[caption id="attachment_336259" align="alignnone" width="560" caption="dok pribadi. masjid tiban ramai pengujung"][/caption]
Masjid Tiban di Malang, Percayakah Anda?
Tiban adalah Bahasa Jawa, yang artinya kurang lebih adalah: tiba-tiba ada, atau ada dengan sendirinya. Jadi kalau ada istilah Masjid Tiban, maka artinya masjid itu ada secara tiba-tiba, atau ada dengan sendirinya. Singkat kata masjid itu dibuat tidak dengan proses normal membangun yang dimulai dari membuat fondasi dll. Tapi Ujug-ujug ada melalui proses alam gaib, bim salabim,......cliiiing.... maka jadilah masjid itu ada.
Dalam cerita adat masyarakat Jawa, mitos seperti masjid Tiban ini sebenarnya bukanlah hal baru, Sejarah dibuatnya Candi Sewu di komplek Candi Prambanan, misalnya juga diiringi cerita rakyat yang sangat melegenda. Dikisahkan kala itu, ada seorang pangeran sakti yang bernama Prabu Bandung Bondowoso jatuh cinta dan ingin memperistri Putri Roro Jongrang. Karena Putri Roro Jongrang tidak bersedia namun tak kuasa menolak, maka ia membuat suatu syarat yang hampir mustahil dapat dikerjakan oleh Prabu Bandung Bondowoso. Syarat tersebut adalah membuat candi 1000 buah dalam semalam, diluar dugaan Sang Prabu menyanggupi syarat tersebut. Ia segera bersemedi dan meminta bantuan Jin untuk menciptakan candi tersebut, dan ketika menjelang pagi candi yang dibuatnya hampir memenuhi jumlah yang diminta, Putri Roro Jonggrang membuat siasat untuk mengagalkannya yaitu dengan menyalakan api dengan membakar jerami, supaya fajar kelihatan sudah menyingsing dan mulai berkokoklah para ayam jantan. Merasa dibodohi dan dengan rasa marah akhirnya Prabu Bandung Bondowoso membaca mantra dan mengkutuk Putri Roro Jongrang menjadi patung yang ke-1000.
[caption id="attachment_336261" align="alignnone" width="560" caption="dok.pribadi. koleksi ikan di akuarium masjid tiban"]
Apakah legenda Masjid Tiban di Malang Juga demikian?
Mengikuti rasa penasaran akan uniknya nama masjid, saya menyempatkan diri berkunjung ke masjid ini. Kita ketemu dengan salah satu santri senior di masjid itu, namanya Gus Ipul. “Gus, kenapa masjid ini namanya Masjid Tiban?” tanyaku to the ponit.
“Oh maaf, saya akan memberikan beberapa koreksi. Pertama ini bukan masjid, tapi sesungguhnya adalah komplek Pondok Pesantren, memang masjid ada di dalamnya. Kami mempunyai santri yang berjumlah 300 orang yang bermukim di Pondok Pesantren ini”, Jelasnya. “Kedua, kami tidak pernah menyebut komplek ini sebagai Masjid Tiban, masyarakatlah yang mempopulerkan istilah tiban itu. Kamilah para santri yang telah membangun pondok ini hingga 10 lantai, dan itu kami bangun secara bertahap sejak tahun 1987 dan belum selesai sampai sekarang” demikian penjelasan Gus Ipul.
Sejak awal kami memang tidak percaya dengan istilah tiban itu, namun apapun itu komplek pondok pesantren ini tergolong ajaib. Ia mempunyai tanah seluas 5,5 ha dan 2,5 ha diantaranya sudah berdiri bangunan Pondok Pesantren dengan 10 lantai. Desain gedung lantai 10 ini mengikuti kontur bumi, seperti teras sering dalam sistem persawahan.
[caption id="attachment_336262" align="alignnone" width="560" caption="dok.pribadi. lantai dan meja marmer di masjid tiban"]
Selanjutnya Gus Ipul menjelaskan bahwa bangunan seluas 2,5 ha dengan 10 lantai itu dibangun tidak dengan grand disain. Arsiteknya ya Pak Kyai sendiri yaitu Romo Kyai Ahmad. Beliau selalu sholat tahajud sebelum memulai kerja, dengan petunjuk dari Alloh lah lantai demi lantai, ruang demi ruang, dinding demi dinding dan tangga demi tangga satu persatu dibangun dan diselesaikan. Yang teribat dalam pembangunan inipun hanya para santri yang tidak diberi upah untuk menjaga keikhlasan dan sempurnanya pekerjaan, Pak Kyai juga tidak pernah melibatkan masyarakat. Mungkin karena prosesnya yang amat unik inilah yang menyebabkan masyarakat menyebutnya sebagai masjid tiban.
Beberapa fakta unik lainnya yang menyebabkan komplek pondok pesantren masjid tiban ini terkenal adalah : pertama, donatur utama dari pembangunan masjid ini adalah para alumni yang telah sukses dan para santri sendiri, kedua terdapat semacam kebun binatang mini di lantai 3, ada banyak koleksi hewan seperti aneka burung, monyet, berbagi jenis ikan di Aquarium dll. Ketiga, ada minimarket modern kalau tidak salah di lantai 7 yang menyediakan aneka kebutuhan sehari-hari termasuk berbagai souvenir pengunjung serta peralatan ibadah lainnya. Keempat, ada semacam food courd yang menyediakan aneka masakan jawa di lantai 6 kalau tidak salah. Kelima, semua dinding berornamen ukir dan dicat warna warni sehingga terlihat sangat eksotic. Keenam, di lantai 6 beberapa ruangan dilapisi marmer dengan ukuran yang Masya Alloh....lebar sekali 6x2 m, saya tidak membayangkan bagaimana cara mengangkatnya lembaran-lembaran besar itu.
Ketujuh, jumlah pengujungnya luar biasa banyak, di hari biasa rata-rata mencapai 3000 orang dan kalau Sabtu dan Minggu bisa mencapai 12.000 orang. Pengunjung tidak hanya warga negara Indonesia, bahkan beberapa orang warga negara Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam juga ada yang mejadi santri. Kedelapan, pondok pesantren ini tidak berafiliasi kepada Ormas NU maupun Ormas Muhammadiyah, terbuka untuk umum. Pondok pesantren lebih banyak digunakan untuk ritual riyadhah yaitu semacam oleh mental untuk mendekatkan diri kepada Alloh, juga dalam rangka membersihkan hati dari berbagai macam penyakit duniawi.
Monggo silahkan saja, tempat ini sangat indah dan layak dikunjungi untuk alternatif wisata, kita sangat bebas berfoto ria disitu dengan latar belakang ornamen yang berwarna warni, indah..sungguh.
Yogyakarta, 17 November 2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H