Mohon tunggu...
Sapta Arif
Sapta Arif Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menyukai pepuisi, cerita-cerita, kopi, dan diskusi hingga pagi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Bait Terakhir Sebuah Sajak

15 Maret 2018   15:16 Diperbarui: 15 Maret 2018   15:29 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di bait sajak terakhir akan kutulis,

Betapa aku ingin menjadi bola matamu,

Yang merasakan cahaya datang,

Lalu membias,

Pada sebuah pagi di sela-sela sajak itu,

Kau akan melihat,

Huruf-huruf itu hidup,

Membentuk makna,

Meski kau bilang,

Dunia kita sudah kehilangan makna.

Mereka akan bekerja,

Menyusun rupa-rupa tanya,

Lalu menumpuk dan terserak,

Di meja pura-pura.

Di jendela pagi-butaanmu,

Kau kerapkali memilih menyusun bayang.

Ia serupa rindu tanpa kenal temu,

Serupa penantian,

Yang tersesat di kata tunggu.

Ia menjadi perupa,

yang hanya mengenal dua kata:

merindu dan menunggu.

Di sajak terakhir bait kepura-puraanmu,

Aku ingin menjadi bola matamu,

Lalu merasakan,

Bagaimana caramu melihatku.

Surakarta, Februari 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun