Teknik pembuatan, seperti jumputan pada umumnya yaitu dengan diikat atau dijahit kemudian baru dicelup. Bahan yang tersedia sifon, katun, fiskos, dan semi sutra. Motifnya yang terkenal titik tujuh, titik lima, titik sembilan, dan motif moderen. Di sini juga tersedia kain tajung dan blongsong yang merupakan kain yang sama, hanya berbeda pada penggunaannya saja.
Kain tajung adalah kain tenun yang berbentuk sarung dan biasa dipakai laki-laki untuk upacara adat atau hari raya. Kain tajung dulu dibuat dengan alat tenun gendong, tapi sejak tahun 1970 mulai menggunakan ATBM. ATBM sangat menghemat waktu produksi dari 15 hari jika memakai alat tenun gendong, menjadi 2 hari saja jika memakai ATBM untuk satu lembar kain. Bahan yang digunakan katun dan sutra. Macam macam motif kain tajung antara lain limar, limar patut, petak-petak berwarna, dan gerbik.
Sedangkan kain blongsong digunakan oleh perempuan, terdiri dari sarung dan selendang. Selain itu ada juga kain blongsong yang menggunakan motif songket dan disebut blongket atau blongsong songket. Pengerjaannya lebih cepat dari songket karena menggunakan benang katun atau sutera.
Songket berasal dari istilah sungkit yang berarti "mengait" atau "mencungkil." Istilah ini secara langsung merepresentasikan metode pembuatannya yaitu mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun lalu menyelipkan benang emas kemudian menenun dan diakhiri dengan tahap penyempurnaan. Pembuatan bisa memakan waktu 3-6 bulan tergantung kerumitan motif. Ragamnya antara lain songket lepus, songket tabur, songket bunga, songket limar, songket trestes, dan songket rumpak.
Jadi, jika ke Palembang usahakan mampir ke Griya Kain Tuan Kentang. Di Kampung Tuan Kentang selain berburu kain khas Palembang juga bisa melihat proses pembuatannya. Tak ketinggalan, selfi dengan latar jemuran kain jumputan yang tentu sangat instagramable.(K-CD).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H