Dalam satu kesempatan ngobrol dengan salah satu teman, sebut saja namanya "Mawar" [nama samaran]. Ada satu pembahasan yang cukup menarik seputar pernihakan. Karena kita sama-sama masih belum menikah, jadi makin seru saling meledak. :ngakaks
Obrolan semakin seru, karena jujur aku baru kali ini membahas seputar pernikahan dari sudut pandang yang berbeda.
Aku: apa kriteria calon suamimu?
Mawar: yang memiliki visi-misi sama denganku
Aku: [membatin: hmm...visi misi?] oh, apa visi-misimu?
Mawar: ada deh
Aku: lhaa kok ada deh, kasi tau dong. bla...bla...bla [obrolan berlanjut]
Diatas merupakan sepenggal ilustrasi seputar visi-misi yang akan aku bahas. Mawar, sebut saja begitu. Salah satu dari sekian perempuan yang idealis dengan pendiriannya. Kesimpulan ini aku dapat setelah mendengarkan visi-misi yang dia paparkan terkait dengan pernikahan.
Tidak banyak perempuan atau pun lelaki yang memiliki idealisme seperti dia. Bahkan aku sendiri tidak memiliki visi-misi idealis seperti dia. Aku hanya mengetahui konsep pernikahan yang bersifat normatif. Obrolan ini semakin menarik dan menggugah rasa ingin tahuku.
Ketika aku, kalian yang belum menikah dan berencana akan menikah dan atau yang sudah menikah ditanya "Apa visi misi kamu menikah?" Jawabannya akan beragam. Mulai dari yang normatif sampai kepada yang tidak memiliki visi misi sama sekali [termasuk diriku]. Pertanyaan ini juga aku lempar di facebook untuk mendapatkan data dari responden. Sambil menunggu hasil polling akan diupdate nanti.
Berbicara keumuman, rata-rata pasangan yang akan menikah atau yang sudah menikah pun jarang sekali membicarakan masalah visi misi pernikahan. Hal ini disebabkan karena paradigma pernikahan yang berkembang dimasyarakat hanya fokus kepada siklus reproduksi.
Pola pikir masyarakat yang cenderung pragmatis melahirkan penafsiran "Sudah...jalani aja. Tidak usah kebanyakan teori. Belum tentu teori yang kamu pelajari itu bisa dipraktekkan setelah menikah nanti". Mindset seperti ini tidak sepenuhnya salah, karena memang ada hal-hal tertentu yang tidak bisa direalisasikan ketika pernikahan itu sudah terjadi dan berlangsung sekian tahun yang disebabkan beberapa faktor X.
Sebagian orang mungkin akan berpikir "ahh ribet banget sih, mau nikah aja pake visi misi segala, dan sebagainya". Betul. Diawal mungkin akan terasa ribet, namun saya rasa untuk jangka panjangnya akan berguna dalam membina rumah tangga yang melahirkan generasi yang berkualitas. Ini sangat penting sebagai pondasi rumah tangga.
Ketika seseorang berani memutuskan untuk menikah berarti ia telah menaikkan level kualitas hidup dan pendewasaan jati diri. Keberhasilan dalam sebuah pernikahan bukan hanya sekedar mengharmoniskan hubungan kita dengan pasangan. Keberhasilan yang sesungguhnya adalah ketika kita mampu menyatukan dua keluarga yang berbeda dan membangun sebuah keluarga baru yang menjadi penghubung silaturahim antar keduanya.
Semakin tinggi pencapaian kualitas hidup seseorang maka semakin tinggi pula ujian yang akan ia hadapi. Tidak dapat dipungkiri dalam biduk rumah tangga yang dijalani, cobaan dan ujian akan selalu datang silih berganti. Oleh karena itu perlu adanya pengokoh yang menjaga keutuhan tersebut. Yaitu dengan membangun perencanaan visi dan misi dalam berumah tangga.