Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Pro dan Kontra Nikuba Hidrogen: Masih Perlu Dikaji Lebih Mendalam

13 Juli 2023   08:17 Diperbarui: 18 Juli 2023   09:28 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nikuba atau alat yang disebut mampu mengonversi air menjadi bahan bakar minyak untuk menggerakkan mesin kendaraan tengah mendapat sorotan.(TRIBUNCIREBON.com/AHMAD IMAM BAEHAQI) 

Selain itu kedua proses pembentukan hidrogen, baik yang konvensional maupun yang lebih ramah lingkungan masih dianggap belum efisien. Pada saat hidrogen diproduksi, dikompresi, disimpan, dikirim, hingga akhirnya dimasukan ke dalam kendaraan, hidrogen telah kehilangan 70% efisiensinya. 

Petimbangan lainnya yaitu kebocoran hidrogen, di mana meskipun dipercaya lebih rendah emisi karbon namun kebocoran hidrogen yang terjadi dalam jumlah yang besar akibat dari produksi masal akan berkontribusi terhadap perubahan iklim dunia.

Sebagian besar hidrogen saat ini dibuat melalui proses perubahan gas alam (metana) yang kemudian menghasilkan CO2 dalam jumlah yang besar sebagai hasilnya. Meskipun saat ini sudah ada upaya dalam menciptakan "green hydrogen" yang dibuat dengan menggunakan listrik dari sumber terbarukan untuk untuk memecah molekul air, namun proses ini menelan biaya yang mahal dibandingkan dengan metode konvensional.

Kasus biaya hidrogen yang mahal pernah terjadi di kota Montpellier, Prancis pada bulan Januari 2022 lalu dalam proyek "Montpellier Horizon Hydrogne project" yang membatalkan pesanan 51 bus dengan bahan bakar hidrogen senilai 29 juta euro ($33 juta) dan lebih memilih bus listrik karena biaya yang jauh lebih murah.

Setelah dilakukan peninjauan dari sisi keuangan dalam proyek bus dengan bahan bakar hidrogen tersebut, ditemukan bahwa biaya operasional dengan bahan bakar hidrogen adalah 0,95-euro ($1,08) per km, sementara untuk bus listrik memiliki biaya opersional yang lebih rendah yaitu 0,15-euro ($0,17) per km.

Sumber: Does the Green Hydrogen Economy Have a Water Problem? by Rebecca dkk
Sumber: Does the Green Hydrogen Economy Have a Water Problem? by Rebecca dkk

Penggunaan air sebagai komposisi utama dalam pembentukan hidrogen juga dikhawatirkan dapat menyebabkan kelangkaan air di masa yang akan datang apabila bahan bakar hidrogen tersebut diproduksi secara masal. 

Gambar diatas menunjukkan perbandingan pengambilan dan konsumsi air secara global dari tiga sektor yang berbeda, yaitu produksi energi bahan bakar fosil dan pembangkit listrik, pertanian, dan penerapan ekonomi hidrogen secara global.

Apabila kita lihat, pengambilan 2.700 miliar kubik air per tahun yang ada dunia di dominasi oleh sektor pertanian, dari jumlah tersebut juga sekitar 1.100 miliar kubik air per tahun digunakan untuk konsumsi. Sehingga ini menyebabkan kekhawatiran bahwa apabila bahan bakar hidrogen diproduksi secara masif dan global, maka akan menyebabkan kelangkaan air di berbagai negara.

Di sisi lain, pengambilan air untuk bahan bakar fosil juga berhubungan dengan dampak yang luar biasa besar terhadap pertumbuhan ekonomi di suatu negara, standar hidup, dan perkembangan masyarakat. Jumlah pertumbuhan PDB bergantung pada jumlah rata-rata energi per-kapita yang dikeluarkan.

Pertumbuhan ekonomi dunia bergantung pada konsumsi energi dan ketersediaan bahan bakar fosil. Masalah ini muncul karena bahan bakar fosil yang terbatas di muka bumi ini dan hanya terkonsentrasi di beberapa lokasi tertentu saja. Sehingga distribusi yang tidak merata pada sumber daya ini dapat menciptakan banyak beban pada ekonomi negara-negara yang tidak memiliki cadangan alam berupa bahan bakar fosil tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun