Sementara, perusahaan transportasi laut menggeser pasarnya. Mereka fokus pada pasar angkutan barang atau rute-rute angkutan antarpulau berjarak pendek, yang tidak dilayani oleh maskapai penerbangan.
Begitulah, inovasi dibalas dengan inovasi. Hasilnya, kita sama-sama menyaksikan bahwa KAI akhirnya mampu bertahan, dan bahkan kini menjadi pilihan para pengguna transportasi darat. Begitu juga industri transportasi laut tidak mati.
Kalau di sisi industri mereka tak berhenti berinovasi, sebaliknya dengan perguruan tinggi. Banyak perguruan tinggi yang enggan mengubah kurikulumnya dan meng-up date-nya agar sejalan dengan perkembangan industri dan teknologi. Masih banyak mata kuliah di perguruan yang sama dengan sepuluh atau bahkan dua puluh tahun silam.
Maka, hasilnya adalah lulusan yang keterampilan dan kompetensinya tidak sesuai kebutuhan industri. Dan, link and match pun tidak pernah terjadi.
Magang sebagai Solusi
Untuk mengatasi kian melebarnya kesenjangan antara mutu lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan industri, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (kini, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi) Nadiem Makarim menggagas program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Dalam pelaksanaannya, program ini kemudian melibatkan BUMN dan melebar ke perusahaan swasta atau organisasi lainnya.
Salah satu kegiatan dari program ini adalah memberikan kesempatan selama dua semester, yakni pada semester V dan VI, bagi mahasiswa untuk melakukan praktek magang. Atau, kalau dalam buku panduan Merdeka Belajar disebut dengan Pembelajaran di Luar Perguruan Tinggi. Kemudian, pada semester VII dan VIII mahasiswa akan kembali ke kampus untuk melanjutkan kuliah dan mengerjakan tugas akhir atau menyusun skripsi.
Ada banyak manfaat yang diperoleh mahasiswa lewat program magang. Pertama, melalui program magang, mahasiswa bisa mengenal dunia kerja. Ini penting agar kelak ketika lulus dan memasuki dunia, setiap lulusan tak membutuhkan adaptasi yang terlalu lama. Ingat, dunia kerja berbeda dengan dunia kampus.
Kedua, magang memberikan mahasiswa pengalaman kerja. Pengalaman ini bisa dicantumkan dalam CV atau surat lamaran kerja. Bisa mencantumkan pengalaman kerja akan memberi keuntungan tersendiri bagi para lulusan. Ia akan memberikan mereka nilai lebih di hadapan perusahaan.
Ketiga, lewat magang, mahasiswa bisa belajar tentang pentingnya teamwork dan networking. Dulu semasa kuliah, fokus mahasiswa adalah dirinya sendiri. Kalau nilai kuliahnya jelek, tanggung jawab itu ada pada dirinya---juga mungkin keluarganya. Ketika memasuki dunia kerja, hal semacam ini tak bisa lagi diterapkan. Perusahaan lebih suka karyawan yang mampu bekerja sama dalam tim, bukan hanya menyelesaikan pekerjaannya sendiri.
Untuk bisa bekerja dalam tim, mahasiswa perlu mengenal semua anggota timnya. Bahkan juga anggota dari tim yang lain. Maka, ia harus memiliki kemampuan dalam membangun networking.
Keempat, meski ini jangan dijadikan motivasi utama, selama magang banyak perusahaan yang memberikan uang saku. Perusahaan menyebutnya sebagai pengganti uang makan dan uang transportasi. Besarnya bervariasi, tergantung pada aturan perusahaan. Meski begitu ada juga perusahaan yang tidak memberikan uang saku bagi mahasiswa yang magang.