Dengan adanya realitas yang demikinan,negara yang dikenal sangat menjunjung tinggi nilai dan norma religiusitas dalam kesehariannya ini, seharusnya saling gotong royong memanfaatkan segala potensi alam sebagai salah satu solusi untuk mengentaskan masalah kemiskinan dan menurunkan angka pengangguran yang ada di Indonesia.
Namun, sangat disayangkan, begitu banyaknya potensi alam yang tidak dikelola sendiri oleh Indonesia. Sehingga menjadikan masyarakat Indonesia tidak lagi hanya sebagai penonton di negeri sendiri.
Apalagi jika sampai harus melancong ke negara orang demi mencari sesuap rejeki untuk meningkatkan taraf hidupnya di negara yang makmur ini.
Dalam sejarahnya pengiriman tenaga kerja keluar negeri sebenarnya merupakan produk budaya yang ditinggalkan oleh penjajahan Hindia Belanda yang pernah masuk ke Indonesia, yaitu telah ada sejak tahun 1887-an.
Namun sangat disayangkan produk budaya yang merupakan peninggalan penjajahan Hindia Belanda setelah merdekapun masih digunakan oleh negara.
Alih-alih untuk membantu masalah inflasi yang terjadi pada devisa negara dan mengurangi pengangguran karena negara hampir tumbang terlebih setalah krisis moneter di zaman orde baru, pengiriman TKI pun semakin berkembang saat itu. Sehingga hal ini meregenerasi dan semakin meningkat hingga saat ini.
Berdasarkan data Kementrian Ketenagakerjaan pada 2010 hingga Agustus 2015 setidaknya ada 25 negara yang tercatat menjadi tujuan TKI. Ke-25 negara itu tersebar di tiga kawasan, yakni Asia, Timur Tengah, Afrika, serta Eropa.
Dari ketiga kawasan tersebut salah satu negara favorit yang menjadi tujuan para TKI untuk mengaduhkan nasibnya adalah Korea Selatan. Animo masyarakat Indonesia untuk bekerja di Korea selatan sangat tinggi yaitu sekitar 30 ribu-33 ribu orang setiap tahunnya. Namun karena adanya beberapa seleksi hanya ada sekitar 6.500 orang calon TKI yang lulus tes setiap tahunnya.
Oleh karena itu, sejak tahun 2007 sampai awal 2016, jumlah tenaga kerja asal Indonesia di Korea Selatan sekarang ini telah mencapai sekitar 58 ribu orang .
Menurut Drs. D. Hendropuspito, O.C dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Agama menerangkan bahwa yang dimaksud dengan sekuralisme ekstrem adalah pandangan hidup atau ideology yang mencita-citakan otonomi nilai duniawi lepas dari campur tangan Tuhan dan pengaruh agama (D.Hendropuspito,1983: 136).