Mohon tunggu...
Hb. Sapto Nugroho
Hb. Sapto Nugroho Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup ini adalah Pikink ( Selalu senang dan bersyukur ), sementara tinggal di Tokyo

senang berbagi cerita

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bermain: Belajar Kerjasama dan Ritme

6 Juni 2011   23:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:47 1056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_114774" align="aligncenter" width="640" caption="Deretan anak2 yang semua saling pegang dan saling menyesuaikan irama atau ritme jalannya"][/caption]

"Dalam pertandingan selalu ada yang kalah dan ada yang menang. Yang menjadi tujuan bukan kemenangan atau kekalahan, akan tetapi proses menuju kemenangan atau proses mengalami kekalahan.  Di pihak yang kalah ataupun yang menang masing2 melihat diri sendiri apakah sudah berusaha semaksimal mungkin.  Dengan demikian baik yang kalah ataupun yang menang mempunyai kenangan sendiri yang tidak akan lupa akan usah keras atau usaha maksimal yang pernah dilakukan", demikianlah kata penutup dari Kepala Sekolah SMP dimana anak saya belajar.

-

Di pendidikan dasar Jepang yaitu SD, SMP dan juga di TK setiap tahun ada satu hari yang dinamakan hari "Undokai", atau hari olah raga ( Undo : olah raga ), bisa dikatakan juga festival olah raga. Undokai ini dilakukan hari sabtu atau minggu dengan maksud orang tua bisa melihat acara ini.  Tergantung pada sekolah, Undokai bisa diadakan pada bulan Mei/Juni ( musim semi )  atau  Oktober/November ( musim gugur ).  Event ini adalah event murid2 semua sehingga semua terlibat didalamnya, masing memilih apa yang dia bisa.  Ada beberapa jenis olah raga permainan yang cukup menarik.

Ada satu program yang disebut "Ninin Sankyaku" ( Dua orang dengan tiga kaki ). "Ninin" berarti dua orang dan "Sankyaku" berarti tiga kaki. Dalam program ini dua anak diikat salah satu kakinya dengan kaki pasangannya. Kaki yang terikat dihitung satu kaki, jadi dua orang tiga kaki. Mereka berdua harus lari 100 meter.  Dua orang harus lari bersamaan sementara salah satu kaki mereka harus bergerak bersama ( kiri dan kanan ). Suatu gerakan yang tidak mudah, dibutuhkan suatu kerja sama berdua.  Selain kerja sama dibutuhkan suatu penyesuaian kecepatan serta ritme yang sama.  Selain itu dibutuhkan saling percaya satu sama lain, kadang ada pasangan yang tinggi badannya agak berbeda jauh.  Anak yang satu berlari sambil menarik teman pasangannya, sedangkan yang ditarik juga harus sekuat tenaga mengikuti tarikan dari temannya.  Jika tidak terjadi kerja sama atau sikron maka sering yang terjadi adalah mereka jatuh berdua.  Kerja sama berdua ini suatu dasar kerja sama yang paling dasar.

[caption id="attachment_114677" align="alignleft" width="450" caption="Dua anak berlari dengan tiga kaki "][/caption]

Kerja sama dua anak ini kemudian dilanjutkan dengan peningkatan jumlah anak yang dijadikan satu kakinya, ada jenis program tiga anak, lima anak dan enam anak ( lihat gambar ), semua adalah tipe kegiatan bersama dan bukan kegiatan individu atau perorangan.  Rupanya tekanan pendidikan di tingkat dasar di Jepang lebih menekankan pendidikan sosial atau kebersamaan dibandingkan pendidikan individual.

-

-

-

Tidak ada sistem penilaian RANKING Sekolah Dasar di Jepang ( bandingkan dengan keadaan di Indonesia, terutama di kota2 besar, yang begitu terpusat dengan sistem ranking anak di sekolahnya).  Hal ini juga tercermin dari sistem penilaian di sekolah SD dan SMP.  Di Jepang nilai di SD tidak diberikan dengan angka tetapi dengan sistem kualitas.  Ada beberapa tingkat penilaian:  Sangat Baik, Baik, Kurang Baik, Kurang  Sedikit.  Jadi sama sekali tidak ada nilai angka dan tidak ada catatan ranking.  Kalau kita perhatikan juga tidak ada penilaian JELEK atau TIDAK LULUS.  Yang ada adalah "Kurang sedikit".

-

Melihat program hari olah raga dan sistem penilaian di atas, maka di sekolah dasar anak2 dilatih dan dididik menjadi manusia yang bisa  dan mau kerja sama dengan orang2 di sekitarnya, dan tidak dilatih untuk mementingkan diri sendiri atau individual. Bisa dimengerti jika orang jepang rasa kebersamaan mereka cukup mendalam.  Anak saya kebetulan ikut program jalan kaki bersama (sambil kaki terikat satu sama lain ) dengan jumlah anak 37  anak ( teman satu kelas ).  Saya tanyakan gimana caranya supaya tidak jatuh dan bisa menang ( kebetulan group anak saya kemarin berhasil menang ).  "Yang penting adalah menyamakan ritme, waktu itu cukup ramai karena 4 group bersama2 jalan dan masing2 group teriak ritme mereka. Untung guru kelas menyertai dan ikut berteriak ritmenya di samping mereka."  Anak saya poisisinya di tengah, kebetulan bisa mendegar teriakan gurunya, sehingga bisa menyesuaikan ritme yang ada."  Dalam diri anak waktu itu yang ada adalah "permainan" dan "olah raga",  akan tetapi secara tidak langsung sudah tertanam pengertian pentingnya kesamaan ritme dalam kegiatan bersama.

-

Dalam kehidupan bermasyarakat maka "patuh" pada "aturan" yang ada dalam masyarakat itu adalah wujud dan pelaksanaan dari sifat mereka yang mau dan bisa bekerja sama.  Mematuhi aturan yang ada berarti menghargai orang lain dan juga menempatkan diri sendiri dalam suatu gerakan atau kerja sama.  Mematuhi aturan bersama tidak lagi melihat siapa2 orang lain dalam masyarakat itu, tetapi sudah dilaksanakan sebagai suatu hal yang berjalan sebagai "ritme" dalam masyarakat.  Jadi bisa dimengerti penjelasan anak saya bahwa dalam program berjalan bersama ( sekitar 37 orang lebih ) dengan semua kaki diikat, yang dilakukan oleh semua anak2 yang terlibat adalah "penyesuaian ritme".  Dalam program itu mereka bersama-sama meneriakan suara: "satu dua, satu dua,...", sehingga mereka semua mempunyai ritme yang sama.  Dengan ritme yang sama, kecepatan jadi sama dan tidak akan terjatuh serta bisa mencapai tujuan terakhir dengan selamat.

-

[caption id="attachment_114678" align="alignleft" width="300" caption="37 anak bersama-sama berjalan cepat sambil semua kaki mereka terikat jadi satu"][/caption]

Apa arah dan tujuan pendidikan dasar di Indonesia ? Menanamkan anak2 sifat mau dan bisa bekerjasama? atau malah sebaliknya yaitu mementingkan prestasi diri sendiri, dengan cara sistem ranking ?  Sifat2 sosial atau kerja sama yang tidak ditanamkan ke anak bisa mengakibatkan suatu sikap yang sulit mematuhi aturan bersama dalam masyarakat. Pendidikan dasar yang terlalu mementingkan persaingan individu juga akan membuat anak tidak menikmati masa kecilnya.  Masa kecil adalah masa dimana "banyak teman" adalah suatu yang membahagiakan.  Oleh karena itu salah satu tujuan yang menyenangkan di saat sekolah adalah "mempunyai teman yang banyak". Pertanyaan kepada anak SD adalah : "Bagaiaman di sekolah ? menyenangkan ? temannya siapa ?" dan bukan pertanyaan ini : " di sekolah ranking berapa? "

-

Baru setelah SMA, anak2 diajarkan untuk berusaha mandiri dan menentukan masa depan sendiri dengan memilih masa depan langsung kerja atau meneruskan ke perguruan tinggi.  Untuk bisa bekerja, tidak harus sekolah di perguruan tinggi.  Pernah saya tuliskan juga bahwa orang jepang sangat menghargai pekerjaan apapun.  Jenis pekerjaan tidak menentukan nilai orang.  Kalau emang sejak awal ingin langsung bekerja setelah SMA, maka banyak yang memilih sekolah ke SMA Kejuruan ( mesin, bangunan, listrik, dsb ). Mereka bisa langsung bekerja di pabrik2 atau industri yang ada.

Demikian cerita tentang hari olah araga anak ( undokai ), yan setiap tahun ada dari TK sampai SMP,  yang membekali anak2 dengan pengalaman yang akan terpakai di masa depan.

[caption id="attachment_114680" align="aligncenter" width="610" caption="Main tali dengan banyak orang, berapa kali berturut-turut bisa loncat dan tidak tersangkut salah satu anak. Waktu itu paling banayk 15 kali berturut-turut"][/caption]

Catatan kecil:

Orang yang mematuhi aturan bersama sadar bahwa itu untuk tujuan kebaikan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun