Sabila merupakan anak yang terlahir dari keluarga sederhana yang tinggal di sebuah desa, yang terpencil serta rumahnya yang terhalang oleh tebing sehingga jaringan internet sangatlah jelek bahkan untuk bisa bicara lewat telopon biasapun suaranya terputus-putus.
Sabila kini tengah duduk di bangku Xll mendekati Ujian akhir sehingga dengan niat dan ikhlas menuntut ilmu karena sang kholik "Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang," (HR Tirmidzi).
Sabila sejak pagi melaksanakan aktivitas seperti biasanya sebelum ayam berkokok sabila sudah bangun untuk shalat, belajar serta membantu ibunya tak terasa waktu begitu berjalan cepat hingga tiba puluk 06.00 WIB di mana sabila mempersiapkan alat tulis ke dalam ransel tak lupa alat-alat tuk mendaki yakni sepatu bot ukuran sedang ( di gunakan untuk menghindari kaki dari rumput yang berduri, hewan yang berbahaya, masuknya air membasahi kaos kaki, atau tergelincir batuan kecil yang membuat jalan mendaki menjadi susah karena tebing sering lonsor, sedia tongkat, baju lengan Panjang dan tak lupa dudukuy ( istilah umum yang di gunakan orang sunda untuk menutupi kepala supaya tidak kepansan dan hujan).
Dengan penuh semangat sabila mulai berjalan dan bergegas mendaki, embun pagi yang menyapa pagi, rumput-rumput yang menyapa dengan sedikit luka di tangan langkah demi langkah terus di pacu hingga di pertengahan tebing istirahat sejenak, tak lupa meneguk air minum yang tadi tlah di bawanya di ransel. Sabila melanjutkan perjalanan karena istirahatnya di rasa cukup dan sinar matahari cepat berjalannya setelah banyaknya berjalan sehinga sabila sampai di sebuah bukit yang ia tadi di dakinya.
Di sebuah ladang milik tetangganya sabila merebahkan kakinya yang pegal serta nafas yang tidak teratur sabila menarik nafas dalam-dalam, keringat yang bercucuran membasahi keningnya, mengabil botol minum sambil menikmati suasana daerah yang di himpit oleh gunung-gunung yang menjulang tinggi, pesawahan yang menghiasi, alam pedesaan.
Sabila sembari menikmati alam dia perlahan-lahan membuka buku, pensil dan terutama gawai pintar yang di miliki kakanya ia pinjam,lewat google classroom dan whatsapp tugas sudah muncul berdatangan adaptasi yang sangat baru di mana menginjak tahun pertama menginjak kelas Xll, Sabila mulai mengajarkan satu per satu tugas yang diberikan oleh gurunya, dengan beralaskan paha kaki, ia mulai mengerjakan tugas, duduk menggunakan plastik yang seadanya.
Angin matahari pun berjalan begitu cepat matahari sudah di pertengahan siang dimana matahari sangat terik sedangkan tempat untuk berteduh pun tidak ada hanya ditemani oleh sebatang pohon yang tumbuh.
Pohonya baru menginjak dewasa seperti halnya diri sabila pohon tersebut menemani dikala sore hari pohon, pohon itu tempat ku berlindung dari panasnya matahari bahkan bila bila anda kabut sudah mulai datang dan mencari tempat berteduh yang cukup lumayan jauh dari tempat tempat belajar sekaligus mencari sinyal aku harus turun lagi ke bawah untuk berteduh dan itupun jaraknya cukup jauh di mana ada tanaman-tanaman yang menghiasi.
Suatu kejadian hujan turun begitu deras sehingga aku berteduh di suatu ladang yang jaraknya agak jauh (Saung) rumah kecil yang beratapkan daun alang-alang di sanalah aku sendirian setelah beberapa lama hujan tak kunjungan reda sehingga ada kalajengking yang menghampiri. hatiku begitu kaget, gelisah, ketakutan, di tambah sambaran petir yang menghiasi langit, Sabila mengambil sebuah kaya yang berukuran sedang dan memukul kalajengking yang cukup besar itu dengan bacaan Basmalah Sabila memukul kalajengking hingga tak sadarkan diri. di deretan perrcikan air hujan kecil membasahi bumi begitu dinginnya menusuk pori-pori