Mohon tunggu...
Sanusi at Maja
Sanusi at Maja Mohon Tunggu... Penulis - Da'i/ Anggota PISHI/Alumni Pasca UNIRA MALANG

Love for All Hatred for None

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Prinsip Perdamaian dalam Berbagai Ajaran Agama

15 Januari 2024   21:36 Diperbarui: 15 Januari 2024   21:39 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.batamnews.co.id/

Prinsip hidup damai yang dikemukakan Al-Qur'an bersifat global menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, pada tulisan ini hanya sebagian saja yang dikemukakan. Dari prinsip-prinsip hidup damai dalam Al-Qur'an kemudian menuntun umatnya untuk menerapkan budaya damai dalam segala bidang kehidupan, antara lain; budaya damai dalam peperangan (QS 8:6), budaya damai dalam keluarga (QS 4:128), perdamaian antar umat beragama (QS 2:256) dan perdamaian dalam masyarakat multikultur, budaya damai menurut Al-Qur'an yang disebutkan ini mewakili aspek kehidupan individu, keluarga dan masyarakat, bahkan dalam suasana perangpun islam mengajak umatnya untuk menerapkan budaya damai dalam makna jika musuh menghendaki damai maka jalan damai itu harus diutamakan, akan tetapi manakala terjadi pengkhianatan maka peperangan harus dituntaskan sampai tidak ada lagi penindasan atas hak-hak asasi setiap orang atau kelompok. Sabda nabi Muhammad Saw dalam hal ini menegaskan bahwa; " Seorang Muslim itu adalah orang (menjamin) keselamatan manusia lainnya dari keburukan lisan dan tangannya (perbuatannya) sedangkan seorang mu'min itu adalah orang yang memberi keamanan bagi darah dan harta manusia lainnya. (HR. An-Nasai)

Term perdamaian yang dikemukakan Al-Qur'an cukup banyak yang secara langsung terkait dengan suatu proses perdamaian aktif maupun dalam upaya prepentif menjaga perdamaian, istilah-istilah itu antara lain: Assalam (Selamat), Rahmah (Lembut), Hub (Cinta), Afwun (memaafkan), Islah (Perdamaian), Sabar (sabar), Ma'ruf (kebaikan), Ihsan (indah), Safh (lapang), Amnu (menahan), dan Ta'aruf (saling mengenal). Banyaknya Istilah perdamaian yang dikemukakan ini menunjukan kompleksitas masalah perdamaian , misalnya saja kata afwun (memaafkan) adalah perbuatan baik jika setelah pemberian maaf kepada orang yang bersalah berefek positif, akan tetapi jika pemberian maaf malah berimplikasi negatif makin memberi angin kepada orang yang berbuat salah untuk lebih bertingkah melampaui batas, maka term amnu (menahan) diri dari memaafkan, atau menahan perbuatan buruk mereka secara tegas supaya menimbulkan efek jera menjadi pilihan terbaik dalam konteks seperti ini. Inilah yang penulis katakan perdamaian adalah masalah yang sangat kompleks dan terminologi Islam dalam masalah perdamaian sangat lengkap sehingga bisa menjadi pilihan solutif dalam mengupayakani perdamaian ditengah kompleksitas masalah kehidupan sosial masyarakat.

Perdamaian dalam Perspektif Ahmadiyah

Jemaat Ahmadiyah adalah sebuah organisasi Islam murni keagamaan yang didirikan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad di desa kecil Qadian, India pada tahun 1889. Ahmadiyah bukan sebagai agama baru dan tidak pula sebagai gerakan kebathinan. Dasar dan asas-asasnya adalah Al-Qur'an dan petunjuk-petunjuk Rasulullah saw, sedikitpun  tidak menganut suatu kepercayaan diluar hukum-hukum Islam. Jemaat Ahmadiyah  tidak menganut suatu agama baru melainkan Islamlah agamanya. Apabila  menyimpang sejengkal saja dari ajaran Islam, kami anggap sebagai suatu hal yang haram dan akan membawa kepada kecelakaan. Nama baru (Ahmadiyah) yang disandangnya tidak menunjukan agama baru melainkan dimaksudkan hanya  supaya Jemaat ini dapat ditampilkan kepada dunia  nyata bedanya dari kalangan lain yang menyebut dirinya sebagai agama Islam. (Bashirudin, 2001:1) Saat ini Jemaat Ahmadiyah sudah berkembang di 213 negara (laporan Tahunan, Khalifatul Masih V, 16 Agustus 2020).

Jemaat Ahmadiyah didirikan dengan tujuan mengembalikan kejayaan Islam dengan berbagai jalan terutama menyebarkan kitab suci Al-Qur'an dan kebenaran Rasulullah saw keseluruh dunia. Hal ini dilakukan dalam rangka menyatukan bukan saja umat Islam, melainkan seluruh umat manusia supaya bernaung dalam satu Jemaat yang dipimpin oleh seorang Khalifah.

Moto yang terkenal dari Jemaat Ahmadiyah adalah Love for All, Hatred for None (Cinta Untuk Semua, Tidak Ada Kebencian Untuk Siapa pun). Moto inilah yang menjiwai seluruh aktivitas Jemaat Ahmadiyah, baik dalam menjalankan organisasi, berdakwah, maupun dalam perilaku sehari-hari, Terciptanya moto ini  pada saat Imam Jama'ah Muslim Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Nasir Ahmad meresmikan masjid pertama di Spanyol tahun 1980. Menjelaskan moto ini  Hadhrat Mirza Nasir Ahmad mengungkapkan bahwa Islam mengajarkan kepada kita untuk hidup dengan kasih sayang dan kerendahan hati. Makna dari Islam adalah damai, dan untuk mewujudkannya seorang muslim harus memiliki sifat cinta dan kasih sayang. Kemudian, untuk menciptakan sikap rendah hati, seseorang harus meniadakan kebencian terlebih dahulu dalam hatinya. Jadi, cinta untuk semua juga harus dibarengi dengan meniadakan benci bagi siapapun. Sesungguhnya ini adalah penjabaran dari sifat Allah Ta'ala yang Ar-Rahman dan Ar-Rahim.

Jemaat Ahmadiyah dengan motonya Love for All Hatred for None semakin meneguhkan usaha dakwah globalnya di seluruh dunia untuk menciptakan perdamaian, berikut ini adalah prinsip-prinsip perdamaian yang diamalkan seluruh warga Jemaat Ahmadiyah di mana pun.

Komitment Pada Penegakan Perdamaian, 

kami adalah Jemaat Pembawa panji perdamaian, rekonsiliasi dan harmoni, itulah sebabnya mengapa moto kami " love"for Al Hatered For None, maka dengannya pula kami memahami bahwa di era sekarang ini konsep "jihad" dengan pedang harus dihentikan, kesimpulan ini di dasarkan pada fakta yang jelas bahwa, arti literal "Islam" adalah "damai", maka ketika nama dan dasar suatu agama adalah perdamaian, mustahil bagi agama itu untuk mempromosikan atau mengizinkan apa pun yang merusak perdamaian dan kesejahteraan masyarakat.[1]

Prinsip Perdamaian antar Individu

Pertama-tama ada sebuah ajaran yang fundamental dan mendasar dari Islam, yaitu bahwa seorang muslim sejati adalah orang yang dari lidah dan tangannya bisa membuat orang lain selamat, ini adalah definisi seorang Muslim yang diberikan oleh nabi Muhammad Saw. Islam mengajarkan bahwa hanya mereka yang menggunakan lidah dan tangan mereka untuk menyebarkan ketidakadilan dan kebencian yang pantas dihukum[2]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun