100 Tahun WKRI: Terlibat Nyata Dalam Gereja dan Sosial
Ketapang,Minggu, 21 Juli 2024, bertempat di Gedung Jeron Stoop, segenap WKRI berkumpul untuk merayakan 100 tahun WKRI. Pertemuan dihadiri oleh seluruh anggota WKRI Cabang St. Agustinus Paya Kumang. Turut hadir Pastor Paroki St. Agustinus Paya Kumang Ketapang RP. Vitalis Nggeal, CP, serta Rektor Seminari Menengah St. Laurensius Ketapang, RD. Fransiscus Suandi, para seminaris, para frater, DPP Paroki, dan para undangan.
Misa Syukur
Misa syukur dipimpin oleh RD. Fransiscus Suandi. Pastor Vitalis Nggeal, CP dalam khotbahnya mengatakan bahwa segala sesuatu di dalam hidup manusia akan menjadi mungkin karena ada iman. Iman itulah yang menjadikan kehendak bisa diwujudkan. "Sejauh mana kita menjadikan Tuhan dalam hidup kita, kasih Yesus harus dilaksanakan dalam kehidupan nyata," ujarnya. Pastor Vitalis juga menekankan pentingnya pengampunan, pelayanan kepada orang miskin, dan tindakan belas kasih yang menjadi teladan Yesus.
Sejarah WKRI
Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) adalah organisasi kemasyarakatan yang dibentuk pada tahun 1924 oleh Raden Ayu Soejadi Sasraningrat Darmosepoetro di Yogyakarta, dengan dukungan Van Dreissehe SJ. Awalnya, organisasi ini didirikan sebagai perkumpulan ibu-ibu Katolik pribumi dengan tujuan meningkatkan kedudukan dan kesejahteraan buruh wanita melalui pendidikan dan keterampilan.
Nama awal organisasi ini adalah "Pusara Wanita Katolik" yang kemudian berubah menjadi "Pangreh Ageng Wanita Katolik" pada tahun 1934, dan pada tahun 1937 menjadi "Pakempalan Wanita Katolik". Nama resmi "Wanita Katolik Republik Indonesia" (WKRI) ditetapkan pada Kongres VII tahun 1965.
WKRI berperan aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan kemanusiaan sepanjang sejarah Indonesia, termasuk masa penjajahan Jepang dan periode kemerdekaan. Organisasi ini juga berperan dalam Kongres Perempuan Indonesia pertama pada tahun 1928 dan telah menerima beberapa penghargaan dari pemerintah Indonesia atas kontribusinya.
Visi dan Misi
Visi WKRI adalah menjadi organisasi yang bersifat sosial aktif dan mandiri, dengan kekuatan moral dan sosial yang berlandaskan kasih. Dalam menjalankan kegiatan, WKRI selalu berusaha kembali pada cita-cita organisasi, meskipun sering menghadapi berbagai tantangan. Misi WKRI adalah mengembangkan dan meningkatkan kualitas anggota dan keluarganya, serta memperhatikan kesejahteraan dalam keluarga.
Poin-Poin Penting
1.Aktualisasi Anggota: WKRI menghimpun dan mendorong aktualisasi potensi setiap anggota, tanpa memandang suku, status sosial, dan latar belakang masing-masing.
2.Kesetaraan dan Keadilan Gender: WKRI menekankan pentingnya kesetaraan dan keadilan gender dalam setiap aktivitasnya.
3.Penggunaan Seragam: WKRI tidak membedakan anggotanya berdasarkan penampilan atau pernak-pernik yang berlebihan. Penggunaan seragam bertujuan untuk menciptakan keseragaman dan menghindari adanya anggota yang menonjolkan diri.
4.Peran Wanita: Sesuai dengan kodratnya, wanita diharapkan menjadi penolong bagi pasangan dan anak-anak, sesuai dengan nilai-nilai keluarga Katolik.
Dengan semangat yang sama, WKRI terus berkomitmen untuk menjadi organisasi yang berkontribusi positif bagi masyarakat dan gereja, menjalankan visi dan misinya dengan penuh dedikasi dan kasih.
Dalam wawancara terpisah, ibu Fransiska Mincu, selaku ketua WKRI cabang St. Agustinus mengharapkan agar anggota WKRI tidak hanya sekedar berbicara, tetapi juga diajak untuk melakukan dan terlibat secara nyata dalam seluruh kehidupan Gereja, dan berdampak untuk kehidupan sosial.
Selamat Ulang Tahun ke-100 untuk WKRI.
Tim Komsos Paroki St. Agustinus Paya Kumang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H