Selain benda-benda yang berkaitan dengan prosesi jumenengan, pameran ini juga menampilkan berbagai naskah kuno koleksi keraton. Naskah kuno itu ada yang berbentuk babad ada pula serat.
Babad berisi tentang sejarah keraton jogja, mulai dari awal berdirinya kerajaan mataram Islam (babad mataram), babad giyanti yang memuat sejarah dibaginya kerajaan mataram menjadi dua, yakni Surakarta dan Yogyakarta sampai berdirinya kasultanan ngayogyakarta (babad ngayogyakarta). Sedangkan serat berisi tentang ajaran leluhur yang berkaitan dengan seni dan budaya.
Dalam pameran ini, aneka naskah kuno yang berbentuk serat dan babad yang dipamerkan berjumlah 27 buah. Naskah-naskah tersebut dipamerkan dalam 2 buah ruang pamer yang terpisah, yang disusun urut sesuai kronologinya.
Setiap naskah babad dan serat yang dipamerkan diletakkan dalam kotak kaca. Sehingga pengunjung hanya bisa melihat tanpa bisa menyentuhnya. Hal ini dimaksudkan agar naskah terjaga dari kerusakan, mengingat umur naskah yang sudah tua, lebih dari 2 abad. Naskah dtulis dalam huruf jawa kuno, sehingga tidak semua orang bisa membacanya. Untungnya, untuk setiap naskah babad atau serat yang ada, diberikan penjelasan atau keterangan singkat mengenai isinya dan tahun penulisannya yang tertempel di dinding dekat dengan kotak kaca tempat naskah dipamerkan.
Kembalinya Naskah Kraton Yogya yang di jarah Rafles
Membahas tentang naskah kuno milik keraton jogja, tidak bisa lepas dari peristiwa geger sepehi di tahun 1812. Peristiwa dimana terjadi invasi Inggris ke kraton Yogyakarta pada masa Sultan Hamengku Buwono II yang berakibat kekalahan yang luar biasa dari pihak keraton.Â
Kekalahan ini diikuti dengan penjarahan terhadap berbagai barang berharga milik kraton termasuk naskah-naskah kunonya. Peristiwa penjarahan besar-besaran tersebut dikisahkan baru selesai setelah 4 hari.
Peristiwa ini dikenal dengan sebutan geger sepehi, karena pada waktu itu Inggris menggunakan tentara sepoy (sepehi) yang merupakan tentara bayaran dari India.
Penyerahan dilakukan oleh duta besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik kepada Sultan HB X pada tanggal 7 Maret 2019 malam, bertepatan dengan pembukaan pameran  "Merangkai Jejak Peradaban Nagari Ngayogyakarto Hadiningrat"  di Pagelaran Kraton Jogja ini.
Kembalinya naskah kraton ini merupakan sesuatu yang menggembirakan. Karena dapat melengkapi jalinan kisah sejarah kraton Jogja sekaligus merekontruksi kembali ingatan kita mengenai peran kraton dalam memberikan sumbang sih terhadap ilmu pengetahuan, seni, dan budaya yang sarat makna yang masih ada dan lestari sampai sekarang. Dan menjadi tugas kita untuk mengetahui sejarahnya sehingga dapat lebih menghargainya.Â