Langkah positif penghapusan Korupsi dinegeri ini telah mendorong paradigma masyarakat menjadikan korupsi sebagai musuh bersama. Jika kebanyakan elite partai dekat dengan korupsi bukan tidak mungkin partai politik cenderung akan menjadi musuh bagi masyarakat. Partisapisi terhadap partai politik akan lebih terganggu, bahkan masyarakat akan cenderung apatis terhadap partai politik. Â
Memang tak sedikit yang memiliki pandangan kritis dan bahkan skeptis terhadap keberadaan partai politik. Eksistensi partai hari ini berkonotasi sebagai kelembagaan yang tidak baik.
Yang paling serius di antaranya menyatakan bahwa partai politik itu sebenarnya tidak lebih daripada kendaraan politik bagi sekelompok elite yang berkuasa atau berniat memuaskan 'nafsu birahi' kekuasaannya sendiri.
Walau demikian, Partai politik memiliki arti penting dalam sebuah sistim demokrasi perwakilan. Partai politik diyakini sebagai instrumen yang strategis bagi perkembangan demokrasi. Bahkan banyak yang berpendapat bahwa partai politiklah yang sebetulnya menentukan demokrasi. Partai politik  memainkan peran penghubung yang sangat strategis antara proses-proses pemerintahan dengan warga negara.
Disaat Partai Politik di gadang-gadangkan  sebagai pilar utama penyangga demokrasi. Disisi lain wajah yang tampak memperlihatkan Partai Politik dekat dengan musuh rakyat yang bernama korupsi. Wajah buram ini telah menciderai harapan masyarakat.
Wajah politik yang hadir dihadapan public akhir-akhir ini, tak banyak melambangkan pembelajaran politik. Partai cenderung apa yang di istilahkan oleh Rosseseu, Partai politik hanyalah berfungsi sebagai alat bagi segelintir orang untuk mengambil kekuasaan dari suara rakyat yang mudah dikelabui, kemudian dengan mengorbankan kehendak umum.
Dan saat ini, boleh kita lihat diberita-berita di televisi dan media- media cetak sedang dihebohkan dengan masalah korupsi dinegri ini, sangat disayangkan bagi bangsa ini, sedangkan masyarakat sedang di landa kesenjangan sosial baik dari sistem kemiskinan dan pendidikan, apalagi masalah ekonomi yang jadi korban adalah masyarakat sendiri.
Hal ini mendorong pemahaman masyarakat untuk apatis menggantungkan cita-cita demokrasi yang ideal ditangan Partai politik  sebagai pilar utama.Sementara itu masyarakat mau tak mau tetap harus mengikuti sistem yang sudah terbentuk dimana Partai politiklah menjadi instrument dalam mewujudkan demokrasi.
Banyak pengamat berpendapat bahwa besarnya ongkos demokrasi di Negara kita cenderung menjadikan elit politik mencari pendanaan politik dengan jalan yang dinamakan korupsi.
Namun semua ini tidak sepenuhnya benar jika Partai lebih profesional, demokratis dan akuntabel.Memang budaya politik di Negara kita belum menempatkan partai sebagai institusi penyambung aspirasi yang mesti disokong oleh masyarakat termasuk finansialnya. Padahal ongkos politik demikian besar.
Wajah Politik yang belum terlihat menjadi kelembagaan partai politik yang profesional, demokratis dan akuntabel menggiring opini masyarakat menempatkan partai sebagai sarana memperoleh kekuasaan saja. Yang terjadi masyarakat bukan menyumbang terhadap partai, justru malah mencari uang pada setiap pemilu berlangsung.