Mohon tunggu...
muhammad abdul hakim
muhammad abdul hakim Mohon Tunggu... Penulis - desainer grafis dan penulis buku

pembelajar aktif

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membaca Ruang Sejarah

4 September 2022   03:47 Diperbarui: 4 September 2022   06:23 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lompatan zaman membuat perpustakaan memasuki fase baru dalam lembar sejarah masyarakat Islam. Fase ini menjadi awal dari era kegemilangan peradaban dan Ilmu pengetahuan. Setelah adanya upaya pengkodifikasian Al-Qur'an dalam bentuk mushaf, timbul keinginan masyarakat muslim (terutama yang hidup jauh dari masa Rasulullah r) untuk memahami Al-Qur'an dan ajaran-ajaran Islam sesuai dengan yang dipahami dan dilaksanakan oleh Rasulullah r ketika itu. Sehingga muncul inisiatif dari sebagian ulama untuk melakukan kodifikasi hadits Rasulullah r, meski pada awalnya mendapatkan tentangan karena berpegang kepada redaksi hadits yang melarang penulisan ucapan Rasul selain Al-Qur'an. Namun pada masa Umar bin Abdul Aziz (wafat 675 M) beliau memberi mandat kepada Muhammad bin Muslim bin Syihab az-Zuhri al-Madaniy (wafat 695 M) untuk menghimpun hadits dan membukukannya dengan pertimbangan bahwa pelarangan menulis hadits pada masa itu karena dikhawatirkan akan adanya percampuran antara hadits dengan Al-Qur'an.

Kepeloporan Ibn Syihab az-Zuhriy dalam pengkodifikasian hadits ternyata mampu memberi daya magnetis tersendiri bagi ulama-ulama lainnya untuk ikut serta dalam penghimpunan hadits. Sehingga lahirlah koleksi Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan at-Turmudzi, dan koleksi-koleksi buah karya para ahli hadits.

Perpustakaan dan Gerakan Penerjemahan

Gerakan penerjemahan telah memberi sumbangsih besar dalam era revolusi besar ilmu pengetahuan dan teknologi Islam masa silam, apalagi dengan adanya perpustakaan yang menopang penempatan literatur-literatur klasik dan manuskrip-manuskrip langka sebagai aset berharga sebuah bangsa. Era pertama gerakan penerjemahan ini dipelopori oleh Khalifa al-Mansur dari Daulah Abbasiyah. Penerjemahan ke dalam bahasa Arab dimulai dari literasi berbahasa Persia dalam bidang astrologi, ketatanegaraan dan politik, moral, seperti Kalila wa Dimma dan Sindhid. Gerakan penerjemahan dilanjutkan khalifah berikutnya, yaitu Khalifah Al-Makmun (813-833). Dalam kurun waktu tersebut, Islam mengalami kemajuan pesat di bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, konstruksi dan teknologi, kesenian dan sastra. Kemajuan inilah yang mendorong pemerintahan di masa itu untuk menyediakan berbagai fasilitas termasuk pengembangan perpustakaan sebagai wujud kebebasan intelektual.

Pusaran waktu dan kebutuhan yang tinggi akan ilmu pengetahuan membuat pepustakaan mengalami perkembangan pesat. Tak hanya sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium, Etiophia, dan India, namun telah berkembang sebagai tempat pendidikan, pusat pengembangan ilmu pengetahuan, dan pusat riset astronomi dan matematika.

3. Era Kemunduran Perpustakaan

Era perpustakaan sebagai simbol era revolusi ilmu pengetahuan nyatanya mengalami antiklimaks di penghujung episode sejarah umat Islam. Era kemunduran ini berimbas pada kemunduran peradaban umat Islam masa itu. Kemunduran tersebut tentu tak lepas dari dua faktor dasar, faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal yang melatarbelakangi kemunduran tersebut tak lain karena ketidakberdayaan kaum muslimin terhadap disintegrasi politiksehingga muncul persaingan dalam mendominasi kekuasaan. Hal inilah yang yang membuat sektor pendidikan menjadi terbengkalai.

Faktor eksternal yang menjadi pemicu kemunduran perpustakaan adalah jatuhnya wilayah-wilayah muslim akibat agresi dan peperangan, misalnya agresi tentara Tar-tar yang dipimpin oleh Hulako Khan tahun 1258, berhasil menumbangkan pemerintahan Khilafah Bani Abasiyah di Baghdad dan membantai jutaan kaum muslim di sana. Selain menghancurkan kota Baghdad, tentara Mongol juga membakar dan membuang buku-buku ilmu pengetahuan yang berada di perpustakaan Baghdad.

Petaka perang Salib yang juga berdampak pada kehancuran beberapa perpustakaan yang ada di Tripoli, Marrah, Al-Quds, Ghazzah, Asqalan dan kota-kota lainnya.

Beberapa Profil Singkat Perpustakaan Kuno

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun