeluarkan uangnya dan lebih lebih memilih untuk ikut dalam trend yang ada agar bisa diakui oleh lingkungan.

David Bach dalam bukunya yang berjudul "Latte Factor: Why Don't Have to Be Rich to Live Rich" menggunakan istilah "latte factor" untuk menggambarkan bagaimana perilaku seseorang dalam pengeluarannya untuk kopi dalam setiap hari. 

Perumpamaan ini digunakan David agar setiap orang yang tidak mengerti masalah keuangan dapat lebih mengerti dengan mudah dan bisa memulai investasi tanpa memikirkan tidak memiliki uang lebih.

Segelas kopi bagi sebagian orang adalah sebuah pengeluaran yang kecil. Bahkan pengeluaran untuk segelas minuman ini dianggap "recehan" yang tidak mungkin dapat berpengaruh signifikan pada keuangan pribadi seseorang. 

Namun ini yang menjadi poin penting dari David, bagaimana kita dapat memiliki kesadaran tentang mengelola uang yang kita hasilkan dari bekerja dengan bijaksana bahkan dari hal yang kecil.

Sehingga segelas kopi yang biasanya mereka beli di sebuah gerai kopi ternama bagi sebagian besar anak muda merupakan sebuah trend masa kini yang kekinian dan bahkan banyak juga yang menganggap ini sebagai sebuah "simbol kesuksesan". 

Stigma ini muncul karena ketika seseorang membagikan momen meminum segelas kopi dari suatu gerai ternama melalui social medianya, maka diasumsikan bahwa ia memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan orang-orang pada umumnya.

Kondisi Konsumsi Kopi Secara Global

Di China, pertumbuhan kedai kopi terus bertambah pesat khususnya di wilayah ibu kota Tiongkok. Bahkan tak jarang banyak yang menganggap bahwa kopi adalah sebuah "utilitarian" atau dianggap sebagai sesuatu yang baik dan dapat memberikan manfaat atau kebahagian bagi si pelaku ekonomi (konsumen).

Jutaan orang di berbagai negara merasakan hal yang sama, dengan meningkatnya konsumsi kopi secara global tampaknya tidak semua dapat terpenuhi dengan baik. Konsumsi kopi juga telah meningkat hampir dua kali lipat dalam tiga dekade terakhir dan tampaknya akan terus mengalami peningkatan. 

Konsumen baru di china telah bergabung dengan konsumen lainnya yang ada di India, Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan kawasan afrika sebagai negara dengan pertumbuhan konsumsi kopi tertinggi saat ini.

Sumber: International Coffee Organization
Sumber: International Coffee Organization

Tingkat pertumbuhan dalam jangka panjang konsumsi kopi di Asia dan Afrika memunculkan persepsi tentang meminum kopi dilihat sebagai simbol masuknya "kelas menangah" secara global dan berpacu dengan pasar tradisional yang ada di Eropa dan Amerika yang basisnya lebih rendah.

Starbucks sebagai salah satu kedai kopi terbesar di dunia melihat peluang di Asia khususnya China dengan rencana pembukaan kedai kopi di negara yang dikenal sebagai negara tirai bambu itu dengan cara membuka gerai baru setiap sembilan jam untuk mencapai 9.000 gerai di seluruh negeri pada tahun 2025.

Sementara merk kopi internasional lainnya seperi Costa Coffee, Lavazza, dan Tim Hortons juga berlomba-lomba untuk menarik perhatian konsumen dan gerainya pun terus bertambah di Negara China.

Jika trend pertumbuhan konsumsi kopi terus meningkat, maka diperkirakan konsumsi kopi secara global akan meningkat belipat ganda menjadi 6 miliar cangkir kopi setiap harinya pada tahun 2050. 

Sebuah studi dari Columbia Center on Sustainable Invesment juga menunjukkan bahwa kita akan membutuhkan 25% lebih banyak kopi pada tahun pada tahun 2030.

Sumber: Depositphotos.com
Sumber: Depositphotos.com

Konsumsi kopi dikalangan anak muda juga populer dan terus meningkat di seluruh Amerika Serikat. Menurut laporan National Coffee Data Trends (NCDT) tahun 2021, dijelaskan bahwa masyrakat AS lebih banyak meminum kopi dibandingkan dengan minuman lainnya. Mereka juga telah meningkatkan konsumsi mereka (kopi) di luar rumah sebesar 16% sejak Januari 2021.

The Food Institute dalam penelitiannya untuk melihat konsumsi kopi di kalangan masyarakat AS menemukan bahwa 65% dari generasi milineal yang berusua 25-39 tahun minum kopi dalam satu hari sebelumnya. Selanjutnya, diantaranya terdapat Gen Z dengan rasio 46% yang berusuia 18-24 tahun juga melakukan hal serupa.

Menurut Linda Zayer, seorang professor pemasaran di Layola University mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang berkontribusi dalam meningkatkatkan konsumsi kopi di kalangan masyarakat AS, yaitu penawaran produk, perubahan pola kerja, dan sebagai aktivitas pergaulan.

Lindsey Falkner dalam penelitiannya mengenai studi eksplorasi tentang preferensi kopi dari generasi ke generasi juga menggambarkan bagaimana konsumsi kopi saat ini dapat dikatakan tidak hanya sebagai gaya hidup saja tetapi bagian dari sesuatu hal yang harus dikonsumsi setiap hari.

Ini terlihat dari hasil penelitiannya melalui survey yang menunjukkan 72,6% dari seluruh responden mengatakan bahwa mereka meminum kopi satu hingga dua kali dalam satu hari, yang juga sebagian besar masyarakat menyatakan bahwa mereka meminum kopi tujuh kali atau bahkan lebih dalam seminggu.

Kondisi ini yang menjadikan trend segelas kopi bagi anak muda menjadi tantangan dalam sisi keuangan. Di mana generasi muda akan dihadapkan pada pilihan mengikuti trend yang ada atau bijaksana dalam mengelola keuangan.

Oleh karena itu, perlu adanya pondasi dasar mengenai literasi keuangan bagi anak muda masa kini agar mengerti tentang bagaimana mengelola keuangannya, khususnya dalam pengeluaran agar pendapatannya dapat sesuai pada pos-posnya (kebutuhan) dan dapat memberikan lebih banyak manfaat bagi mereka itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun