Mohon tunggu...
santri kreatif
santri kreatif Mohon Tunggu... Belajar -

Predikat terbaik adalah " Sebaik-baik manusia yaitu yang bermanfaat bagi orang lain."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puisi Terakhir

15 Mei 2019   20:14 Diperbarui: 15 Mei 2019   20:18 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

     "Lex..Lexi..... kamu udah sadar. Terima kasih Tuhan buat mujizat ini. Terima kasih untuk jawaban atas penantianku ini. Maaf untuk harapan yang mulai goyah". Ucap Cathrine seraya bersyukur atas kejadian ini.
Tak sepatah kata pun keluar dari bibir Lexi, mereka hanya saling bertatap mata. Cathrine dapat melihat dari mata Lexi begitu banyak kata yang ingin ia keluarkan, begitu banyak cerita yang ingin ia sampaikan. Tapi Cathrine sadar bahwa ia tak dapat memaksa keadaan untuk kembali seperti dulu. Mereka memerlukan proses untuk mengembalikan semua keadaan seperti sedia kala.

     Tapi rasa bahagia itu hanya sesaat saja, tiba-tiba keadaan berubah menjadi tegang. Terlihat mesin yang menyambungkan kabel ke bagian tubuh Lexi memberikan sinyal bahwa orang yang menggunakannya dalam keadaan darurat. Cathrine tak tahu harus bagaimana, ia berlari mencari dokter di luar ruangan, berteriak meminta pertolongan. Dokter datang dan segera memeriksa keadaan Lexi, namun apa yang terlihat adalah bahwa dokter dan suster yang ada di ruangan tersebut sudah mulai melepas semua alat bantu yang ada di seluruh bagian tubuh Lexi.

     "Kami sudah berusaha, tapi kehendak Tuhan berkata lain. semoga semua keluarga tabah menerima ini". Ucap dokter memberi keterangan pada Cathrine.

     Dunia seakan berhenti bagi Cathrine. Harapannya kali ini benar-benar sudah musnah. Tak akan ada lagi harapan untuk kesembuhan Lexi. Di sudut ruangan terlihat dokter melihat ke arah jam tangannya dan Cathrine pun ikut melihat jam yang tergantung di dinding ruangan. Pukul dua belas tepat. Keluarga Lexi yang baru saja tiba juga segera berlari masuk ke dalam ruangan untuk melihat orang yang di kasihi untuk terakhir kalinya. Sementara Cathrine terduduk di lantai ruangan rumah sakit, mencoba meyakinkan diri bahwa semua ini hanyalah mimpi, mimpi buruk yang sebentar lagi akan sirna. Tapi ini bukanlah mimpi, namun adalah benar-benar kenyataan, kenyataan yang menyakitkan yang harus ia hadapi.

     "Lexiii.... kenapa harus membuka mata itu, kalau kamu ingin menutupnya selamanya? Kenapa tak kamu biarkan saja mata itu tertutup malam ini, namun nafas itu tetap ada selamanya?" Cathrine merintih dalam tangisannya.

     "Aku ingin menulis puisi yang terakhir untuk kamu, setelah ini aku tak akan pernah menulis puisi-puisi lainnya selamanya." Ucap Cathrine sambil membuka buku yang berisi puisi-puisi yang ditulisnya, seraya menahan air yang ada di sudut matanya sehingga tak jadi tertumpah membasahi pipinya.

Penantianku terjawab....
Harapanku tercapai....
Aku menyayangimu, namun tak mampu memilikimu.
Aku mengharapkanmu, namun Tuhan berkehendak lain padamu.
Aku kecewa.... Aku marah....
Namun apa guna jika itu mampu
membuatmu bahagia.
Aku tak rela...
Namun keadaan memaksa.
Setiap awal akan berakhir
Setiap pertemuan akan berujung perpisahan
Tapi tetaplah percaya, setiap kejadian akan memberi hikmah.
Selamat Jalan kekasih
Bahagiaku untukmu selamanya....

     Itulah puisi terakhir yang di tulis Cathrine, setelah menyelesaikan puisi tersebut, Cathrine meninggalkan buku itu di bangku rumah sakit dan segera bergegas meninggalkan rumah sakit.
"Terima kasih untuk cinta itu, percayalah....saat engkau bahagia di alam sana, begitupun aku akan melanjutkan kehidupanku di alam ini dengan bahagia." Ucap Cathrine tersenyum menabahkan dirinya dan kemudian berjalan keluar rumah sakit.

Penulis: Christy.A. Sitorus

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun