[caption id="attachment_178882" align="aligncenter" width="300" caption="dokumen pribadi"][/caption]
Kabupaten Gunung Kidul, dahulu sangat terkenal dan identik dengan kekeringan, hutan gundul, tanah tandus dan berbatu. Namun saat ini kesan itu mestinya sudah hilang ditelan semilir angin dan rimbunnya pohon pohon hutan di  rakyat yang menutupi berbagai tanah yang dahulunya kosong dan tandus. Pohon pohon seperti jati dan mahoni begitu mendominasi selain kelapa, rambutan, sengon, dan lain lain.
[caption id="attachment_178887" align="aligncenter" width="300" caption="dokumen pribadi"]
[/caption] Di beberapa kecamatan terutama yang mempunyai pantai memang masih terasa aroma kering di musim kemarau. Namun jangan salah jika kita semua mengunjungi suatu tempat di Kecamatan Playen, desa Bleberan…….disitu ada suatu tempat yang sangat elok, berlimpah air, hamparan sawah yang sangat subur dan tentu yang sedang naik daun dan sangat terkenal sekarnag adalah tempat yang bernama
Air Terjun Sri Getuk. Air di seputar tempat ini sangat melimpah karena memang beberapa mata air muncul dari  dalam tanah dan beberapa alirannya masuk melalui tebing yang yang sangat tinggi masuk ke dalam Sungai Oya, sungai yang tidak pernah kering dan mengalir  sepanjang musim. Air terjun itu terpcah menjadi tiga bagian yang meluncur sangat deras..itulah indahnya
Air Terjun Sri Gethuk di Kecamatan Playen Gunung Kidul. [caption id="attachment_178889" align="aligncenter" width="240" caption="dokumen pribadi"]
[/caption] Jika kita ingin berekreasi ke
Air Terjun Sri Gehtuk ini dari
Yogyakarta kita akan menempuh jarak sekitar 45 km. Dari
yogyakarta ke arah
Gunungkidul kemudian naik tanjakan yang lumayan terjal di Piyungan dan bukit Pathuk Gunung Kidul. Terus kemudian akan melalui hutan negara di Bunder terus sampai ketemu pertigaan traficlight di Gading kemudian belok kanan ke arah Playen. Setelah sampai Playen belok kanan arah kecamatan Palihan dan sekitar 2 km kita akan ketemu pertigaan dan belok kanan. Di pertigaan tersebut kita sudah akan melihat banyak petunjuk jalan yang akan membimbing kita secara mudah untuk dapat menjangkau air terjun Sri Gethuk. Dari pertigaan tadi kita masih harus menuempuh perjalanan lagi sepanjang 7 km. ya tinggal 7 km dan sudah lumayan dekat, tapi….eeiit…jangan salah karena jalan tersebut agak kurang baik dan cenderung rusak, jadi jalannya juga pelan pelan..memang sih saat itu beberapa bagian jalan sudah mulai diperbaiki dan aspal juga masih terasa baru. Namun rupaya masih lumayan panjang juga yang rusak jadi kita perlu musti hati hati. Satu setengah jam perjalanan kita sampai di lokasi. [caption id="attachment_178890" align="aligncenter" width="294" caption="dokumen pribadi"]
[/caption]
Asal muasal nama Sri Gethuk. Menurut Pak Ngabdani Ketua Kelompok Tani yang mengelola wisata tersebut. Asal muasal nama Gethuk sebetulnya bukan makanan tradisional yang berasal dari singkong itu, tapi sebetulnya adalah Kethuk salah satu jenis perangkat gamelan jawa. Namun lidah kita lebih mudah menyebut Gethuk mengingat sebelumnya ada kata Sri, jadi hanyalah untuk memudahkan saja. Menurut beliau, pada jaman kakek-kakek buyutnya. Di seputar air terjun tersebut terdapat kerajaan lelembut yaitu semacam makhluk halus yang tentu tidak kasat mata. Pada hari dan saat saat tertentu konon di kerajaan tersebut sering spel atau latihan menabuh gamelan tersebut. Suara gamelan tersebut sangat nyaring di dengar oleh warga desa Bleberan. Nah suatu ketika ada sedikit keributan karena salah satu alat gamelannya hilang. Gamelan yang hilang itu namanya Kethuk. Maka terkenalah air terjun tersebut bernama Sri Kethuk..atau kemudian juga dan malah lebih dikenal dengan nama Sri Gethuk. Lokasi ini selanjutnya oleh pemerintah desa dikembangkan menjadi lokasi wisata dan dibuka sejak tahun 2007.
[caption id="attachment_178886" align="aligncenter" width="300" caption="dokumen pribadi"]
[/caption] Setelah sampai dilokasi parkir, ada dua cara untuk mencapai lokasi air terjun. Pertama dengan berjalan kaki melintasi areal persawaan sekitar 1.5 km atau yang kedua menuruni anak tangga yang sudah lumayan disemen menuju dermaga di tepi Sungai Oya untuk naik secamam perahu Gethek yang sdah dimodifikasi menjadi lebih modern. Drum drum dari plastik ditata sedemikian rupa dan beri alas papan untuk berdiri penumpang serta diberi pagar besi untuk pengaman. Perahu ini muat sekitar 7-8 penumpang dan berjalan digerakkan oleh mesin diesel kecil untuk memutar turbin. Penumpang dikenai biaya Rp.7.500,- pulang balik per orang untuk naik perahu ini. Perahupun berjalan pelan kita bisa sambil memotret dan mencari obyek-obyek yang cocok yang sangat indah sepanjang perjalanan 5 menit ini. [caption id="attachment_178883" align="aligncenter" width="248" caption="dokumen pribadi"]
[/caption] Tapi tetap harus hati hati, tebing-tebing terjal seakan mengelilingi perjalanan  ini dan tetap waspada karena dalamnya air sungai bisa mencapai 15-20 m wow…hati-hati. Namun juga jangan terlalu khawatir, bagi kita yang takut akan air karena tidak bisa berenang tetap aman karena jalannya perahu sangat pelan. Kita juga bisa menyewa alat pelampung sebagai pengaman. Maka setelah sampai di lokasi air terjun kita dapat turun dari perahu dan bermain air disitu. Kita juga bisa memotret sesuka kita dan sepuas kita karena obyek disini sangat bagus dan sungguh indah. Bagi kita yang suka mandi di alam bebas juga dapat mandi di sungai itu, jangan kuatir para pemandu wisata juga akan menyewakan pelampung dan kita dapat mandi di sungai secara puas dan aman disitu.
[caption id="attachment_178891" align="aligncenter" width="300" caption="dokumen pribadi"]
[/caption]
Wisata air terjun Sri Gethuk sangat layak kita kunjungi sebagai salah satu alternatif wisata di Gunungkidul.
Kedepan pengelola obyek wisata juga masih mempunyai rencana untuk mengembangkannya menjadi wisata rafting, out bond, flying fox, dll. Namun demikian sampai saat ini masih terkendala oleh anggaran..semoga lekas teratasi. Amien.
28 Mei 2012
Sapardiyono
(Komunitas Peduli Lingkungan)
[caption id="attachment_178888" align="aligncenter" width="300" caption="dokumen pribadi"]
[/caption] [caption id="attachment_178885" align="aligncenter" width="300" caption="dokumen pribadi"]
[/caption] [caption id="attachment_178890" align="aligncenter" width="300" caption="dokumen pribadi"]
[/caption]
[caption id="attachment_178891" align="aligncenter" width="300" caption="dokumen pribadi"]
[/caption] Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya