Pertanyaan cepat, pernakah anda membaca sejarah mengenai Indonesia ? Tentu pernah bukan ? Tentu sangat menarik bukan Perjalanan beribu – ribu tahun yang membentuk bangsa Indonesia sendiri. Namun pernakah melihat situasi sosial jaman sekarang dan berpikir, apa yang membawa Indonesia menjadi seperti ini ? Muncul kisruh yang berbau SARA diaman – mana pernakah berpikir mengapa menjadi seperti ini ?
Sebenarnya untuk menjawab pertanyaan itu kita harus melihat kembali kedalam sejarah, apa yang membuat bangsa kita menjadi sangat unik dan merdeka. Ambilah contoh yang mudah, Kerajaan Hindu dan Budha terbesar dalam sejarah Indonesia, Majapahit dan Sriwijaya. Kerajaan tersebut meskipun memiliki satu agama yang dominan, namun mereka masih mentoleransi agama lain yang ingin berkembang, selama masih ada di bawah naungan kerajaan mereka. Bahkan pola sikap masyarakat pada jaman itu jauh lebih terbuka dan ramah tamah sehingga mudah bergaul dengan erat. Yang membuat kedua kerajaan ini runtuh dan tidak bangkit lagi adalah tidak ada dasar yang begitu kuat untuk menyatukan mereka dan juga adanya keinginan pribadi yang terlalu kuat yang dapat merusak sebuah sistem persatuan yang pernah dibentuk sebelumnya
Maju ke tahun – tahun kedepan setelah runtuhnya kedua kerajaan tersebut. Marilah kita lihat kerajaan yang bercorak islam di Indonesia baik mereka yang sudah pernah kontak dengan bangsa asing ( Belanda, portugis, dan Spanyol ). Untuk awalnya kerajaan – kerajaan tersebut memang berhasil mengusir dominasi Spanyol dan Portugis, selain karena memang lemahnya kerajaan tersebut (karena masalah suplai dan lain – lain)
Namun ketika dihadang Belanda satu persatu Kerajaaan tersebut mulai runtuh. Mengapa hal ini terjadi ? Hal ini disebabkan karena kurangnya rasa persatuan. Perjuangan yang dilakukan pada saat itu belum mengenal kerja sama antar kerajaan. Setiap orang berjuang untuk sendirinya. Selain karena faktor itu, bagaimana kurangnya saling mengenal antara kerajaan. Setelah jatuhnya Majapahit muncul banyak kerajaan kecil baru yang saling berkompetesi untuk memperluas wilayah kerajaannya, terkadang mereka lakukan hal tersebut dengan kerja sama namun sebagian besar tidak. Lalu Belanda menyempatkan diriuntuk memplajari kehidupan sosial dan budaya setiap kerajaan yang akan dilawannya sehingga dapat menaklukannya dengan mudah, satu contoh dari ini yaitu ketika pada saat Perang Aceh dimana Belanda men
Namun yang paling utama dalam perlawanan kerajaan Muslim melawan Belanda disini adalah masalah kedua yang masih terdapat dalam kehidupan masyarakat Indonesia, yaitu kurangnya keinginan untuk bekerja sama dan saling mengenal satu sama lain.
Kedua penyakit ini seperti yang Ir. Soekarno katakan merupakan Kinderkrankenheit-nya Indonesia ( Penyakit kenanak – kanakan).
Era ‘Kesadaran’ Nasional
Lalu marilah kita lihat maju ke awal abad ke dua puluh. Setelah berpuluh – puluh tahun melawan Belanda dan hidup di bawah kaki dan tirani. Bangsa kita memimpikan sebuah negara yang bersatu dan bebas dari penjajahan Bangsa kita mulai sadar dan belajar untuk mengetahui pentingnya persatuan, ( Dalam buku – buku sejarah masa ini terkenal dengan nama Masa Kebangkitan Nasional, namun saya disini menggunakan kata ‘kesadaran’ karena sebenarnya bangsa kita telah sadar pentingnya untuk hidup bersam satu sama lain namun terjadi ‘kebutaan’ sementara yang membuat menjadi terperosok kedalam jurang sukuisme dan hegemoni suatu kelompok pada abad kedua puluh inilah para kaum terpelajar Indonesia mulai belajar akan pentingnya untuk membuat suatu bangsa yang bersatu dan merdeka. Puncak dari ide ini terjadi pada 1928 pada Kongres Pemuda II, dimana para pemuda seluruh Indonesiadari sabang sampai merauke berjanji untuk selalu berjuang, bersatu sampai terbentuk sebuah negara Indonesia
Mulai dari tahun 1900 – 1942 ,merupakan masa – masa dimana bangsa kita mulai bangkit dari kekalahan – kekalahan melawan penjajah. Diantara tahun – tahun ini bangsa kita mulai sadar bahwa yang membuat usaha – usaha untuk melawan penjajah dulu selalu gagal karena sikap sukuisme yang bersifat egois. sikap ini tidak bisa diteruskan di sebuah negeri yang dimana masing – masing setiap penduduknya memiliki budaya dan kultur yang berbeda – beda, jika mereka ingin sebuah negara yang bersatu.
Perumusan Dasar Negara
Disinilah perjalanan sejarah kita akan berakhir pada masa 1945. Tahun dimana Indonesia memperoleh kemerdekaan yang diinginkannya, namun sebelum mengakhiri masalah yang menjadi sikap yang susah untuk dihapus. Pada tahun ini diadakan pertemuan – pertemuan guna menentukan bagaimana dasar negara kita. Banyak ide – ide baik yang disampaikan mulai dari Mohammad Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Setelah diputuskan dipilihlah ide dasar negara dari ide Ir. Soekarno. Penyusunan segera dilakukan dengan dibentuknya Panitia sembilan dan hasilnya yang cukup kontroversial hingga kini, terutama terkait sila pertama yang bebrunyi “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk – pemeluknya”. Kontroversial karena sila pertama ini pada waktu itu menuai kritikan dari tokoh timur Indonesia karena seakan - akan perihal agama hanya diakui dan dilegitimasi oleh satu agama saja, setelah beberapa diskusi diubahlah menjadi 'Ketuhanan yang maha Esa' sehingga terlihat menyeluruh dan tidak membedakan.