Mohon tunggu...
Sapta Lia
Sapta Lia Mohon Tunggu... -

angges.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Wiranto Bocorkan Surat DKP Pemberhentian Prabowo?

12 Juni 2014   19:52 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:02 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beredarnya surat Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang berisi pemecatan Prabowo Subianto dari TNI adalah kampanye hitam yang dilakukan oleh rivalnya, kubu Jokowi. Banyak kalangan yang menyayangkan sikap etis tersebut termasuk Presiden SBY. "Satu hal yang bapak presiden tekankan adalah karena sifatnya meskipun Kepres pemberhentian dengan hormat Pak Prabowo Subianto itu tidak harus rahasia, namun tentu kalau itu beredar secara luas di masyarakat kan tidak pada tempatnya juga. Dan ini yang patut disesalkan dan menjadi perhatian di dalam institusi khususnya TNI kita," kata Juru Bicara Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha. Meskipun Keppres No. 62 Tahun 1998 yang dikeluarkan oleh Presiden Habibie tersebut sifatnya tidak rahasia. Namun surat pemecatan DKP bernomor KEP/03/VIII/DKP itu sifatnya rahasia. Surat tersebut ditetapkan tanggal 21 Agustus 1998 oleh DKP diketuai oleh Jenderal Subagyo HS. Pertanyaannya, siapa selain TNI siapa lagi yang menyimpan salinan surat DKP tersebut? Dan siapa pula yang memiliki kepentingan untuk menjatuhkan Prabowo? Untuk yang pertanyaan yang kedua, dapat dipastikan adalah pihak yang berada di barisan lawan yaitu kubu Jokowi. Di kubu Jokowi ada mantan Panglima TNI yang menjadi atasannya Prabowo saat itu, juga ada Subagyo HS yang merupakan mantan ketua DKP dan selalu setia pada Wiranto. Sebagai Pangab, tentu Wiranto memiliki salinan surat DKP tersebut, demikian juga dengan Subagyo HS. Dengan demikian bukan tidak mungkin surat DKP tersebut dibocorkan oleh Wiranto sendiri. Seperti yang diketahui, rivalitas antara Wiranto dan Prabowo masih terjadi sampai saat ini. Rivalitas tersebut semakin sengit dalam Pilpres tahun ini. Mereka berada di kubu yang berlawanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun