Mohon tunggu...
Sanusi at Maja
Sanusi at Maja Mohon Tunggu... Penulis - Da'i/ Anggota PISHI/Alumni Pasca UNIRA MALANG

Love for All Hatred for None

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perdamaian dalam Perspektif Ahmadiyah

4 Juni 2024   18:28 Diperbarui: 4 Juni 2024   18:59 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jemaat Ahmadiyah adalah sebuah organisasi murni keagamaan yang didirikan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad di desa kecil Qadian-India pada tahun 1889. Ahmadiyah bukanlah sebuah agama baru dan tidak pula sebagai gerakan kebathinan, dasar dan asas-asasnya  adalah Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah saw, sedikitpun  tidak menganut suatu kepercayaan di luar Islam.

Jemaat Ahmadiyah berkeyakinan bahwa jika  menyimpang sejengkal saja dari ajaran Islam, maka dianggap sebagai suatu hal yang haram dan akan membawa kepada kecelakaan. Nama Ahmadiyah yang disandangnya tidak menunjukan kepada suatu agama baru melainkan dimaksudkan hanya  supaya jemaat ini dapat ditampilkan kepada dunia  nyata bedanya dari golongan lain yang juga menyebut dirinya Muslim. (Bashirudin, 2001:1) Saat ini Jemaat Ahmadiyah sudah berkembang di 213 negara (laporan Tahunan, Khalifatul Masih V, 16 Agustus 2020).

Pendiri Jemaat Ahmadiyah sangat menekankan militansi warga jemaatnya untuk taat kepada Al-Qur'an dan Nabi Muhammad Saw, sabdanya : "Adapula bagimu sekalian suatu ajaran yang penting, yaitu bahwa kamu jangan hendaknya meninggalkan Al-Qur'an seperti sebuah buku yang telah dilupakan, sebab di dalamnya terdapat sumber kehidupanmu, barangsiapa yang memuliakan Al-Qur'an akan memperoleh kemuliaan di langit, barangsiapa yang menjujung tinggi Al-Qur'an diatas segala sabda-sabda yang lain, akan dijunjung tinggi di langit. Bagi umat manusia di atas permukaan bumi ini, kini tidak ada kitab lain kecuali Al-Qur'an, dan bagi seluruh bani Adam tidak ada pedoman hidup kecuali Al-Qur'an, kini tidak ada seorang rasul dan juru syafaat kecuali nabi Muhammad Musthafa Saw, maka berusahalah kamu sekalian untuk mendambakan kecintaan yang semurni-murninya bagi nabi yang agung ini, dan janganlah memberikan suatu tempat yang lebih tinggi daripada beliau kepada orang lain, agar kamu digolongkan diantara orang-orang yang diselamatkan.(Ahmad,2019:21)

Sesuai nasihat pendiri Jemaat Ahmadiyah di atas, maka perspektif Ahmadiyah terkait perdamaian pun sepenuhnya melandaskan diri pada ajaran Islam, dan Al-Qur'an sebagai sumber primer hukum islam mengajarkan cinta dan perdamaian dalam berbagai aspek kehidupan, antara lain: Islam mengajarkan untuk hidup saling mengenal antara suku bangsa (QS 49:13), dalam membangun perdamaian Islam mengajarkan untuk senantiasa berlaku adil, dan melarang berbuat keji (QS 16:90), Islam memberikan penghormatan tertinggi kepada jiwa manusia (QS 5:32), kemudian untuk menciptakan rasa cinta dan damai diantara sesama islam menagajarkan untuk senantiasa berbuat baik terhadap semua lapisan masyarakat yang di mulai dengan menjaga lisan yang baik (QS 2:83) dan untuk menciptakan perdamaian dalam masyarakat multi kulture  islamlah yang pertamakali melarang pengikutnya untuk menghina sesembahan penganut agama lain dengan cara apapun juga (QS 6:108).

Al-Qur'an tidak hanya mengemukakan prinsip perdamaian seperti diatas, tetapi secara tegas juga memerintahkan untuk membudayakan hidup damai dalam segala bidang kehidupan, antara lain; budaya damai dalam peperangan (QS 8:6), budaya damai dalam keluarga (QS 4:128), perdamaian antar umat beragama (QS 2:256)

Ada hal spesial dari pemahaman Jemaat Ahmadiyah tentang perdamaian, yaitu menjabarkan islam rahmatan lil'alamin dalam motonya Love for All, Hatred for None (Cinta untuk Semua, Tidak Ada Kebencian untuk Siapa pun). Moto inilah yang menjiwai seluruh aktivitas Jemaat Ahmadiyah, baik dalam menjalankan organisasi, berdakwah, maupun dalam perilaku sehari-hari.

Terciptanya moto Love For All Hatred for None  pada saat imam jemaat Muslim Ahmadiyah ke III, Hadhrat Mirza Nasir Ahmad meresmikan masjid pertama di Spanyol tahun 1980. Dalam menjelaskan moto ini  beliau mengungkapkan bahwa Islam mengajarkan kepada kita untuk hidup dengan kasih sayang dan kerendahan hati. Makna dari Islam adalah damai, dan untuk mewujudkannya seorang muslim harus memiliki sifat cinta dan kasih sayang.

Untuk menciptakan sikap rendah hati, seseorang harus meniadakan kebencian terlebih dahulu dalam hatinya. jadi, cinta untuk semua juga harus dibarengi dengan meniadakan benci bagi siapapun, Pengertian ini sesungguhnya bermuara pada sifat Allah  Ar-Rahman dan Ar-Rahim.

Jemaat Ahmadiyah dengan motonya Love for All Hatred for None semakin meneguhkan usaha dakwah globalnya di seluruh dunia untuk menciptakan perdamaian. Berikut ini adalah prinsip-prinsip perdamaian yang mengemuka dari love for all hatred for none yang diamalkan oleh seluruh warga Jemaat Ahmadiyah di mana pun.

Komitment Pada Penegakan Perdamaian

Kami adalah jemaat pembawa panji perdamaian, rekonsiliasi dan harmoni, itulah sebabnya mengapa moto kami " love"for Al Hatered For None, maka dengannya pula kami memahami bahwa di era sekarang ini konsep "jihad" dengan pedang harus dihentikan, kesimpulan ini di dasarkan pada fakta yang jelas bahwa, arti literal "Islam" adalah "damai", maka ketika nama dan dasar suatu agama adalah perdamaian, mustahil bagi agama itu untuk mempromosikan atau mengizinkan apa pun yang merusak perdamaian dan kesejahteraan masyarakat (Masroor, 2018:111)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun