Mohon tunggu...
hns_3
hns_3 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belajar

Bismilaah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengatasi Jerat Overthinking di Era Digital

24 September 2023   08:49 Diperbarui: 24 September 2023   08:53 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah kemajuan teknologi yang pesat dan penggunaan yang meluas dari perangkat digital, kita seringkali merasakan tekanan dan pikiran yang berlebih. Overthinking, atau berpikir berlebihan, merupakan tantangan psikologis yang semakin umum terjadi pada era digital ini. Dalam artikel ini, kita akan membahas strategi efektif untuk mengatasi overthinking dan mencapai hidup yang lebih produktif dan seimbang.

Era digital membawa kemudahan akses informasi dan konektivitas global, namun, tidak diragukan lagi, juga membawa tantangan baru terkait kesehatan mental. Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah overthinking atau berpikir berlebihan. Overthinking adalah kondisi di mana pikiran terus menerus terjebak dalam siklus pemikiran yang sulit dihentikan, sering kali cenderung negatif.

Anak muda adalah salah satu kelompok yang paling terpengaruh oleh efek era digital ini. Tekanan sosial media, komparasi dengan orang lain, dan ekspektasi yang tinggi dapat memicu kecemasan yang mendalam dan mengakibatkan overthinking. Salah satu penyebab utama adalah paparan berlebihan terhadap informasi yang tidak terfilter di media sosial. Saat melihat kehidupan orang lain yang tampak sempurna di platform tersebut, seringkali orang merasa tidak memadai atau tidak sukses.

Strategi yang efektif untuk mengatasi tantangan ini adalah dengan memulai dengan mengamati dan menyadari pola pikiran yang memicu overthinking. Kita perlu memahami bahwa pikiran adalah sesuatu yang dapat diarahkan, dan kita dapat belajar untuk mengendalikannya. Langkah pertama adalah menyadari pola pikiran negatif dan kekhawatiran berlebih yang mungkin muncul di benak kita.

Kesadaran (mindfulness) adalah alat yang kuat untuk membantu mengendalikan pikiran. Melalui praktik meditasi dan teknik kesadaran lainnya, kita dapat memusatkan pikiran pada saat ini dan menghindari kecenderungan pikiran untuk melayang-layang ke masa lalu atau masa depan. Ini membantu mengurangi tingkat kecemasan dan overthinking.

Penting untuk menetapkan batasan terhadap penggunaan teknologi. Menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar, terutama sebelum tidur, dapat mempengaruhi kualitas tidur dan memicu overthinking. Menetapkan batasan waktu yang jelas untuk penggunaan teknologi, terutama media sosial, dapat membantu mengurangi paparan yang berlebihan.

Tidak hanya itu, sesekali melakukan digital detox adalah keputusan bijak. Memutuskan hubungan dengan perangkat digital untuk sementara waktu memungkinkan pikiran untuk beristirahat dan mendapatkan kembali keseimbangan. Selama digital detox, kita dapat lebih fokus pada aktivitas fisik seperti berjalan-jalan, berlari, atau berinteraksi langsung dengan teman dan keluarga.

Selain itu, olahraga dan kegiatan fisik adalah cara efektif untuk mengatasi overthinking. Aktivitas fisik membantu melepaskan endorfin, zat kimia dalam otak yang dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi stres. Hal ini dapat memberikan perasaan kesejahteraan dan membantu meredakan pikiran yang berlebihan.

Terakhir, teknik pernapasan dan relaksasi juga dapat membantu. Praktik pernapasan dalam dan latihan relaksasi membantu menenangkan sistem saraf, mengurangi tingkat kecemasan, dan meredakan pikiran yang gelisah.

Dalam menghadapi tantangan overthinking di era digital, kunci utamanya adalah mengambil kendali atas pikiran kita. Dengan sadar mengelola penggunaan teknologi, mempraktikkan kesadaran, dan merawat kesehatan fisik dan mental, kita dapat membebaskan diri dari jeratan overthinking. Hal ini membawa kita menuju hidup yang lebih bermakna, produktif, dan seimbang di era digital yang penuh tekanan ini.

 Quotes of the day

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun