"Apanya?" Tanyaku heran.
Dia hanya tersenyum sambil memberikan lembaran kertas itu padaku.
***
Akhirnya perempuan itu melahirkan kata. Meski awalnya menimbulkan keheranan di wajah laki-laki di depannya. Layaknya bayi baru lahir, kata pertama yang terucap dari bibir perempuan itupun langsung ditimang dengan seyum oleh laki-laki dihadapannya. Laki-laki itu mulai berbicara antusias seolah tak mau kehilangan sepasang bola mata yang ditatapnya ini. Perempuan itu pun mengangguk, sesekali tersenyum, namun sangat sedikit berbicara.
"Apa?" tiba-tiba perempuan itu menampakkan wajah keheranan.
"Iya! Aku, aku mencintaimu tanpa tendensi apapun. Aku ingin mencintaimu tanpa alasan yang memperkuat cintaku padamu. Karena jika alasan itu telah memudar, aku takut cintaku hilang bersama alasanku."
Suasanapun kembali beku. Hanya ada sepasang bola mata yang saling menatap di antara rintik hujan malam ini.
Aku pun mulai beranjak menghampiri majikanku di meja kasir.
 Â
Surakarta, September 2017                                           Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H