Mohon tunggu...
Muhammad Bahaur Rijal
Muhammad Bahaur Rijal Mohon Tunggu... -

Muhammad Bahaur Rijal, Normal Indonesian Citizen, who love anything issues

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Binti Syathi' (Gadis Tepi Pantai)

5 April 2012   16:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:59 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sering kali jengkel dan tidak rela ketika melihat seorang wanita ataupun orang tua yang ketika mempunyai anak seorang perempuan, cara berfikirnya pendek (Nikah, Masak, Manak, kemudian hidup dengan suami, dan selesailah kehidupan wanita), tidak peduli dengan dunia keilmuan, terlebih ketika perempuan tadi mempunyai berbagai kecerdasan dan kemampuan yang mumpuni untuk di kembangkan. Cara berfikir instan inilah yang berkembang di dunia islam rata-rata. Sehingga menimbulkan kesan bahwa wanita itu tidak berhak menyentuh dunia keilmuwan terlebih keilmuan islam. Dapat kita lihat dari zaman dahulu sampai sekarang dunia keilmuan islam rata-rata di pegang oleh kalangan lelaki. Mulai dari ahli nahwu, ahli fiqih, ahli ushul fiqih, dan Ahli Tafsir.

Pernah suatu ketika saya melontarkan pertanyaan kepada seorang teman, tentang kenapa wanita jarang sekali yang menjadi tokoh islam, pada hal dalam islam perintah menuntut ilmu itu jelas sekali bukan hanya terbatas pada seorang laki-laki, ada ga sih tokoh islam yang wanita yang mejadi tokoh ulama yang berpengaruh dalam sejarah islam? dia menyebutkan nama binti syati', seorang Guru besar, seorang profesor. seorang Mufassir, seorang penulis, seorang yang sejarah mencatatnya sebagai orang yang berpengaruh di dunia islam.

berikut saya tuliskan sedikit biografi beliau yang di ambil dari berbagai sumber, semoga saja dapat di jadikan sebagai motivasi dan panutan, dan nantinya banyak tokoh wanita islam yang dapat di banggakan dan di kenang oleh sejarah.

Beliau Aisyah Muhammad Ali Abdul Rahman, yang dikenal sebagai Binti Syati' (1912-1998) adalah seorang pemikir dan penulis Mesir, dan seorang profesor serta peneliti di berbagai Universitas, wanita pertama yang menyampaikan muhadloroh di kuliah Al-Azhar Al-Sharif, Penulis yang berpengaruh di mesir, terutama di majalah Al-Ahram, serta wanita Arab pertama yang memenangkan Nobel dari Raja Faisal dalam Sastra arab dan Studi Islam

Terlahir di kota Dimyat sebelah utara Delta di negeri Mesir pada pertengahan November tahun 1912, ayahnya adalah seorang guru institut agama di dimyat, dan kakek dari ibunya adalah seorang syaikhul Al-Azhar, dididik pertama untuk menghafal Al-Quran dan kemudian memasuki usia tujuh tahun, ia ingin sekali masuk sekolah, tetapi orang tuanya menolak, karena kondisi adat pada waktu itu yang melarang wanita untuk belajar di luar rumah akhirnya ia menerima pendidikan di rumah dari orang tuanya. tetapi meski seperti itu, ia tidak kalah prestasinya dari kawan-kawannya, terbukti ia selalu berprestasi tiap kali ujian.

Menikah dengan dosennya sendiri seorang profesor universitas Amin Khuli dosen sastra arab dan intelektual dan pemikir terkenal mesir pada waktu itu, dengannya beliau melahirkan tiga putra, dengan pernikahannya ini tidak mensurutkan semangat beliau untuk berkarir di dunia akademisi, bahkan karir ilmiahnya semakin hari terus menanjak, terbukti tahun 1950 beliau secara resmi menerima gelar Doktor, yang mana Munaqisynya pada waktu itu adalah Dr. Taha Hussein.

Binti Syati', adalah pioner muslimah yang benar-benar merasakan kebebasan sejati yang diberikan oleh islam, bermula dari gadis kecil yang terlahir di delta nil lalu menjadi seorang profesor tafsir, dosen s2 di universitas qorowain di maroko universitas tertua sunni, profesor dan ketua dekan bahasa Arab dan sastra di Universitas Ain Shams di Mesir, dan dosen terbang di Universitas Omdurman dan Khartoum, Sudan tahun 1967, Aljazair pada tahun 1968,dan Beirut,, 1972 dan Universitas UEA, 1981 dan Sekolah Tinggi Pendidikan bagi Anak Perempuan di Riyadh 1975-1983 m.

Karir akademisinya semakin hari semakin menanjak, hingga akhirnya beliau menjadi profesor dosen tafsir dan studi pasca sarjana di universitas qorowain (Universitas bergengsi pada waktu itu) di maroko, dimana beliau sebagai pengajar tetap selama 20 tahun. Beliau memberikan kontribusi terhadap kelahiran generasi ulama di kemudian hari, dan pemikir dari sembilan negara Arab yang sempat beliau ajar, pemikiran pemikiran beliau telah mengilhami para mufakkir, dan ulama seantero dunia, terlebih ketenaran beliau sebagai dosen di universitas-universitas bergengsi waktu waktu itu. dan berkecimpung lama dalam dunia tulis menulis, yang mana beliau meulis di majalah النهضة النسائية ketika mulai umur 18 tahun

Beliau terkenal tegas sekali ketika berbicara Islam, hal ini dapat dari lihat dari sikapnya kritisnya terhadap tafsir kontemporer yang menyeleweng jauh dari ajaran yang murni. beliau selalu menafsiri teks teks islam dengan tafsiran yang sesuai dengan mantiq islam, dan selalu mengkritisi tafsir yang menyeleweng (klo dalam istilah sekarang tafsir liberal), ketegasan beliau ini juga dapat kita dapati di buku beliau tentang aliran baha'iyyah علاقة البهائية بالصهيونية العالمية.

selain sibuk mengajar beliau juga aktif menulis buku diantara karyanya adalah: التفسير البياني للقرآن الكريم, القرآن وقضايا الإنسان, Biografi tokoh wanita yang tinggal bersama Nabi, Buku-buku tahqiqan beliau. danberbagai karya beliau yang lain, dalam menulis beliau sering menggunakan Nama samaran, Binti Syati' (Gadis Tepi Pantai), karena beliau menghabisakan masa kecilnya di tepi pantai dimyat, hingga akhirnya beliau terkenal dengan sebutan بنت شاطئ

Dunia islam sekarang ini membutuhkan seorang seperi binti syathi', seorang feminis sejati, dunia butuh seorang wanita untuk membantah isu feminis yang sering kali menyimpang dari ajaran islam saat ini, kalau tidak wanita siapa lagi nantinya yang akan membahas isu-isu wanita. bukankah pada zaman Rasulullah dahulu sayyidah aisya dan istri-istri Rasulullah adalah rujukan dari kalangan wanita? Marilah saudari-saudariku, semangat dalam belajar, jangan berfikir secara pendek, pikirkanlah bagaimana kita mengukir sejarah. ambillah hak-hak kalian yang telah di berikan oleh islam. Wallahu a'lam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun