Namun, El Nino yang menyebabkan gelombang panas pada bulan Maret hingga Mei 2023Â meningkatkan suhu menjadi diatas 45 derajat celcius di beberapa negara Asia Tenggara seperti Thailand, Myanmar, dan Laos, serta suhu di atas 40 derajat celcius yang terjadi di Kamboja, Vietnam, dan Malaysia sehingga terjadi penundaan musim tanam padi.
Grafik diatas juga menunjukkan bagaimana parahnya fenomena El Nino yang terjadi di negara-negara Asia Tenggara khususnya pada sektor pertanian padi. Dua peristiwa dahsyat yang disebabkan oleh femonema El Nino yang terjadi pada tahun 1997-1998 dan 2015-2016 yang mengakibatkan penurunan produksi padi yang cukup ekstrim.
Bahkan fenomena El ino yang terjadi pada tahun 2015-2016 dianggap sangat parah hingga dijuluki sebagai "Godzilla El Nino" yang mengakibatkan penurunan 15 juta ton beras dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya.
Dampak yang terjadi pada sektor pertanian tidak hanya pada beras saja. Seperti di Vietnam, selain produksi beras yang menurun tetapi juga menyebabkan hilangnya lebih dari 6.000 ekor ternak dan kerusakan pada 70.000 hektar akuakultur atau budidaya tambak. Lebih dari dua juta orang terkena dampaknya, dan satu juta diantaranya yang terkena dampak ini adalah pada sektor pangan.
Pada tahun 2015, dalam laporan Asian Development Bank menjelaskan bahwa Indonesia terkena dampak dari fenomena El Nino yaitu berupa penurunan produksi bahan makanan utama dan tanaman pangan.Â
Dampak ini juga memberikan efek domiono pada tingkat kemiskinan, di mana kegagalan panen yang terjadi menjerumuskan sebagian besar keluarga petani ke dalam kemiskinan yang ekstrim.
Selain itu dampak fenomena El Nino ini juga menyebabkan ekspor kelapa sawit, kopi, kakao, teh, karet, dan kelapa terkena dampak negatif dari kemiskinan ekstrim.
Dalam beberapa kasus, dampaknya mungkin terasa dalam jangka waktu yang lama sehingga mengakibatkan kemungkinan penurunan ekspor hingga dua tahun berikutnya (2016-2017).
El Nino dan dampaknya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)