Di AS gentrifikasi terjadi umumnya pada wilayah atau lingkungan orang kulit hitam yang memiliki sumber daya ekonomi yang lebih sedikit. Biasanya orang kulit (orang kaya) akan pindah ke lingkungan yang sebagian besar orang kulit hitam. Tidak hanya pindah, mereka juga membawa bisnis baru dan terkadang mereka menuntut perubahan pada lingkungan tersebut.
Kemudian lambat laun orang-orang kaya ini akan mengubah karakter lingkungan di wilayah tersebut, maka inilah yang disebut dengan gentrifikasi. Tahap selanjutnya mereka akan menggunakan sumber daya dan kekuatannya misalnya dengan menggunakan jasa pengembang properti untuk mengambil alih dan mengubah lahan milik orang kulit hitam dan menjadikannya sebuah peluang bisnis dan investasi baru.
Lalu, bagaimana dengan gentrifikasi digital?
Sejak awal, internet selalu digunakan untuk menghasilkan uang. Kita bisa melihat pergeseran yang terjadi di sekitar tahun 2008, setelah terjadi krisis keuangan yang melanda dunia, sejumlah orang di Silicon Valley yang merupakan pusat inovasi teknologi global yang terletak di San Frasisco, Califronia itu mulai mengubah pola pikirnya dalam menciptakan sebuah teknologi.
Awalnya konsep dalam pembuatan teknologi adalah kreativitas dan inovasi yang menjadi utama, baru kemudian bagimana teknologi tersebut dapat menghasilkan uang.Â
Namun yang terjadi saat itu adalah "berapa banyak uang yang bisa dihasilkan" dari teknologi tersebut menjadi nomor satu, Â kreastivitas dan inovasi lantas menjadi urutan kedua. Fenomena tersebut kemudian terjadi hingga saat ini dan menyebabkan sebuah pola kebiasaan baik dari sisi perancang teknologi dan juga penggunanya.
Fenomena yang terjadi saat ini adalah perusahaan teknologi selalu melihat bagaimana rancangannya dapat mendatangkan uang yang lebih banyak dibandingkan dengan kreativitas dan inovasi. Sebelum fenomena gentrifikasi digital pada platform social media Tikok, Indonesia juga pernah merasakan adanya 'pergeseran' yang terjadi dalam platform social media Youtube.
Seperti yang kita ketahui bahwa platform social media Youtube hadir di Indonesia tidak begitu mendapatkan perhatian masyarakat. Namun pada masa itu para konten kreator Youtube selalu terus berusaha untuk dapat membuat konten yang kreatif, berkualitas, dan inovatif agar menarik minat dan hati para pengguna Youtube.Â
Pada saat itu, para konten kreator tidak melihat Youtube sebagai 'ladang uang', tetapi sebuah platform yg mewadahi kreatifitas mereka yang secara kebetulan menghasilkan uang.