Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Pro dan Kontra Nikuba Hidrogen: Masih Perlu Dikaji Lebih Mendalam

13 Juli 2023   08:17 Diperbarui: 18 Juli 2023   09:28 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: planet.outlookindia.com

Pada tanggal 3 Juli 2023 lalu masyarakat Indonesia dihebohkan dengan penemuan dari seorang Insinyur otomotif, Aryanto Misel yaitu berupa bahan bakar pengganti bensin dengan mengkonversi air menjadi hidrogen. Kini penemuan tersebut kabarnya mulai dilirik oleh perusahaan otomotif dunia asal italia seperti Ferrari, Lamborghini hingga Duccati.

Terdapat pro dan kontra terkait dengan penemuan tersebut. Dukungan masyarakat muncul akibat media masa yang mengemas pemberitaan dengan narasi seolah pemerintah melakukan kesalahan besar karena tidak memberikan dukungan terkait penemuan ini, sehingga membuat banyak masyarakat yang geram sekaligus kecewa akan kejadian tersebut.

Sumber: iStock/muhammet sager
Sumber: iStock/muhammet sager

Namun cukup banyak juga masyarakat yang kontra terhadap penemuan tersebut. Klaim Misel yang masih belum bisa memberikan perhitungan angka serta menggambarkan model penemuannya secara sains tersebut turut mengundang pertanyaan besar. Sehingga penemuan ini masih dianggap belum efektif untuk diterapkan sebagai bahan bakar pengganti bensin nantinya dan masih perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam lagi.

Sumber: abc.es
Sumber: abc.es

Sejarah penemuan bahan bakar air 

Pada tahun 1975, Arab Saudi melakukan pembatasan minyak bumi dan memotong pasokan minyaknya ke Amerika Serikat yang menyebabkan harga minyak menjadi sangat tinggi. 

AS kehabisan minyak dan banyak perusahaan-perusahaan yang menjadi bangkrut dan kehilangan banyak uang akibat dari kebijakan pembatasan tersebut.

Di tahun yang sama Stenley Meyer, seorang ahli mesin asal Amerika Serikat membuat sebuah gebrakan baru sebagai respon dari kelangkaan dan mahalnya minyak bumi. 

Meyer memutuskan untuk membuat sebuah penemuan yang berpotensi dapat merubah seluruh industri otomotif dan mengubah cara dalam menggerakan kendaraan mobil, yaitu tidak lagi dengan menggunakan bahan bakar bensin melainkan air atau disebut dengan teknologi "water fuel cell".

Hingga akhirnya temuan Meyer ini didemonstrasikan melalui televisi Action 6 News, sebuah stasiun televisi di Ohio dengan mobil dune buggy yang diklaimnya ditenagai bahan bakar air miliknya. Dia juga menyatakan bahwa untuk perjalanan dari Los Angeles ke New York hanya membutuhkan 83-liter air saja.

Penemuannya ini tidak serta merta mendapatkan respon positif sebagai gebrakan penemuan baru dan justru menimbulkan banyak kontroversi. Bahkan beberapa bulan setelah Meyer mengembangkan dan mengenalkan teknologi bahan bakar air itu ke publik, dia harus menghadapi tuduhan bahwa teknologi tersebut palsu dan tidak sah.  

Banyak tuntutan hukum yang dilayangkan terhadap penemuan tersebut, hingga kemudian pengadilan Ohio melalui tiga saksi ahli menyatakan bahwa penemuan Meyer "tidak revolusioner dan hanya menggunakan teknologi elektrolisis biasa".  

Pada tahun 1996, keputusan akhir pengadilan Ohio membuat "water fuell cell" milik Meyer yang sebelumnya telah resmi dipatekan kemudian dinyatakan sebagai penipuan.

Sumber: cleantechnica.com
Sumber: cleantechnica.com

Apa yang membuat bahan bakar hidrogen menjadi kontroversial?

Berbicara tentang bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar bensin, negara-negara di seluruh dunia memiliki misi yang sama dalam mengurangi produksi emisi karbon yang dapat merusak kondisi lingkungan. Namun diskusi tentang kendaraan dengan emisi rendah atau bahkan mendekati nol masih sangat rumit, karena masih perlu adanya tindakan penyeimbangan yang harus dilakukan ketika berbicara tentang teknologi baru.

Bahan bakar hidrogen menjadi salah satu dari sekian pilihan untuk menjadi bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. Hydrogen Fuel Cell dianggap menghasilkan emisi yang rendah apabila diaplikasikan sebagai bahan bakar kendaraan. Akan tetapi penggunaan bahan bakar hidrogen ini masih menjadi perdebatan para akademisi.

Hidrogen sendiri diproduksi dengan cara ekstraksi, di mana ada dua jenis proses yang dapat dilakukan yaitu gasifikasi dan elektrolisis. 

Gasifikasi yaitu reformasi gas alam yang artinya ketika gas buatan dibuat dengan mereaksikan gas alam dengan uap bersuhu tinggi (karbon monoksida direaksikan dengan air untuk menghasilkan hidrogen tambahan). Sementara Elektrolisis yaitu ketika arus listrik memecah air menjadi oksigen dan hidrogen.

Permasalahan yang kemudian muncul adalah hidrogen merupakan elemen kimia yang tidak tersedia secara bebas. Di bumi ini, sebagian besar hidrogen berasal dari bentuk molekul yang terikat pada elemen lain. Sehingga perlu dilakukan ekstraksi dengan biaya energi yang sangat besar untuk memperoleh hidrogen tersebut.

Selain itu kedua proses pembentukan hidrogen, baik yang konvensional maupun yang lebih ramah lingkungan masih dianggap belum efisien. Pada saat hidrogen diproduksi, dikompresi, disimpan, dikirim, hingga akhirnya dimasukan ke dalam kendaraan, hidrogen telah kehilangan 70% efisiensinya. 

Petimbangan lainnya yaitu kebocoran hidrogen, di mana meskipun dipercaya lebih rendah emisi karbon namun kebocoran hidrogen yang terjadi dalam jumlah yang besar akibat dari produksi masal akan berkontribusi terhadap perubahan iklim dunia.

Sebagian besar hidrogen saat ini dibuat melalui proses perubahan gas alam (metana) yang kemudian menghasilkan CO2 dalam jumlah yang besar sebagai hasilnya. Meskipun saat ini sudah ada upaya dalam menciptakan "green hydrogen" yang dibuat dengan menggunakan listrik dari sumber terbarukan untuk untuk memecah molekul air, namun proses ini menelan biaya yang mahal dibandingkan dengan metode konvensional.

Kasus biaya hidrogen yang mahal pernah terjadi di kota Montpellier, Prancis pada bulan Januari 2022 lalu dalam proyek "Montpellier Horizon Hydrogne project" yang membatalkan pesanan 51 bus dengan bahan bakar hidrogen senilai 29 juta euro ($33 juta) dan lebih memilih bus listrik karena biaya yang jauh lebih murah.

Setelah dilakukan peninjauan dari sisi keuangan dalam proyek bus dengan bahan bakar hidrogen tersebut, ditemukan bahwa biaya operasional dengan bahan bakar hidrogen adalah 0,95-euro ($1,08) per km, sementara untuk bus listrik memiliki biaya opersional yang lebih rendah yaitu 0,15-euro ($0,17) per km.

Sumber: Does the Green Hydrogen Economy Have a Water Problem? by Rebecca dkk
Sumber: Does the Green Hydrogen Economy Have a Water Problem? by Rebecca dkk

Penggunaan air sebagai komposisi utama dalam pembentukan hidrogen juga dikhawatirkan dapat menyebabkan kelangkaan air di masa yang akan datang apabila bahan bakar hidrogen tersebut diproduksi secara masal. 

Gambar diatas menunjukkan perbandingan pengambilan dan konsumsi air secara global dari tiga sektor yang berbeda, yaitu produksi energi bahan bakar fosil dan pembangkit listrik, pertanian, dan penerapan ekonomi hidrogen secara global.

Apabila kita lihat, pengambilan 2.700 miliar kubik air per tahun yang ada dunia di dominasi oleh sektor pertanian, dari jumlah tersebut juga sekitar 1.100 miliar kubik air per tahun digunakan untuk konsumsi. Sehingga ini menyebabkan kekhawatiran bahwa apabila bahan bakar hidrogen diproduksi secara masif dan global, maka akan menyebabkan kelangkaan air di berbagai negara.

Di sisi lain, pengambilan air untuk bahan bakar fosil juga berhubungan dengan dampak yang luar biasa besar terhadap pertumbuhan ekonomi di suatu negara, standar hidup, dan perkembangan masyarakat. Jumlah pertumbuhan PDB bergantung pada jumlah rata-rata energi per-kapita yang dikeluarkan.

Pertumbuhan ekonomi dunia bergantung pada konsumsi energi dan ketersediaan bahan bakar fosil. Masalah ini muncul karena bahan bakar fosil yang terbatas di muka bumi ini dan hanya terkonsentrasi di beberapa lokasi tertentu saja. Sehingga distribusi yang tidak merata pada sumber daya ini dapat menciptakan banyak beban pada ekonomi negara-negara yang tidak memiliki cadangan alam berupa bahan bakar fosil tersebut.

Sumber: planet.outlookindia.com
Sumber: planet.outlookindia.com

Lalu, apakah bahan bakar hidrogen dapat menjadi alternatif?

Bahan bakar hidrogen tentu bisa menjadi bahan bakar alternatif pengganti bensin karena ini merupakan salah satu cara untuk menciptakan kendaraan dengan emisi karbon yang rendah. Namun teknologi ini masih harus terus dilakukan pengujian baik secara sains maupun perhitungan dalam sisi nilai ekonomi.

Sehingga meskipun bahan bakar hidrogen dianggap sebagai peluang bisnis yang menjanjikan, akan tetapi perusahaan mesti dihadapkan dengan bagaimana mencipatakan teknologi bahan bakar hidrogen yang ramah lingkungan namun dengan biaya yang terjangkau. 

Selain itu, secara sains masih perlu dilakukan pengujian secara berkala dan lebih mendalam lagi untuk melihat bagaimana dampaknya apabila bahan bakar hidrogen tersebut diproduksi secara masal, agar nantinya tidak memberikan dampak yang buruk terhadap lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun