Mohon tunggu...
Hb. Sapto Nugroho
Hb. Sapto Nugroho Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup ini adalah Pikink ( Selalu senang dan bersyukur ), sementara tinggal di Tokyo

senang berbagi cerita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hanabi: bukan Sekedar Kembang Api

26 Juli 2010   09:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:35 3030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HANABI adalah bahasa jepang yang artinya "Kembang Api" ( hana = kembang/bunga, bi =api). Hanabi di jepang menjadi acara tahunan, artinya merupakan event yang selalu ada tiap tahun. Hanabi diselenggarakan di musim panas ( akhir Juli sampai akhir agustus), ada juga di daerah tertentu masih menyelenggarakan hanabi sampai bulan september. Hanabi adalah PESTA RAKYAT Mulai dari anak kecil ( anak yang belum sekolah) , anak muda, keluarga muda sampai kakek nenek mereka suka dengan HANABI. Jadi kalau musim panas belum melihat hanabi rasanya belum lengkap. Begitulah hanabi sepertinya sudah menjadi suatu yang jadi satu dalam kehidupan di sebagian besar orang jepang. Hanabi biasanya diluncurkan didekat tempat yang luas sehingga orang bisa dengan leluasa melihat "api yang berbunga = kembang api" di langit dengan leluasa. Tempat yang sering dipakai untuk peluncurannya adalah di dekat sungai, di dekat laut/pantai, di dekat koen/taman luas. Di dekat sungai biasanya tersedia tempat luas atau lapangan untuk olah raga atau sekedar tempat lari atau jalur naik sepeda yang cukup panjang. Tidak diperlukan biaya untuk melihat kembang api. Sejak awal Juli sudah beredar jadwal peluncuran kembang api. Jadi biasanya orang jepang ( termasuk orang asing yang tinggal di jepang ) sudah merencanakan mau melihat ke mana. Biaya untuk pelaksanaan kembang api ini bukan dari pemerintah, tapi dana dari beberapa perusahaan. Jadi sebelum kembang api diluncurkan diumumkan siapa2 atau perusahaan mana yang menyumbang. Masyarakat biasa tinggal melihat. Yang melihat kembang api bukan saja masyarakat sekitar tempat peluncuran, tapi juga banyak yang datang dari tempat lain. Oleh karena itu pada hari peluncuran itu, beberapa station kereta yang terdekat dengan pelaksanaan ini menjadi sibuk sekali dan penuh sesak, apa lagi menjelang dan sesudah pertunjukan ini. Melihat jumlah yang datang melihat, maka Hanabi emang sebuah Pesta Rakyat. Layaknya sebuah pesta, maka sebagian besar orang jepangpun berpakaian khusus waktu lihat kembang api, yang cewek pakai "yukata" yang cowok pakai "jinbei". Tidak hanya pegawai kereta yang tambah sibuk, tapi sejumlah polisi pun ditugaskan khusus untuk mengatur arus orang jalan, dan juga mendirikan pos jaga tertentu untuk informasi, bisa informasi barang hilang atau jatuh ataupun informasi anak hilang misalnya. Selain itu di sepanjang jalan menuju tempat untuk melihat kembang api, di kanan kiri jalan penuh dengan orang jualan makanan dan minuman, jadi suasana sungguh ramai dan betul2 terasa sebagai "pesta" dimana semua rakyat ikut serta. Tentu saja ini memberikan rejeki juga bagi rakyat. Kegiatan ini juga salah satu yang menggerakan "roda ekonomi" tahunan. Bisa kita buat daftar pergerakan uang karena kembang api ini : Transportasi ke lokasi, beli pakaian khusus utk yang belum punya, beli makanan dan minuman, telpon ke sana ke sini untuk janjian dan mencari lokasi teman2, penyebaran informasi soal hanabi ini, kerjaan untuk petugas hababi, penjual kembang api dst dst dst masih banyak rentetan yang mendapatkan rejeki selain hanya melihat kembang api. Seandainya di Indonesia ada perusahaan yang mau menyumbangkan sebagian keuntungan untuk membuat kembang api ini, tentu rakyat indonesia juga bisa terhibur dan senang dengan "pesta" ini, sehingga kembang api juga bisa menjadi acara tahunan untuk rakyat indonesia, mungkinkah ? kita tunggu saja. Perusahaan juga harus berpikir bahwa kembang api bukan hanya sekedar kembang api tapi banyak hal jadi "tergerakan" dengan adanya event ini. Jadi rakyat tidak hanay disodori dengan berita2 infotainment yang sudah membosankan akhir2 ini, tapi masyarkat sendiri yang DIHIBUR , bukan hanya MEMBACA "berita hiburan" yang TIDAK menghibur. Untuk hanabi yang diselenggarkan di dekat laut atau dekat sungai2, maka juga memberikan kesempatan mereka yang punya kapal untuk membuat jadwal khusus naik kapal sambil makan dan sambil lihat kembang api. Kesempatan Bertemu Bersama Bagi keluarga muda, atau yang anaknya masih kecil2 ( usia sekolah dasar ), maka biasanya mereka nonton kembang api bersama. Tidak ada tempat duduk khusus untuk melihat kembang api, tapi biasanya ada lapangan luas, jadi dari rumah biasanya bawa alas duduk ( tikar dsb ) . Bila anak sudah menginjak usia SMP, biasanya anak2 SMP pergi melihat bersama teman2 sekolahya, begitu juga usia anak2 SMA. Di usia anak2 yang sedang berpacaran maka mereka gunakan kesempatan ini untuk pergi bareng. Untuk yang belum punya pasangan/pacar, maka biasanya mereka bareng pergi rombongan dan mungkin ada yang menggunakan kesempatan untuk pendekatan kali ya.... Orang datang di tempat biasanya agak lama sebelumnya. Misalnya kembang api diluncurkan jam 19:30 malam, kita lihat dari jam 18:00 sudah ramai orang2 berkumpul obrol sana sini, anak2 lari kesana kesini. Jadi emang suasana sebelum peluncuran sendiri merupakan hal yang bisa dinikmati. Bahkan untuk orang yang tempat tinggalnya dekat, mereka pagi2 biasanya sudah pergi ke dekat tempat peluncuran dengan mebawa alas/tikar dan PESAN tempat dulu ( saya termasuk yang pernah lakukan ini, jadi pagi2 sekitar jam 9 pergi untuk pesan tempat, tentunya banyak orang juga begitu. Kemudian sorenya datang dengan membawa minuman / makanan dan duduk santai karena udah ada tempat ). Ya mungkin sama saja dengan nonton sepakbola, dari TV atau datang ke stadion, Nonton TV juga ada istilah "NOBAR" ( nonton bareng ). Jadi emang suatu event sangat beda bila banyak dinikmati banyak orang. Di Indonesia masih banyak tempat luas, sehingga sangat mungkin untuk diselenggarkan kembang api. Kalau suka NOBAR sepak bola, sudah pasti senang juga NOBAR kembang api. Kalau Presiden saja sampai NOBAR sepak bola dari TV, kenapa tidak bikin acara sendiri untuk rakyat dan Presiden juga NOBAR ama rakyat di lapangan ? Ayo siapa yang mulai bikin ? Kembang Apinya Sendiri Kalau di atas saya banyak cerita sisi lain dari kembang api, kali ini saya ceritakan tentang kembang apinya sendiri. Dalam informasi yang di sebarkan selain tempat dan waktu juga dituliskan berapa butir kembang api yang mau diluncurkan. Selama ini yang terbesar /  terbanyak berjumlah 20.000 ( dua puluh ribu ) yang bisa kita saksikan sekitar satu setangah jam. Jenis ini diselenggarkan di Sumida Gawa ( Sungai Sumida ), yang berdekatan dengan Sungai Sumida dan Laut atau pelabuhan. Kembang Api Sumida Gawa ini cukup besar sehingga selalu disiarkan oleh salah satu station TV. Saya juga pernah pergi ke sini, tapi karena jauh dari tempat tinggal maka pas sampai ke lokasi sudah susah cari tempat bisa melihat dengan enak. Jalan menuju lokasi juga sudah susah/penuh, akhirnya cuma bisa melihat sambil berdiri di tengah2 jalan. Ya..... apa enaknya lihat sambil berdiri, capai bener dan kurang bisa menikmati, maka cukup sudah sekali saja. Selain jumlah butir yang diluncurkan, kembang api menjadi menaik karena bentuk2 yang berbeda dari "bunga2 yang terjadi karena ledakan butir2 itu". Yang paling disukai anak2 ( orang tua juga suka sih ), yaitu bentuk wajah, wajah tersenyum : mata hidung dan mulut melengkung yang tersenyum. Ada juga bentuk2 binatang2 seperti ikan, kucing. Bila  melihat secara langsung dari dekat maka sebelum kembang api diluncurkan kadang ada penjelasan tentang bentuk apa yang mau ditunjukan, terutama bentuk2 yang disukai anak2. Salah satu bentuk yang disukai dan gampang ditangkap serta kemudian langsung semua pada komentar adalah bentuk hati ( heart ). Iringan Musik Kembang api diluncurkan dengan iringan musik, jadi sungguh sangat menarik melihat dari dekat karena kita juga bisa sambil mendengarkan musik. Jadi jenis yang diluncurkan, jarak antar yang diluncurkan serta arah peluncuran disesuaikan dengan musik yang didengarkan. Inilah bedanya bila melihat dari jauh. Memang dari jauh kembang api juga kelihatan tetapi musing yang mengiringinya tidak kedengaran. Selain itu kalau melihat dari jauh maka yang terjadi adalah "kelihatan dulu apinya" baru kemudian "suara" ledakanannya ( karena kecepatan cahaya lebih cepat dari pada kecepatan suara). Melihat dari dekat emang juga ada jeda api dan suara, tapi tidakalh terlalu lama jedahnya. Semoga Indonesia juga akan ada hiburan untuk rakyat semua yang tidak hanya sekedar hiburan, tapi juga bisa merupakan sumber penghasilan bagi beberapa orang dan merupakan acara tetap sehingga banyak orang bisa membuat rencana. Kalau sudah kontinu diadakan maka akan menjadi suatu tradisi dan akan menarik wisata dalam dan luar negri. Berikut saya sertakan foto2 kembang api yang diambil teman saya : Frans Simamora

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun