Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Bisnis Retail di Pasar Sepi Pembeli, Diam di Tempat atau Ikuti Arus Tren E-Commerce?

30 Agustus 2023   19:47 Diperbarui: 31 Agustus 2023   17:33 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para pelaku bisnis retail di pasar-pasar besar yang menjual produk seperti pakaian dan perlengkapan rumah tangga lainnya mulai mengeluhkan sepi pembeli. 

Pasalnya perubahan yang terjadi cukup drastis, karena sebelumnya masih terdapat beberapa pembeli yang datang berkunjung dan bahkan pada hari tertentu lokasi pasar pun penuh sesak dengan para pembeli.

Namun fenomena yang terjadi saat ini adalah pembeli perlahan mulai meninggalkan kebiasaannya untuk membeli kebutuhan perlengkapan rumah tangga ke pasar-pasar retail. 

Ini dapat terjadi karena efek dari tumbuhnya tren e-commerce yang melanda Indonesia beberapa tahun terakhir ini. Di mana masyarakat saat ini diberikan pilihan kemudahan dalam melakukan transaksi pembelian untuk keperluan belanja kebutuhan rumah tangganya.

Terdapat beberapa kemudahan dan keuntungan yang didapatkan oleh pembeli ketika belanja melalui e-commerce dibandingkan datang langsung ke pasar retail, yaitu adanya biaya-biaya yang hilang karena segala bentuk transaksi dilakukan hanya melalui smartphone, laptop, maupun tablet.

Misalnya, pembeli tidak perlu mengeluarkan biaya untuk transportasi dan biaya-biaya lainnya yang muncul apabila mereka datang langsung ke pasar retail. Selain itu juga masyarakat dapat menemukan harga barang yang lebih murah dengan variasi produk yang lebih banyak dibandingkan dengan mereka harus mengeluarkan biaya dan tenaga untuk pergi ke pasar retail. 

Kemudahan dan keuntungan dari penggunaan e-commerce sebagai media transaksional pun tidak hanya dirasakan oleh pembeli saja, tetapi dari sisi para pelaku bisnis retail offline juga. 

Terdapat biaya-biaya yang hilang dari sisi para pelaku bisnis apabila mereka menjual produknya di e-commerce, misalnya biaya untuk sewa ruko, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Sehingga dari kedua sisi pihak baik itu penjual maupun pembeli sama-sama merasakan kemudahan serta keuntungan dengan adanya e-commerce ini.

Sumber: insiderintelligence.com
Sumber: insiderintelligence.com

Tak mengherankan jika e-commerce di Indonesia kian hari semakin tumbuh sangat pesat dengan segala kemudahan dan keuntungan yang dapat dirasakan oleh pembeli maupun penjual. Data di atas menunjukkan 10 besar negara dengan pertumbuhan penjualan retail e-commerce tertinggi di dunia pada tahun 2023.

Data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan pertumbuhan penjualan retail e-commerce tertinggi di dunia dan peringkat kedua untuk wilayah ASEAN dengan nilai persentase 20%. 

Ini menunjukkan bahwa banyak masyarakat Indonesia yang melakukan segala kegiatan transaksi jual-beli melalui e-commerce.

Sumber: Katadata.co.id
Sumber: Katadata.co.id

Proyeksi peluang e-commerce yang ada di Indonesia juga dapat dilihat dari nilai ekonomi sektor e-ecommerce itu sendiri. Menurut riset Google, Temasek, dan Bain & Company, bahwa nilai sektor e-commerce di Indonesia pada tahun 2022 mencapai US$59 miliar atau setara dengan 76,62% dari total nilai ekonomi digital Indonesia yang besarannya US$77 miliar.

Tak tanggung-tanggung nilai ekonomi e-commerce di Indonesia pun diproyeksikan akan mencapai US$95 miliar pada tahun 2025, yang mana peningkatannya bahkan hampir dua kali lipatnya dalam kurun waktu 3 tahun saja (2022-2025). Sehingga e-commerce ini dapat menjadi peluang bisnis yang baik dalam beberapa tahun ke depan bagi siapa pun yang ingin mulai masuk dan merambah dunia bisnis digital tersebut.

Lalu, apakah para pelaku bisnis retail di pasar harus beralih ke e-commerce?

Digitalisasi yang terjadi dalam bisnis retail masih menjadi pro dan kontra terutama bagi negara-negara yang masih minim literasi digital. 

Dari sisi proyeksi peluang e-commerce saat ini hingga banyaknya kelebihan-kelebihan yang bisa di dapat dari sisi pelaku bisnis, namun itu tidak serta merta dapat diaplikasikan dengan baik begitu saja oleh seluruh pelaku bisnis.

Seperti halnya berita yang sempat viral beberapa waktu lalu, seorang ibu bernama Diar yang mencoba menjajaki dunia digital untuk menjual produk dagangannya yang berupa kerudung. 

Ia melakukan live streaming di platform media sosial TikTok, namun tak ada seorang pun yang menonton live dagangannya tersebut meskipun sudah dilakukannya dari siang hingga malam hari.

Sumber: Foto/TikTok @emakdiar
Sumber: Foto/TikTok @emakdiar

Ini menunjukkan bahwa ketika penjual 'konvensional' terjun ke dunia digital seperti e-commerce maupun platform social media lainnya, tidak membuat kegiatan jual-beli menjadi lebih mudah atau ramai dengan pembeli dibandingkan dengan berjualan langsung secara offline. 

Dalam hal ini erat kaitannya dengan literasi digital atau bagaimana seseorang paham mengenai pemanfaatan media digital dengan baik.

Sumber: statista.com
Sumber: statista.com

Melansir data dari Statista yang di unggah oleh Leander tentang pendidikan literasi digital di negara-negara ASEAN berdasarkan kemampuan atau keterampilan digital yang di dapat di sekolah dengan responden berumur 10-24 tahun. Hasil menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat keempat terbawah di antara negara-negara ASEAN tentang pendidikan literasi digital.

Dalam kasus ini yang disorot adalah anak muda, yang dengan rentang umur 10-24 tahun memiliki literasi digital yang terbilang cukup rendah. Sehingga bagaimana ini dihubungkan dengan para pelaku bisnis retail di pasar yang ingin terjun ke dunia e-commerce dan membutuhkan literasi digital yang tinggi. 

Di mana tidak hanya harus mengerti cara menggunakan smartphone dan e-commerce dengan baik saja, tetapi mereka juga perlu mengetahui bagaimana mengemas konten tentang produk yang di jual nantinya dapat menarik minat para pembeli.

Sumber: Katadata.co.id
Sumber: Katadata.co.id

Lebih lanjut lanjut lagi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) memaparkan bahwa pada tahun 2022 ada sekitar 64 juta unit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di seluruh Indonesia. Namun jumlah UMKM digital yang mampu melakukan kegiatan bisnisnya secara online hanya baru sekitar 19 juta unit saja atau sekitar 29%.

Boston Consulting Group (BCG) dan Telkom Indonesia dalam laporannya menjelaskan lima kendala yang dihadapi pelaku UMKM mengenai transformasi digital dalam kegiatan bisnis. 

Dari 3700 UMKM yang di survei terdapat 5 kendala besar dalam transformasi digital ini yaitu kurang pembiayaan, kurang pelatihan digital, dan kurang dukungan kebijakan dari pemerintah, tidak ada mentor bisnis, hingga infrastruktur yang kurang memadai.

Sumber: shutterstock.com
Sumber: shutterstock.com

Sehingga dalam hal ini kendala-kendala yang dirasakan oleh para pelaku bisnis retail di pasar kurang lebih adalah sama. Untuk mentransformasikan kegiatan jual-beli yang semula offline dengan adanya interaksi secara langsung dengan para pembeli dan menjadi online tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Sebelum memulainya saja mereka sudah menemui kendala seperti mengenai masalah pembiayaan, dan ketika sudah atau akan terjun langsung ke dunia digital pun masih terkendala dengan kemampuan literasi digital yang minim serta belum adanya kebijakan yang mendukung para UMKM untuk bisa dapat masuk ke tren digitalisasi ini dengan lebih mudah.

Maka dari itu ini akan menjadi tambahan tugas yang sangat penting dan perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah untuk bagaimana dapat meningkatkan literasi digital di kalangan masyarakat khususnya UMKM melalui kebijakannya. 

Akan lebih baik juga jika literasi digital ini dapat dilakukan secara menyeluruh di Indonesia mulai sejak usia dini, agar Indonesia dapat lebih siap lagi dalam menghadapi masa depan yang serba menggunakan kecanggihan teknologi digital.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun